Habibi Demam Tinggi |
Ketika mengikuti kelas online di hari Jumat, Habibi tampak tidak bersemangat dan lesu sekali. Awalnya aku pikir karena mengantuk, tapi ternyata sakitnya berlanjut. Malamnya dia gelisah, tidak bisa tidur dengan nyenyak, ditambah suhu tubuh yang terus menerus meningkat.
Esok harinya walaupun masih lemas, tapi dia aktif kesana kemari mengikuti Ayahnya yang membersihkan aquarium. Badannya masih panas, tapi dia tetap aktif. Sore hari ketika hendak mandi, aku melihat ada ruam kemerahan di betisnya, ketika mengonfirmasi ke suami, beliau berkata tidak melihat Habibi jatuh atau terbentur.
Tapi dugaan kami, Habibi keseleo karena naik turun meja. Akhirnya kami bebat kakinya menggunakan kain kasa yang sebelumnya sudah dibalurkan beras kencur. Kami juga memberikan obat anti piretik yang dijual di minimarket.
Kaki Habibi bengkak, melepuh, dan gatal |
Keadaan di hari Minggu, betisnya masih merah, bengkak, dan ada kulit yang melepuh. Awalnya hanya di bagian dalam betis, tapi hari ini dia sudah mulai menyebar ke seluruh bagian betis. Ketika diukur suhunya mencapai 40°C. Panik? Pasti.
Tapi sambil mengobservasi keadaannya, aku mulai browsing DSA di RS Hermina Daan Mogot, bertanya ke komunitas, ke forum online, dan banyak yang menyarankan dokter Adi Kusumadi, DR, SP.A.
Biasanya Habibi berobat ke RS Pelni karena Ayah bekerja di sana jadi biaya dan obat ditanggung oleh kantor. Tapi dengan pertimbangan jarak, keadaan pandemi, dan tidak ada yang menjaga ade, akhirnya kami memutuskan untuk berobat ke RS Hermina Daan Mogot.
Klinik Eksekutif |
Di RS Hermina Daan Mogot, untuk pendaftaran pasien dokter Adi ada di lantai satu tepatnya di klinik eksekutif. Sebagai pasien baru, kami diminta KIA dan KTP orang tua untuk pengisian data, setelah itu proses menimbang berat badan. Kami mendapat antrian nomor 12, tapi suasana masih sepi, karena kami datang pukul 8.23 pagi. Satu poin plus dari dokter Adi yang saya dapat adalah beliau on time.
Waiting Room |
Kami hanya menunggu sebentar, ketika perawat sudah memberikan data Habibi ke dokter, kami langsung dipanggil. Tempat menunggu pun nyaman, disediakan snack dan minum. Terdapat juga ruang menyusui dan sofa yang bersih.
Fasilitas yang disediakan di waiting Room |
Ketika di dalam ruangan, kami langsung disambut hangat oleh dokter. Habibi diminta dibaringkan di bed, dan kami menjelaskan keadaan gejala yang dialami Habibi sambil dokter memeriksa kakinya. Kemudian dokter langsung berkata diagnosisnya, ini Selulitis.
Selulitis ini infeksi bakteri pada kulit dan jaringan di bawah kulit yang menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri, dan hangat pada kulit. Selulitis ini yang menyebabkan demam Habibi naik turun walaupun sudah diberi anti piretik.
Selulitis ini terjadi ketika bakteri Staphylococcus atau Streptococcus masuk dari luka yang terbuka dan kemudian menyebar.
Gejala Selulitis terutama yang ruam kemerahan dan pembengkakan ini dikhawatirkan menyebar dengan cepat. Jadi dokter memberikan pilihan untuk rawat inap atau rawat jalan. Proses penyembuhannya menjadi lebih cepat jika dirawat karena obat dimasukkan melalui infus. Tapi kami memilih untuk rawat jalan, akhirnya kami dibekali obat antibiotik "Sporetik", obat racikan salep untuk selulitisnya.
Nursing Room |
Hal yang lucu sampai membuatnya Ayahnya ngakak adalah Habibi sama sekali tidak nafsu makan selama dua hari kemarin, tidak ada satu pun yang berhasil masuk lebih dari lima suap, tapi ketika di Rumah Sakit bahkan ketika diperiksa oleh Dokter, Habibi malah sibuk makan roti.
Obat untuk Selulitis Habibi |
Setelah berobat perasaanku menjadi lebih tenang, karena diagnosis yang diberikan dokter sesuai dengan gejala yang dialami Habibi. Dokter Adi juga tidak pelit informasi, beliau menjelaskan semua pertanyaan yang aku tanyakan dengan sabar. Orangnya ramah, wangi, mengecek dengan detail, dan yang terpenting buatku adalah diagnosisnya tepat sehingga pengobatannya in syaa Allah tepat sasaran. Semoga Habibi cepat sembuh. Setelah obat antibiotik habis, kami diminta untuk cek ulang, tapi jika penyebaran terlalu cepat, kami harus langsung cek ke Rumah Sakit.
Tunggu update-annya ya, sejauh ini aku merekomendasikan Dokter Adi. 👍
Update:
Jadi dua minggu setelah kunjungan kami yang pertama, kami kembali follow up kondisi Habibi dan ternyata kami harus menunggu dokternya selama 2 jam, dong! Kecewa! Padahal sudah sengaja datang paling pagi, dapat antrian no.2 tapi malah ngaret.
0 komentar:
Posting Komentar