Jumat, 08 Januari 2021

Cara Supaya Anak Betah di Rumah

 "Ka, gimana sih caranya bikin anak-anak kamu betah di rumah? Anakku sudah tahu main, jadi ngajak main di luar rumah terus. Mana ada anak tetangga yang suka manggil, ngajak main anakku."


Semenjak pandemi ini, aku memang membatasi gerak anak-anak. Sedih rasanya, mengingat betapa aktifnya mereka. Tapi terlalu beresiko juga mengizinkan mereka bermain di luar rumah, mengingat lingkungan rumah kami yang ramai. 





Keterbatasan Ruang Gerak


Kami masih tinggal di rumah peninggalan mertua, di rumah ini kami tinggal bersama keluarga kakak ipar. Anaknya yang sudah masuk Sekolah Dasar, sering sekali mengajak teman-temannya ke rumah untuk bermain game online. Game yang kurang cocok untuk anak usia Sekolah Dasar menurutku, tapi sangat populer di kalangan mereka. Mempertimbangkan efek jangka panjangnya, akhirnya aku tidak mengizinkan anak-anakku berbaur dengan mereka. Selain gap year yang jauh, aku kurang suka jika anak-anakku terlalu sering terpapar gadget.


Akhirnya karena keterbatasan ruang, kami tersudutkan di ruangan yang kami pakai untuk tidur. Itu adalah satu-satunya tempat privasi yang bisa kami gunakan untuk bercengkrama. Setiap hari hampir setiap waktu kami berada di sana, melakukan aktivitas yang sama dan monoton. Lantas apakah anak-anak betah? Ya, walaupun sesekali mereka ingin bermain di luar kamar.


Aku tidak ingin membuat anak-anakku tumbuh sebagai orang yang introvert, lebih suka mengurung diri di kamar atau semacamnya. Tapi sementara waktu ini sampai kami bisa tinggal di rumah kami sendiri, aku memutuskan tak mengapa, selama kebutuhan fisik dan psikis mereka terpenuhi. Lalu bagaimana caranya supaya mereka bisa betah diam di rumah? 


Sebenarnya tidak ada hal spesial yang aku lakukan, tapi beberapa cara ini berlaku untuk anak-anakku:


  1. Menjadi teman atau sosok yang mereka sukai


Aku ingat pesan Ashanty kepada Aurel yang akan segera menikah. Pesan ini diamanatkan oleh Ibunya kepada Ashanty, yaitu "agar menjadi malaikat untuk anak-anaknya, menjadi orang yang baik bagi sesama manusia, dan menjadi pelacur untuk suaminya." 

Bukankah ketika kita memiliki idol atau orang yang kita suka, kita akan mengikuti semua gerak-geriknya? Hal itu pun berlaku bagi anak-anak kita, ketika mereka menyukai kita, lebih mudah mensugesti mereka untuk melakukan apa yang kita harapkan dibanding jika menggunakan paksaan. Mereka akan lebih mudah diatur, dan bahagia melakukan yang kita minta.


Tapi bagaimana caranya menjadi sosok yang disukai anak-anak? 

Mempererat bonding. Jika anak sudah bisa diajak berkomunikasi, sering-seringlah mengajak mereka berdiskusi dan mendengarkan keinginan mereka. Atau cara yang paling minimal sekali bisa kita lakukan adalah mengerem emosi kita, jangan terlalu sering mengomel hehe.


  1. Menetapkan jadwal kegiatan bersama dan melakukannya dengan konsisten


Aku menjelaskan kegiatan yang akan kami lakukan dari sejak bangun sampai kembali tidur. Hal ini juga mengajarkan anak-anak tentang waktu yaitu, pagi, siang dan malam serta aktivitas apa saja yang akan mereka lakukan pada waktu tersebut.


Maka ketika misalnya mereka merengek tidak mau tidur siang, aku akan bertanya, "Apakah kalian tahu sekarang waktunya tidur siang? Ibu tahu kalian masih senang bermain tapi kita harus tahu waktu, karena semua ada waktunya, waktu bermain, waktu makan, waktu tidur siang, waktu shalat, mengaji, mandi, dan lain-lain. Jadi, ayo kita belajar disiplin!" Biasanya kalimat itu bisa menghentikan tangisan mereka. Hal ini sekaligus mengajarkan anak tanggung jawab dan komitmen terhadap jadwal yang sudah disepakati. Aku masih belum menerapkan hukuman atau semacamnya. 


  1. Bermain bersama atau melibatkan anak-anak dalam aktivitas kita


Adanya banyak mainan atau buku tidak akan bisa menggantikan kehadiran orang tua. Maka dari itu aku selalu berusaha untuk menemani mereka bermain. Aku terkadang menyiapkan sendiri permainan yang idenya aku dapatkan dari internet. Aku juga mendaftarkan anak sulungku ke beberapa sekolah online, dan ternyata dia sangat tertarik mengikutinya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di kelas online pada umumnya adalah untuk menstimulasi sensori anak dengan bermacam-macam kegiatan tertentu. 


Ketika mood aku buruk atau sedang tidak bersemangat, aku biasanya meminta izin untuk men-charge kembali energi dengan rebahan dan mereka bermain sendiri. Walaupun seringnya tidak pernah berhasil sampai tertidur jika mereka belum tidur, karena mereka selalu bersemangat menunjukkan apapun yang dilakukan dan berulang-ulang memanggil kata Ibu.


Kapan aku melakukan kegiatan rumah tangga? Sebisa mungkin aku melakukannya di pagi dan malam hari. Tapi jika ada yang harus dilakukan di siang hari, mau tidak mau aku harus melibatkan mereka. Misalnya ketika sedang menyetrika, aku meminta bantuan mereka untuk melepaskan hanger yang menempel di jemuran.

Atau kalau hendak memasak, aku meminta mereka untuk mengupas bawang, memetik sayuran, dan lain sebagainya. 


Mereka senang sekali ketika memiliki kegiatan atau suatu hal yang baru, terutama ketika Ibunya mengapresiasi pekerjaan mereka. Intinya aku memastikan supaya mereka nyaman, tidak kesepian dan memilih untuk bermain dengan Ibunya dibandingkan orang lain. 


  1. Memastikan nutrisi mereka terpenuhi


Anak-anakku cenderung anteng tapi ada waktu dimana mereka menjadi rewel yaitu ketika lapar atau mengantuk. Maka aku selalu menyiapkan kudapan atau buah-buahan. Selama ini aku menerapkan jadwal makan utama dan selingan, aku jadi tahu kapan mereka merasa lapar sehingga bisa menyiapkan makanan di waktu yang pas. Jika kebetulan stok kosong, aku akan mengajak mereka membeli makanan di luar. Aku jarang mengenalkan mereka kepada makanan ringan kemasan yang dijual di warung. 


Ketika perut mereka kenyang, mereka jadi lebih mudah menerima instruksi dan anteng.


  1. Menghindarkan diri dari gadget


Kegiatan menghindarkan anak-anak dari gadget ini sebenarnya susah-susah gampang. Menjadi susah karena kadang hati tergelitik untuk memainkan gawai, sekedar mengecek grup whatsapp atau Instagram. Tapi sejauh ini, aku berhasil menjauhkan mereka dari gawai, kecuali jika anak-anak bersama dengan Ayahnya. Aku masih belum menemukan titik temu dengannya tentang aturan penggunaan gawai di depan anak-anak. 


Aku juga jarang mengajak anak-anak melihat tayangan di televisi, walaupun di rumah sudah memakai tv kabel, tapi aku lebih suka membiarkan mereka menonton tayangan yang aku pilihkan di laptop. Biasanya aku mengizinkan mereka menonton sebentar setelah bangun tidur siang.


Hal ini aku upayakan untuk menjaga mood anak-anak. Mereka menjadi lebih sering tantrum jika dibiarkan menonton video terlalu lama, malas mengikuti kelas atau semacamnya. 


  1. Mengapresiasi mereka yang anteng bermain 


Bagaimanapun aku bersyukur dengan sikap kooperatif mereka. Tidak selalu mulus atau berjalan lancar tiap hari, tapi aku selalu memohon kepada Allah agar melebarkan rentang sabarku seluas mungkin. Aku bersyukur karena aku bisa mengurus dan mendidik dua orang toddler-ku sekaligus, karena keluargaku di kampung selalu meminta anak sulungku untuk tinggal di sana dan diasuh oleh kakek neneknya, supaya aku tidak terlalu lelah atau repot. Aku berusaha menjadi detektif kebaikan yang mengapresiasi hal sekecil apapun yang mereka lakukan. 


Tidak mudah menjadi orang tua, pasti semua orang tua mengeluhkan hal yang sama. Tapi aku selalu ingat pesan seorang temanku di komunitas, "Semakin besar anak, semakin menyenangkan mengasuhnya. Jika tidak, berarti ada yang salah dengan pola asuh kita." Jadilah pendengar dan teman yang baik untuk mereka. Jika mereka rewel ketika di dekat kita tapi baik-baik saja ketika bersama orang lain, itu karena mereka menganggap kita adalah tempat ternyaman mereka untuk berkeluh kesah, tempat bermanja setelah menghadapi dunia yang keras. 

0 komentar:

Posting Komentar