Pembimbing akademik atau dosen waliku adalah Pak Yuliansyah, beliau dosen parasitology. Dosen yang cukup popular di kalangan mahasiswa karena beliau tercatat sebagai salah satu dosen yang rupawan. Menurutku, beliau bijaksana dan senang menantang mahasiswanya untuk berpikir kritis, sedikit menyebalkan, dan cukup menampar ketika berhadapan dengan beliau dalam hal berbau logika.
Dan hari ini, aku datang dengan senyum dikulum namun banjir air mata kemudian. Awalnya aku tidak pernah tahu ataupun peduli tentang fungsi dari dosen wali atau pembimbing akademik. Aku pikir mereka hanya sebagai formalitas untuk meneruskan kuliah dengan bukti tanda tangan yang mereka cantumkan di KRS atau buku bimbingan. Tapi ketika nilaiku jeblok, aku tidak tahu harus mengadu pada siapa, orang tuaku cukup menggantungan banyak harapan kepadaku, dan seandainya mereka tahu kalau nilai ujianku jelek, itu pasti akan sangat membebani pikiran mereka, dan aku gamau itu terjadi. Jadi pembimbing akademik adalah satu-satunya jawaban yang paling bijak yang bisa aku pikirkan.
[caption id="attachment_726" align="aligncenter" width="225"] Pembimbing Akademik saya[/caption]
Hari ketika tingkat tiga sedang mengadapi ujian praktik parasitology, aku datang dengan segunung beban di pundak. Kemudian aku menceritakan betapa kecewanya aku karena nilai absolut ujian kimia klinik teori aku adalah E. Itu artinya apabila tidak ada remedial, aku harus mengulang mata kuliah tersebut tahun depan. Tapi beliau dengan entengnya menjawab, apakah kamu terikat janji untuk lulus selama 3 tahun? BOOOMMM…!!! Entah apa yang beliau pikirkan, tapi it pissed me off. Sebenarnya aku hanya butuh tempat untuk berbagi cerita dan orang yang bisa meyakinkanku untuk tetap optimis apapun yang terjadi nanti. Tapi beliau memberi motivasi dengan cara yang berbeda. Seandainya aku terlena dengan waktuku sekarang, bukan tidak mungkin waktu akan menebasku di kemudian hari. Aku takut dan berjanji akan terus berikhtiar. Beliau juga menyarankan untuk menikmati setiap proses yang terjadi di kampus ini, dan mengikuti kemauan dosen karena dalam setiap masa perkuliahan, dosen lah yang memegang kunci permainan. Dan beliau menambahkan merupakan suatu hal yang tidak intelek apabila aku terus menerus menyalahkan keadaan. Kita tidak akan pernah bisa berlari, kita harus berdiri tegak dan menghadapinya. Mulai detik ini, aku tidak mau terlihat lemah, dan bukankah Allah menyukai orang-orang yang berilmu? Aku tidak akan menyerah. Ganbatte!
0 komentar:
Posting Komentar