Aku tertarik untuk berinvestasi sejak masih kuliah. Aku sering mencari informasi di internet tapi akhirnya mereka hanya membawaku pada forex, binomo, dan lain-lain.
Banyak komentar negatif mengenai hal-hal tersebut. Tapi aku tetap berusaha mencari ilmunya. Aku membaca ebook melalui perpusnas mengenai trading forex. Tapi melelahkan, rasanya ini bukan duniaku. Aku merasa akan tersesat jika berkenalan dengan hal-hal itu.
Aku berpikir akan jauh lebih baik jika belajar sambil praktik langsung, tapi aku terkendala dana. Anak kuliah belum punya modal. XD
Tahun berganti, sekitar tahun 2015, aku akhirnya berubah status menjadi seorang karyawan yang memiliki penghasilan tetap. Aku sempat bertanya kepada salah satu atasanku mengenai pandangannya tentang investasi. Apakah beliau mengenal forex dan lain-lain?
Beliau berkata pernah menyelam dalam dunia itu, memang bisa mendapatkan keuntungan dalam waktu singkat tapi kerugiannya pun sekejap mata. Aku kembali bimbang.
Forex Bukan Saham
Entah ada berapa orang di luar sana sepertiku dulu yang beranggapan bahwa forex, binomo, bitcoin dan teman-temannya adalah saham. Padahal bukan.
Salah satu yang meresahkan untuk terjun ke dunia saham adalah hukumnya. Apakah haram? Banyak orang yang berkata jika forex dll itu seperti judi dan jelas hukumnya haram dalam Islam. Tapi yang jelas forex bukan saham, dan hukum saham pun halal, ini bukan ranahku untuk mengupas alasannya, teman-teman bisa cari sendiri ya di akun-akun saham syariah.
Perusahaan Tempat Aku Bekerja IPO
Ini adalah titik balik aku kembali ingin belajar saham. Perusahaanku mengumumkan sebuah berita yang mengejutkan mengenai bonus tahunan ketika itu tidak akan cair dalam bentuk uang melainkan saham.
Hal ini dikarenakan perusahaan yang awalnya merupakan milik pribadi memutuskan untuk IPO atau Initial Public Offering yaitu melakukan penjualan saham kepada investor atau masyarakat umum.
Masing-masing karyawan yang telah bekerja lebih dari dua tahun akan mendapatkan saham pertama perusahaan ketika go public. Wah, beruntung sekali pikirku saat itu walaupun aku belum terlalu mengerti tentang saham.
Sayangnya aku belum beruntung mendapatkan saham cuma-cuma tersebut. Banyak terjadi pro kontra mengenai dikonversinya bonus uang menjadi saham tersebut. Protes keras datang terutama dari kalangan para Ibu-Ibu. Mereka menyampaikan tidak mengerti dunia saham dan tidak tahu bagaimana mengelolanya.
Mereka menawarkan kepada karyawan lain saham mereka agar mendapatkan uang tunai. Sayangnya kepemilikan saham tidak boleh diperjualbelikan selama kurun waktu tertentu.
Bagi mereka yang pro, merasa saham merupakan investasi yang bagus untuk masa depan. Mereka bisa menahannya untuk waktu jangka panjang dengan harapan nilainya akan terus naik.
Berkenalan dengan SPM
Ada salah seorang seniorku yang memposting fotonya ketika di Bursa Efek. Aku menekan tombol love dan berusaha mencari tahu apa yang dilakukannya di sana melalui caption dan komentar. Tapi nihil.
Akhirnya aku menghubunginya melalui Facebook Messenger. Setelah cukup berbasa-basi mengingat lama tidak kontak semenjak lulus kuliah, aku langsung mengutarakan maksudku.
"Kak, aku tertarik investasi saham, tapi aku bingung harus memulai dari mana. Aku lihat kakak sudah terjun di dunia saham, ya?"
"Coba ikut SPM, ka! Search aja! Kalau di Jakarta bisa langsung datang ke BEI."
Berbekal chat itu aku browsing tentang SPM atau sekolah pasar modal. Wah, aku benar-benar merasa semakin tertarik. Hanya saja waktu itu aku sedang dalam keadaan hamil, jadi berusaha memutuskan untuk menunda hal tersebut.
Semangat Yuk, Nabung Saham! |
Aku pikir setelah melahirkan, aku akan punya banyak kesempatan melakukan banyak hal seperti dulu. Hahaha. Sungguh pemikiran yang naif, ya!
Ternyata aku jauh lebih sibuk dan bingung bagaimana caranya supaya bisa mengalokasikan waktuku dengan baik untuk bekerja, belajar dan juga merawat anak.
Aku memutuskan kembali menunda proses belajarku.
Memanfaatkan Media Sosial untuk Belajar
Tuhan mempertemukanku dengan salah satu akun tentang saham di media sosial. Beliau adalah seorang pegiat yang ingin membuat para investor lokal menggeliat dan semangat untuk membangun Negeri melalui investasi.
Aku membaca highlight di akunnya. Ada banyak sekali. Aku mencatat semua informasi penting di buku. Aku membeli beberapa buku yang direkomendasikannya.
Dan dari akun ini aku tahu bahwa saham itu berbeda dengan forex dan semacamnya dan hukumnya pun halal.
Aku melakukan riset dari buku-buku yang aku beli, dan berusaha memantapkan kembali apa tujuanku berinvestasi.
Setelah mendapat jawabannya, aku akhirnya mendaftar SPM online, karena tidak memungkinkan untuk datang ke BEI langsung.
Pasti beda rasanya belajar secara eyes to eyes dengan hanya otodidak. Kamu tidak menemukan partner untuk sharing. Mereka yang sama-sama merangkak dari garis awal sepertimu. Kamu juga tidak bisa menjumpai orang yang bisa setiap saat kamu tanya ketika mendapat masalah.
Pantang menyerah, setelah mendapatkan ilmu dasar, sambil terus belajar dan mencari informasi terkini. Aku memutuskan untuk terjun langsung ke bursa saham.
Ribet? Pusing? Sama sekali jauh dari bayanganku. Tidak seribet itu, tidak sesusah itu. Teknisnya kita sama seperti di pasar konvensional, yang membedakan hanya barang yang diperjualbelikan adalah saham. Membeli ketika harga murah dan menjual ketika mahal.
Hal-hal yang Membuatku Bingung Dulu
Aku harus mencari sekuritas untuk memulai investasi saham. Aku mencari informasi ini di media sosial yang sama. Jika kalian penasaran, akun yang aku maksud adalah @ngertisaham silahkan browsing sendiri ya!
Ketika mendaftar Sekolah Pasar Modal, kita diharuskan memilih akan belajar dengan sekuritas mana, karena mereka yang akan membantu kita membuat Rekening Efek dan juga SID/SRE.
Oh, iya, lebih baik mempersiapkan rekening sesuai dengan yang dianjurkan sekuritas supaya lebih mudah proses kedepannya. Aku menggunakan BCA.
Setelah semua beres, berbekal analisis fundamental yang aku pelajari, aku membeli beberapa saham.
Aku tidak paham analisis fundamental ini di luar kepala, selalu harus membuka catatan untuk melakukan analisis.
Perilaku Investasi Membentuk Habit Baru
Banyak orang yang takut berinvestasi karena merasa mereka belum mampu menyisihkan uang. Padahal kebiasaan investasi membuat habit baru dalam kehidupan kita. Contohnya menghilangkan perilaku konsumtif. Setiap akan membeli barang yang nominalnya lumayan, aku akan bertanya, seberapa butuh aku terhadap barang itu. Jika aku belikan saham, pasti aku bisa membeli beberapa lot dengan harga segitu.
Ada banyak pertimbangan.
Salah satu manfaat dari saham adalah nilainya yang tidak tergerus inflasi. Berbeda jika kita menabung di Bank, nilainya akan terus tergerus. 100 juta hari ini akan tidak bernilai 20 tahun yang akan datang.
Bagaimana Cara Memilih Saham yang Bagus
Jika kalian sudah memutuskan untuk berinvestasi di pasar saham. Belajarlah dengan tekun lebih dulu, jangan membuat kesimpulan hanya berdasarkan pendapat orang lain.
Apa yang dipelajari? Analisa Fundamental dan Teknikal. Analisa fundamental ini lebih tentang perusahaan itu sendiri. Sederhananya kita tidak mungkin berinvestasi di perusahaan yang akan bankrut kan? Nah, untuk mengetahui kekuatan perusahaan tersebut untuk bertahan adalah dengan analisa fundamental.
Kita bisa mencari tahunya melalui laporan keuangan yang mudah sekali diakses baik itu melalui sekuritas maupun dari web.
Sedangkan analisa teknikal adalah untuk mengetahui kapan waktu yang tepat untuk membeli atau menjual saham. Aku pun belum terlalu menguasai ilmu ini karena aku berencana untuk berinvestasi jangka panjang dengan mendukung gerakan nabung sejuta saham.
Jangan Berinvestasi dengan Kondisi Seperti ini
Jangan memutuskan berinvestasi dengan harapan ingin cepat kaya. Mungkin di drama Korea yang sempat booming yaitu Start Up, Pak Han bisa mendapatkan keuntungan 80 kali lipat dari saham, selama kurun waktu satu tahun. Anggap saja itu sebuah motivasi, karena dalam investasi pun dibutuhkan skill dan ilmu pengetahuan.
Hanya karena teman-temanmu terjun di dunia saham, dan kamu merasa tidak ingin tertinggal tren oleh mereka, maka kamu terjun tanpa persiapan yang mumpuni. Hati-hati terbawa arus!
Jangan memaksakan berinvestasi ketika kalian tidak memiliki dana segar. Jangan memakai dana untuk kebutuhan lain untuk berinvestasi. Banyak sekali aku baca, para mahasiswa yang memakai uang semesteran mereka untuk berinvestasi. Tidak ada yang bisa menjamin kalian akan selalu beruntung di pasar modal.
Jangan berhutang untuk berinvestasi. Banyak perusahaan sekuritas yang menawarkan pinjaman untuk berinvestasi. Menurutku itu terlalu memaksakan diri, apalagi jika kita tidak memiliki dana darurat.
Jangan Terbawa Nafsu. Hal yang sulit ketika berinvestasi adalah menginjak pedal rem pengendalian diri.
Intinya, jangan takut untuk berinvestasi! Belajarlah dahulu, kenali produk dari saham yang kita beli, pilih sekuritas yang menawarkan tutorial atau cepat tanggap ketika dihubungi, dan juga biaya administrasinya kecil.
Siapapun bisa berinvestasi, siapapun bisa memulai untuk mencapai mimpi-mimpi mereka. Jangan pernah malu untuk bertanya ataupun memulai. Selalu libatkan Tuhan dalam setiap aktivitasmu karena hanya Dia yang mampu menuntun jalanmu. Happy investing!
0 komentar:
Posting Komentar