Beberapa hari yang lalu saya merasa benar-benar bingung, sedikit stress mungkin. Pasalnya anak saya yang berusia 3 minggu, mendadak rewel, dan tidak berhenti menyusu. Siang ataupun malam dia susah sekali ditidurkan. Frekuensi menyusu jadi sangat sering, baru mau lepas menyusu kalau merasa tidak nyaman karena pipis atau pup, tapi setelah itu dia menangis lagi karena lapar. Bahkan ketika ketiduran saat menyusu, si bayi tidak mau melepaskan PD saya. Si bayi tidak betah berada di ranjangnya, dan selalu menempel ke ibunya seolah tidak pernah merasa kenyang. Apa yang salah?
Kakek nenek dan kakek nenek buyutnya ikut bingung. Mereka menyangka ASI saya tidak keluar, karena itu si bayi jadi tidak mau berhenti menyusu. Jadi mereka pun kompak memberi saya boosting makanan sayur daun kelor, bayam, bahkan minta suplemen pelancar ASI dari saudara yang juga sedang menyusui (tapi suplemen ini tidak saya makan). Sebenarnya pada awalnya saya merasa optimis kalau ASI saya keluar dan cukup, karena bukankah setiap ibu akan sadar ketika ASI turun? PD terasa kencang. Tapi lama kelamaan saya jadi ikut pesimis, karena hey, bukankah emosi itu menular? Ketika orang-orang di sekeliling merasa parno saya jadi ikut parno, terlebih karena kelelahan terjaga sepanjang malam. Biasanya bayi menangis ketika pipis atau pup tapi setelah celananya diganti dia kembali tenang, tapi kemarin seolah tidak sabar untuk menyusu, si bayi malah menangis makin kencang membuat pilu siapapun yang mendengar. Waktu itu Habibi menghabiskan 15 buah celananya dalam satu malam. Bisa anda bayangkan seberapa sering saya bangun?
Keadaan long distance marriage juga menambah sedih hati saya, ketika bayi rewel, support dari suami adalah yang paling saya butuhkan. Setidaknya sebuah pelukan dari suami bisa jadi penawar lelah. Aahhh, ayahnya Habibi, aku rinduuu...
Jadi bagaimana saya menyikapi hari-hari kemarin? Saya tetap menyusui sesuai keinginan si bayi. Alhamdulillah ada mamah (nenek Habibi) yang super strong, ikut terbangun ketika Habibi menangis, mengganti celananya ketika dia pipis atau pup, menemani saya menyusui Habibi supaya tidak ketiduran. Pernah saking lelahnya, saya tidak terbangun ketika Habibi menangis padahal dia tidur di sebelah saya hahaha akhirnya neneknya yang membangunkan saya. Tapi Alhamdulillah semua itu terjadi hanya beberapa hari saja, setelah itu Habibi jadi anteng, lebih banyak tertidur. Ah, lega rasanya.
Hari berlalu dan ternyata ketika hari ini saya surfing, baru saya dapatkan jawaban dari segala kegundahan beberapa hari yang lalu 😜 Jadi, kemarin itu, Habibi mengalami yang namanya Growth Spurts, yaitu percepatan pertumbuhan biasanya dalam 12 bulan pertama kehidupannya. Percepatan pertumbuhan di sini artinya bayi “didorong” untuk tumbuh lebih cepat dari biasanya sehingga dia membutuhkan asupan ASI lebih banyak dan tubuh Mama akan mendapatkan “natural alert ” untuk memproduksi dan menyuplai ASI lebih banyak lagi sesuai kebutuhan bayi.
Berdasarkan artikel online dari theurbanmama, berikut tanda-tanda bayi kita sedang mengalami growth spurts:
Persis banget dengan yang dialami Habibi. Ah, untung ibu bisa berjuang tetap memberikan ASI eksklusif untukmu, nak. Karena dari yang saya baca, banyak ibu yang frustasi ketika bayi mereka mengalami growth spurts dan memberikan sufor atau MPASI sebelum waktunya. Hiks. Nah, efek dari growth spurts ini belum bisa diketahui karena saya belum cek berat dan tinggi badan Habibi, tapi yang jelas terlihat, pipinya yang makin chubby, dan tingginya yang semakin panjang.
Semoga tulisan ini bermanfaat dan mari terus belajar menjadi smart parents.
Continue reading Anak Anda Mengalami Growth Spurts?
Kakek nenek dan kakek nenek buyutnya ikut bingung. Mereka menyangka ASI saya tidak keluar, karena itu si bayi jadi tidak mau berhenti menyusu. Jadi mereka pun kompak memberi saya boosting makanan sayur daun kelor, bayam, bahkan minta suplemen pelancar ASI dari saudara yang juga sedang menyusui (tapi suplemen ini tidak saya makan). Sebenarnya pada awalnya saya merasa optimis kalau ASI saya keluar dan cukup, karena bukankah setiap ibu akan sadar ketika ASI turun? PD terasa kencang. Tapi lama kelamaan saya jadi ikut pesimis, karena hey, bukankah emosi itu menular? Ketika orang-orang di sekeliling merasa parno saya jadi ikut parno, terlebih karena kelelahan terjaga sepanjang malam. Biasanya bayi menangis ketika pipis atau pup tapi setelah celananya diganti dia kembali tenang, tapi kemarin seolah tidak sabar untuk menyusu, si bayi malah menangis makin kencang membuat pilu siapapun yang mendengar. Waktu itu Habibi menghabiskan 15 buah celananya dalam satu malam. Bisa anda bayangkan seberapa sering saya bangun?
Keadaan long distance marriage juga menambah sedih hati saya, ketika bayi rewel, support dari suami adalah yang paling saya butuhkan. Setidaknya sebuah pelukan dari suami bisa jadi penawar lelah. Aahhh, ayahnya Habibi, aku rinduuu...
Jadi bagaimana saya menyikapi hari-hari kemarin? Saya tetap menyusui sesuai keinginan si bayi. Alhamdulillah ada mamah (nenek Habibi) yang super strong, ikut terbangun ketika Habibi menangis, mengganti celananya ketika dia pipis atau pup, menemani saya menyusui Habibi supaya tidak ketiduran. Pernah saking lelahnya, saya tidak terbangun ketika Habibi menangis padahal dia tidur di sebelah saya hahaha akhirnya neneknya yang membangunkan saya. Tapi Alhamdulillah semua itu terjadi hanya beberapa hari saja, setelah itu Habibi jadi anteng, lebih banyak tertidur. Ah, lega rasanya.
Hari berlalu dan ternyata ketika hari ini saya surfing, baru saya dapatkan jawaban dari segala kegundahan beberapa hari yang lalu 😜 Jadi, kemarin itu, Habibi mengalami yang namanya Growth Spurts, yaitu percepatan pertumbuhan biasanya dalam 12 bulan pertama kehidupannya. Percepatan pertumbuhan di sini artinya bayi “didorong” untuk tumbuh lebih cepat dari biasanya sehingga dia membutuhkan asupan ASI lebih banyak dan tubuh Mama akan mendapatkan “natural alert ” untuk memproduksi dan menyuplai ASI lebih banyak lagi sesuai kebutuhan bayi.
Berdasarkan artikel online dari theurbanmama, berikut tanda-tanda bayi kita sedang mengalami growth spurts:
- Bayi menyusu lebih sering dari biasanya, kadang bisa setiap jam atau setiap 30 menit sekali atau hampir nonstop.
- Bayi lebih rewel dari biasanya, begitu rewel dan disodorkan payudara, bayi langsung mau menyusu. Mudahnya bayi lebih memilih “nempel” langsung pada Mamanya.
- Bayi sering bangun tengah malam untuk menyusu. Bayi seakan mengerti bahwa produksi hormon prolaktin paling tinggi pada malam hari.
- Gejala ini bisa berlangsung selama 2-3 hari, beberapa kasus ada bayi yang mengalami growth spurt sampai 1 minggu. Setelah periode growth spurt , bayi akan tidur lebih tenang dan lebih lama selama 1-2 hari, seakan-akan dia letih habis bekerja keras.
Persis banget dengan yang dialami Habibi. Ah, untung ibu bisa berjuang tetap memberikan ASI eksklusif untukmu, nak. Karena dari yang saya baca, banyak ibu yang frustasi ketika bayi mereka mengalami growth spurts dan memberikan sufor atau MPASI sebelum waktunya. Hiks. Nah, efek dari growth spurts ini belum bisa diketahui karena saya belum cek berat dan tinggi badan Habibi, tapi yang jelas terlihat, pipinya yang makin chubby, dan tingginya yang semakin panjang.
Semoga tulisan ini bermanfaat dan mari terus belajar menjadi smart parents.