Senin, 15 September 2014

Ujian SIM C

Selamat ulang tahun mamah, semoga panjang umur, makin romantis sama mpa, banyak rezekinya, makin dicintai oleh banyak orang. Aamiin. Hadiah ulang tahun mamah, saya diizinkan membuat SIM, yeaayy!

Jadi sekitar pukul 6.30, saya dan mama (kakek) berangkat dari Kasokandel menuju Polres Majalengka untuk membuat SIM. Ketika sampai di sana, ternyata bagian SIM masih tutup, tapi ada polisi yang sedang memberi informasi kepada sepasang suami istri. Maka saya pun mendekat dan bertanya tentang syarat-syarat untuk membuat SIM (sebenarnya mau nanya dimana tempat untuk tes kesehatan).

[caption id="attachment_1449" align="aligncenter" width="300"]Bersama kakek tercinta, soulmate sejati Bersama kakek tercinta, soulmate sejati[/caption]

Syarat-syarat untuk membuat SIM diantaranya:
1. Fotokopi KTP 1 (tempatnya ada di belakang tempat untuk membuat SIM)
2. Surat keterangan sehat dari dokter yang ditentukan (Tempat untuk tes kesehatan “yang direkomendasikan” letaknya ada di luar polres, tepatnya di seberang polres majalengka, agak ke dalam ‘tempat praktik dr. Jajang’ dengan cat tembok berwarna ungu)
3. Fotokopi sidik jari. (Tempat pembuatan sidik jari ada di samping kanan tempat untuk membuat SIM)

Ketika tes kesehatan, kita hanya perlu menyerahkan fotokopi ktp 1, ditanya tinggi/berat badan, dan dites buta warna. Biaya tes kesehatannya Rp 20.000,-.

Setelah semua persyaratan lengkap, kami kembali ke tempat untuk membuat SIM, dan dicek persyaratan oleh bagian sipil (yang jaga di depan) dan memasukannya ke dalam booklist pemohon SIM. Kemudian kami menunggu di tempat yang disediakan untuk menunggu sampai loket dibuka (waktu itu masih apel jadi belum dibuka).

Biaya untuk pembuatan SIM baru yaitu Rp 100.000,-. Semua persyaratan diserahkan ke bagian loket dan saya dipersilakan untuk menunggu. Sekitar 1 jam kemudian saya mendapat panggilan untuk tes teori.

Di tempat untuk tes teori sudah disediakan sebanyak 24 kursi. Boleh memilih tempat duduk selama data tempat duduk kita belum diinput ke Komputer. Saya duduk di kursi no. 14, cukup strategis, dekat ke papan rambu-rambu yang tulisannya sangat irit, keciiiil sekali, dan pandangan ke layar pun enak. Hanya ada dua orang wanita yang ikut tes teori kebanyakan laki-laki.

Untuk pemohon SIM C tidak perlu membawa alat tulis, karena ujian teorinya itu berupa audiovisual, sedangkan untuk pemohon SIM A dan B secara tertulis tapi itu pun menggunakan pensil dari pihak kepolisian.

Jadi untuk pemohon SIM C disediakan 30 pertanyaan yang dimunculkan di tembok (menggunakan infocus). Untuk menjawab diberikan waktu 1 menit untuk masing-masing pertanyaan. Di kursi yang kita tempati disediakan tombol A, B, C. Jadi untuk menjawab pertanyaan, cukup menekan tombol tersebut (pastikan lampu led merahnya menyala).

Saran saya, sebelum melakukan tes teori, perbanyaklah membaca peraturan pemerintah RI Nomor 43 tahun 1993 dan UU No. 22 Tahun 2009, selain itu juga browsing di google, karena banyak orang yang ngeshare pengalaman mereka berikut soal-soal teorinya. Dan terbukti, nilai teori saya 21 (dikatakan lulus bila nilainya > 18) hehehe. Sebenarnya asal paham konsep, soalnya teori yang diujikan kebanyakan adalah ilustrasi, kendaraan mana yang harus didahulukan yang membedakan soal-soal tersebut adalah rambu-rambu lalu lintas dan marka jalan yang ditampilkan. Tapi UU, PP, dan Pengalaman orang-orang juga sangat sangat sangat membantu.

Setelah tes selesai, maka hasil langsung secara otomatis ditampilkan di layar, yang ditampilkan adalah nomor tempat duduk dan nilai. Kemudian orang yang lulus tes teori dipanggil berdasarkan nilai yang paling besar, menandatangan berkas dan dipersilakan menunggu di luar.

[caption id="attachment_1450" align="aligncenter" width="300"]Walaupun masih pagi, pemohon SIM sudah membludak Walaupun masih pagi, pemohon SIM sudah membludak[/caption]

Tidak berapa lama, kemudian ada instruksi bagi yang lulus tes teori dipersilakan untuk menunggu di lapangan uji praktik. Dengan menggunakan motor (motor bebek) yang disediakan oleh pihak kepolisian, para pemohon SIM diberikan satu kali kesempatan untuk mengikuti tes. Tidak ada latihan. Medannya zigzag kemudian angka delapan, lurus dan memutar. Jalannya sempit dan saya gugur di medan yang pertama (zigzag) hahaha. Padahal pengawas uji praktik yang baik sekali sempat memberikan tips, katanya “Pakailah gigi dua, jangan lupa mainkan gas dan rem tangan tapi jangan sekaligus, jaga keseimbangan.” Tapi ketika praktik di lapang, saya lupa semua tipsnya hahaha lupa pakai rem, jadi ketika belok menuju segitiga oren yang kedua, motornya lurus ke pinggirnya. Padahal kaki ga menyentuh tanah. Ya mungkin bukan rezekinya minggu ini bawa SIM.

Oia, walaupun gugur, tidak terlalu malu soalnya para pemohon SIM hari itu tidak ada yang lulus hehehe. Dan semuanya mendapat oleh-oleh surat keterangan jalan sebagai pengantar untuk melakukan ujian praktik lagi 7 hari yang akan datang.

Semangat!! Jangan lupa latihan dulu di rumah!

0 komentar:

Posting Komentar