Ketika hening malam bertemankan sepi. Hanya ada desahan kipas angin, yang tak bisa berputar. Dengkuran halus yang hilang ketika berubah posisi. Dan isakan tertahan disertai bulir air mata yang melesak keluar.
Melayang dalam benak, kenapa hati tak seputih kapas? Kenapa pikiran tak sejernih embun?
Berkelebat bayangan rasa bersalah atas rasa benci yang tumbuh subur. Bahkan ikrar yang termaktub tentang rival to death.
Jarak dan waktu sang obat hati absen datang.
0 komentar:
Posting Komentar