Acara seminar ini dilaksanakan di Aula Barat ITB. Seperti biasa, bentuknya expo, namun bedanya ada seminar yang dijadwal dari masing-masing universitas. Menurutku acara ini sangat keren tapi kurang efektif karena massa yang terlalu membludak, bahkan aku tercatat sebagai orang ke 4907 yang registrasi. Bayangkan betapa panas dan sesaknya aula yang dipakai untuk acara ini. Berdua dengan teman lama dari SMA, kami berangkat pada pukul 9 AM, karena acara dimulai pukul 10 AM. Dan seperti yang dibayangkan kami harus berderet panjang dalam antrian. Tapi satu hal yang patut dipuji dari orang Jepang, tepat waktu. Sebenarnya motivasi aku untuk ikut acara ini adalah untuk reuni bersama teman-teman lama dari SMA, tapi kebanyakan dari mereka mengcancel untuk datang. Padahal aku telah menyingkirkan 3 agenda lain yaitu menjadi tim kesehatan yang dikirim untuk membantu korban banjir di Jakarta, menjadi tim kesehatan pada acara futsal yang diselenggarakan oleh pihak Danone, dan acara silaturahmi dengan Biofarma di Lembang demi bisa bertemu dengan mereka. Dengan kemajuan teknologi, jauh lebih efektif mengakses informasi via web dibanding acara seminar seperti ini, tapi tidak ada yang sia-sia, dari seminar ini kami ditantang untuk lebih kritis, sebenarnya aku lebih suka datang ke stand kedutaan, kami juga mendapat goody bag berisi setumpuk brosur dan buku mengenai universitas di Jepang.
Continue reading Japan Educational Seminar
Senin, 28 Januari 2013
Kamis, 17 Januari 2013
Pembimbing Akademik
Pembimbing akademik atau dosen waliku adalah Pak Yuliansyah, beliau dosen parasitology. Dosen yang cukup popular di kalangan mahasiswa karena beliau tercatat sebagai salah satu dosen yang rupawan. Menurutku, beliau bijaksana dan senang menantang mahasiswanya untuk berpikir kritis, sedikit menyebalkan, dan cukup menampar ketika berhadapan dengan beliau dalam hal berbau logika.
Dan hari ini, aku datang dengan senyum dikulum namun banjir air mata kemudian. Awalnya aku tidak pernah tahu ataupun peduli tentang fungsi dari dosen wali atau pembimbing akademik. Aku pikir mereka hanya sebagai formalitas untuk meneruskan kuliah dengan bukti tanda tangan yang mereka cantumkan di KRS atau buku bimbingan. Tapi ketika nilaiku jeblok, aku tidak tahu harus mengadu pada siapa, orang tuaku cukup menggantungan banyak harapan kepadaku, dan seandainya mereka tahu kalau nilai ujianku jelek, itu pasti akan sangat membebani pikiran mereka, dan aku gamau itu terjadi. Jadi pembimbing akademik adalah satu-satunya jawaban yang paling bijak yang bisa aku pikirkan.
Continue reading Pembimbing Akademik
Dan hari ini, aku datang dengan senyum dikulum namun banjir air mata kemudian. Awalnya aku tidak pernah tahu ataupun peduli tentang fungsi dari dosen wali atau pembimbing akademik. Aku pikir mereka hanya sebagai formalitas untuk meneruskan kuliah dengan bukti tanda tangan yang mereka cantumkan di KRS atau buku bimbingan. Tapi ketika nilaiku jeblok, aku tidak tahu harus mengadu pada siapa, orang tuaku cukup menggantungan banyak harapan kepadaku, dan seandainya mereka tahu kalau nilai ujianku jelek, itu pasti akan sangat membebani pikiran mereka, dan aku gamau itu terjadi. Jadi pembimbing akademik adalah satu-satunya jawaban yang paling bijak yang bisa aku pikirkan.
Selasa, 08 Januari 2013
Goal of Praying - Quantum Ikhlas
Kegiatan mentoring yang biasa aku ikuti setiap minggu tidak hanya menjadi charger keimanan, tetapi juga menjadi media attractive untuk melatih potensi diri, salah satunya adalah kegiatan public speaking dengan menjadwalkan kultum setiap minggu secara bergilir. Dan kebetulan minggu ini adalah jadwalku untuk berbagi ilmu. Materi yang aku angkat adalah tentang Goal of Praying dari buku Quantum Ikhlas - Teknologi Aktivasi Kekuatan Hati (The Power of Positive Feeling) karya Erbe Sentanu.
Pembahasan ini dibuka dengan sabda Rasulullah SAW yaitu "Doa adalah senjata (alat kerja) orang yang beriman."
Kemudian Ali bin Abu Thalib berkata "Kebahagiaan ialah sesuatu yang dapat menghantarkan kepada kesuksesan (surga)." Sebagian besar orang akan merasa bahagia ketika mereka sukses meraih sebuah pencapaian tertentu. Padahal, ketika mencapai semua itu, mana yang lebih berharga, pencapaian itu sendiri atau perasaan bahagia kita? Misal kita menerima selembar kertas bertuliskan gelar kesarjanaan tapi lalu berpikir betapa sulitnya mendapatkan pekerjaan, bahagiakah? Tidak. Jadi, selama ini yang kita cari adalah perasaan bahagia, perasaan puas, perasaan kaya, perasaan sejahtera, dan sebagainya. Dan kita tak perlu repot mencari semua itu dari luar, karena semua itu sudah tersedia gratis 24 jam nonstop di dalam diri kita, dalam hati kita.
Continue reading Goal of Praying - Quantum Ikhlas
Pembahasan ini dibuka dengan sabda Rasulullah SAW yaitu "Doa adalah senjata (alat kerja) orang yang beriman."
Kemudian Ali bin Abu Thalib berkata "Kebahagiaan ialah sesuatu yang dapat menghantarkan kepada kesuksesan (surga)." Sebagian besar orang akan merasa bahagia ketika mereka sukses meraih sebuah pencapaian tertentu. Padahal, ketika mencapai semua itu, mana yang lebih berharga, pencapaian itu sendiri atau perasaan bahagia kita? Misal kita menerima selembar kertas bertuliskan gelar kesarjanaan tapi lalu berpikir betapa sulitnya mendapatkan pekerjaan, bahagiakah? Tidak. Jadi, selama ini yang kita cari adalah perasaan bahagia, perasaan puas, perasaan kaya, perasaan sejahtera, dan sebagainya. Dan kita tak perlu repot mencari semua itu dari luar, karena semua itu sudah tersedia gratis 24 jam nonstop di dalam diri kita, dalam hati kita.
Rabu, 02 Januari 2013
Muhasabah Akhir Tahun: Menuju Hari Esok yang Lebih Baik
Belum pernah sebelumnya melewatkan malam tahun baru tanpa keluarga, dan rencananya malam tahun baru 2013 ini aku akan berada di Jakarta.
Tapi ternyata malam tahun baru 2013 menjadi sangat jauh lebih bermakna karena ini pertama kalinya aku mengikuti malam iman dan taqwa atau "Mabit".
Acara mabit ini sekaligus merupakan momentum muhasabah atau evaluasi diri di akhir tahun.
Acara muhasabah kali kedua yang diselenggarakan oleh Republika ini diselenggarakan di Mesjid Pusdai Bandung, Mesjid terbesar yang ada di Jawa Barat.
Sejak siang hari acara ini sudah diisi dengan acara bazar dari pukul 13.00-18.00 namun sayangnya aku hanya mengikuti acara puncak yakni pukul 19.00-24.00.
Aku bersama teman-teman yang lain berangkat sekitar Ba'da Ashar berhubung tempat kami yang jauh dari Mesjid Pusdai.
Kami memantapkan hati untuk menimba ilmu dan start dari Gunung Batu menggunakan angkot St. Hall - Gunung Batu dan turun di Pasteur dengan ongkos Rp 2.000,-
Kemudian melanjutkan perjalanan dengan angkot Cicaheum-Ciroyom sampai daerah sekitar Gedung Sate tepatnya depan SPBU dan "Baraya Travel" dengan ongkos Rp 3.000,- (ini merupakan bagian belakang mesjid Pusdai).
Kemudian kami berjalan kaki memutari halaman mesjid yang subhanallah luasnya. Kami sampai sekitar waktu Maghrib, namun peserta sudah menyesaki halaman dan ruang Mesjid.
Banyak mobil dan motor yang terparkir, bahkan para pedagang pun ikut tumpah ruah di antara lautan manusia, memanfaatkan event besar yang terjadi setahun sekali ini.