2. UAS MENTORING dan Rihlah
Di kampusku mata kuliah PAI ada 3 sks, 2 jam teori di kelas dan 1 jam praktek dalam bentuk mentoring.
Awalnya kami ditawari dua pilihan yaitu mentoring setiap hari Jum'at selama satu semester atau mengikuti pesantren selama dua minggu di saat liburan seperti kampus UNISBA dan UNINUS.
Oh, Dear... siapa yang mau liburannya terlanggar? Jadi kami memutuskan untuk memilih mentoring setiap hari Jum'at.
Tapi pada kenyataannya di kelas kami belajar selama 3 jam, itu berarti PAI menjadi 4 sks ditambah mentoring.
Bukan masalah menurutku karena toh kata teh Yuli, ketika kita berada dalam sebuah forum yang membahas tentang kebaikan, maka malaikat akan terus bersama kita dan berdo'a sampai forum itu selesai. Ga rugi kan?
Teknis mentoring ini seperti liqo yang aku ikuti selama SMA. Jadi kami berkumpul dalam sebuah forum, kemudian yang menjadi Mentor dan Astor menyampaikan materi.
Setelah materi tersampaikan dibuka sesi sharing membahas apapun tentang kehidupan. Yang unik dari mentorku adalah dia kreatif, betapa tidak kadang dalam pertemuan beliau menyiapkan games tapi yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan.
Beliau juga sering menyiapkan video inspiratif sebagai motivation booster kami, dan satu nilai tambah kami melakukan hifdzil qur'an yang sebenarnya tidak tercantum dalam lembar mutaba'ah.
Tidak jarang pula kami bertukar buku-buku yang subhanallah keren, ini sekaligus tidak hanya menambah wawasan kami akan pemahaman tentang Islam tapi juga tentang wawasan umum.
Mentoring ini benar-benar menjadi charger di tengah kejenuhan menjalani masa-masa kuliah.
Tapi yang aneh dari mentoring di kampusku adalah ada uas tersendiri dan rihlah sebagai closing dari acara mentoring tersebut.
Oh... Dear! Bayangkan ketika hari H UAS Mentoring aku lupa kalau hari itu adalah jadwal uas.
Aku hanya membaca scanning buku massa yang dijadikan acuan dalam mentoring dengan harapan soal yang keluar nanti adalah tentang study kasus atau pemahaman, tapi sayangnya soal-soal yang keluar text book banget!!!! Rasanya aku pengen mencakar tembok, pengen garuk-garuk tanah!
Yaaa, dan entahlah hasilnya seperti apa, i did my best. Semua aku kembalikan pada yang Maha Kuasa.
Dan rihlah, rihlah ini kalau ditranslate ke Bahasa Indonesia adalah jalan-jalan. Mungkin lebih enak didengarnya adalah mendekatkan diri pada alam.
Rencananya rihlah ini akan diadakan di Lembang dengan biaya 80.000 mahaaaaaaallll!!!
Tapi ketika kelas saya yang notabenenya pemberontak mengkonfirmasi ke Dosen PAI, beliau berkata tidak tahu-menahu tentang rihlah tersebut. Wah? Bagaimana ceritanya? Apakah rihlah ini ilegal?
Santai teman-teman! Ternyata acara ini bukan ilegal karena memang berada di bawah BKM pusat yakni UKM Hamasah, dan setiap tahun pun memang ada.
Bahkan pihak jurusan telah menyetujui terselenggaranya acara tersebut. Kaitan dosen matkul bersangkutan tidak tahu-menahu adalah karena beliau orang yang super duper sibuk.
Dan akhirnya setelah beliau tahu pun, beliau tidak bersedia menjadi penanggungjawab acara rihlah ini, menurutnya ada banyak acara yang lebih bermanfaat dari acara seperti ini. Kontan semua anak di kelasku bersorak.
Adanya informasi yang bertentangan dari pihak kakak tingkat dengan dosen PAI membuat kegalauan ketidakpastian acara.
Semua anak-anak yang memang dari awal sudah keberatan akhirnya memutuskan untuk tidak mengikuti acara rihlah tersebut.
Finally, karena total orang yang mengikuti rihlah tidak memungkinkan yakni hanya 18 orang OH DEAR! Maka RIHLAH DIBATALKAN! Hurrayyy!
Dan semua bocah tingkat 1 kembali ke ketek pangkuan orang tuanya masing-masing. Apa konsekuensi batalnya acara ini? Entahlah yang jelas kami angkatan 27 adalah keluarga dan susah senang akan kami tanggung bersama, insya Allah (wacananya seperti itu) :)
0 komentar:
Posting Komentar