Minggu, 17 Juli 2016

Dikhitbah, rasanya...

​Ya Allah, telah Engkau tunangkan aku tidak lain dengan 'dia' yang semoga mendekatkan dengan Engkau. Engkau satukan kami dalam majlis yang Engkau ridhai, aku hamba Mu yang tak punya apa-apa selain Engkau sebagai sandaran harapan. Engkau maha mengetahui apa yang tidak aku ketahui...

Pada 17 Juli 2016, Allah titipkan seorang calon teman perjalanan untuk mengembara di Bumi Allah, yang kelak semoga menuntunku menuju Negeri abadi, destinasi impian semua hamba-Nya. 
Alhamdulillah... Walaupun tak pernah ada kata "Would you love to marry me?" Atau "Please, be my bride!" Tapi bahagia rasanya. 
Pertemuan dua keluarga, yang awalnya aku berharap hanya perkenalan kedua keluarga inti berujung menjadi silaturahmi dua keluarga besar. Pertemuan yang sangat singkat, tanggal pernikahan pun langsung dibahas pada acara khitbah tersebut. 



Pengalaman dikhitbah ini diwarnai oleh suatu hal konyol. Cincin pertunangan kami tertinggal. Jadi tidak ada prosesi tukar cincin, sebagai gantinya, abang memberiku sebuah bunga, calla lily putih perlambang cinta yang tulus dan semoga abadi.
Semoga Allah mencukupkan ilmu kami untuk membina sebuah rumah tangga yang bisa menyejukkan dan menentramkan hati. Sebuah keluarga yang harmonis, penuh dengan cinta kasih, kebahagiaan serta harapan yang selalu membumbung dalam menjemput Ridho Allah dan keberkahan-Nya.

Semoga Allah meridhoi dan memudahkan setiap langkah kami dalam mempersiapkan pernikahan. 
Terima kasih mamah & mpa yang telah merestui kami. Do'a kalian dan keluarga besar teramat sangat berarti bagi kami. Semoga pernikahanku nanti bisa menjadi baktiku dan ladang amal untuk kalian. 
Continue reading Dikhitbah, rasanya...