Alhamdulillah masih diberi kesehatan dan kesempatan untuk naik gunung lagi. Rasanya seperti burung yang lepas dari sangkar emas kali ya hehe… Seneeeeeengg!!! Tapi pendakian kali ini sedikit berbeda, karena menggunungnya harapan akan cerita bahagia sepasang karib. Gunung Gede mungkin jadi tempat yang bersejarah untuk Bang Anyuk dan Kak Uki, pasalnya di tempat inilah kuncup-kuncup cinta mereka merekah dengan indah. Lucky you, kak! ^^ ♥
Menurutku keputusan untuk mengajak wanita mendaki gunung adalah sebuah keputusan yang sangat berani.
Ketika punggungmu sakit, ada dia yang merelakan punggungnya untuk menanggung bebanmu,
ketika semua orang melangkah cepat di depanmu dan meninggalkanmu, ada dia yang menjejeri langkahmu,
ketika nafasmu mulai terasa sulit, ada dia yang menemanimu istirahat menstabilkan nafas,
ketika kerongkonganmu terasa kering, ada dia yang menyodorkan air untuk menghapus dahagamu,
ketika kamu merasa ragu dan takut untuk melangkah, ada dia yang mengulurkan tangan, meyakinkan dan memberimu rasa aman untuk melangkah,
ketika kamu mulai mengeluh, dalam lelah dia tetap tersenyum dan menyemangatimu,
ketika kamu lengah, ekor mata dan kesigapannya tak pernah lengah menjagamu,
ketika yang lain terlelap dalam kehangatan, dia rela menerobos dingin hanya untuk mengantar dan menungguimu buang air,
ketika kamu kedinginan, ada tangannya yang menggenggam jemarimu dan memberikan jaketnya untuk menghangatkanmu,
Selalu ada dia yang berusaha keras untuk menjaga dan membahagiakanmu.
Ketika mendaki gunung, karakter dari masing-masing kepala seolah begitu transparan, dari sanalah keterikatan hati mudah terjalin. Hahaha… jadi mellow gini. Abang, I love you!
[caption id="attachment_1504" align="aligncenter" width="300"] Matahari Pagi Suryakencana[/caption]
Well, menurut banyak orang, Gunung Gede adalah tempat yang sangat memukau, tapi bagiku, Gunung Ciremai tetap menempati deretan teratas karena di sanalah langkah awal perjalananku sebagai penikmat (atau Pencinta?) alam dimulai dan chemistry antara aku & abang mulai terjalin :p
Perjalanan ke Gede, jika boleh aku ingin mengulangnya. :(
Jam 6.30 a.m. aku berangkat dari Majalengka dan sampai sekitar pukul 2 p.m. di Jakarta, kemudian sebelum packing ulang kami menghabiskan waktu di tempat bang Sugy. Dengan berjalan kaki, jam 10 p.m. lewat sekian menit kami menjadi orang paling terakhir yang datang ke PMI Jakbar. Aku bertemu wajah-wajah baru. Tanpa memperkenalkanku, abang langsung tenggelam dalam euphoria sahabat-sahabat karib. Aku sendirian. Abang Jahat!!! :( *Cuma bang Anyuk dan kak Leha yang menjabat tanganku*
Dengan menggunakan mobil tronton yang disediakan oleh panitia, perjalanan menuju Gede pun dimulai. Belum sempat istirahat dari pagi, rasa kantuk pun menyerang, tapi karena ga bisa tidur kepala pun sedikit pusing, tapi hal tersebut tidak mengurangi sukacitaku, orang-orang baru di sekelilingku begitu talkactive dan menyenangkan. Ada saja tingkah mereka yang membuatku ngakak dalam hati.
Bogor di depan mata, Jakarta pun perlahan tertinggal di belakang. Aku ga suka medan licin, aku gamau menyusahkan abang, maka sepanjang perjalanan yang kadang diselingi oleh gerimis dan hujan lebat, aku mengetuk pintu langit, mengudarakan do’aku supaya perjalanan kami lancar dan hari cerah.
Sekitar pukul 2 a.m. kami tiba di daerah pemukiman warga (entah apa namanya) jalur Gunung Putri. Kesan pertama? Dingiiiiiiiiiin… sedikit gerimis. Kak Kiki memberiku permen, dan aku sedikit berbincang dengan orang-orang yang ada di dekatku saat itu, mereka ramah, itu menjadi perintang hati yang sedikit menenangkan perasaanku.
Pendakian dimulai pukul 4 a.m. tepat setelah adzan shubuh berkumandang, dimulai dengan do’a, kami telah menyiapkan hati kami untuk menyapa salah satu keagungan-Nya.
Gunung Gede termasuk yang agak ribet perizinannya (tapi karena panitia yang ngurus, aku gatau gimana ribetnya hehehe) dan termasuk gunung favorit para pendaki. Ketika sampai di GPO kami dicek, harus memakai sepatu, tidak boleh membawa barang-barang yang mengandung bahan kimia seperti shampoo, pasta gigi, sabun, dan entah apa lagi.
Entah bagaimana awalnya, mungkin pengaruh hormon juga (hari itu aku sedang menstruasi hari ke-2), emosi menguasai diriku, aku ga terlalu suka jika abang terlalu memperhatikan wanita lain. Aku memang tipikal pencemburu hahaha but love is nothing without jealousy, isn’t it? :p
Perasaan negatif itulah yang membunuh konsep-konsep yang sudah dipersiapkan sebagai hadiah untuk pasangan yang sedang berbahagia, dan juga kenikmatan yang seharusnya menemani perjalanan kami. Aku dan abang ditemani kebisuan, awan hitam yang biasanya setia menemani langit kota hujan itu seakan berpindah ke pelupuk mataku, berat sekali rasanya.
Setelah melewati pos pertama kami terpisah dari rombongan, mendamaikan hati yang bahkan tak berselisih. Dan berdamai setelah semua akar masalah diutarakan.
Dalam hidup ada banyak cara untuk menyelesaikan masalah, tapi dasar dari semua itu adalah keterbukaan dan keberanian untuk mengeluarkan “kata”. Dan jangan pernah mencoba berbohong dengan mengatakan jika kamu baik-baik saja, padahal sebenarnya tidak!
Entah siapa yang berpendapat, hati menjadi lapang ketika melihat hal yang lapang. Ketika sampai di suryakencana, mata, hati, pikiran, rasanya semua inderaku dimanjakan oleh keindahan ciptaan-Nya. Kebahagiaan itu terasa lengkap, karena dia di sisiku. Semua perasaan negatif yang sebelumnya muncul, sirna sudah. Kami pun terus menyusuri padang edelweiss menuju sumber mata air mencari mas Daus dan bang supri yang telah lebih dulu sampai. Setelah bertemu, sambil menunggu rombongan, kami menggelar tenda dan mengisi perut. Tapi kami tak menemukan satu orang pun dari rombongan sampai penutupan hari.
[caption id="attachment_1506" align="aligncenter" width="300"] Berjalan Beriringan Menyusuri Padang Edelweiss[/caption]
Ada dua hal yang abang ingkari, pertama ketika aku mengajak foto di padang edelweiss, abang menawarkan untuk berfoto dengan edelweiss yang dihiasi cantiknya embun pagi, tapi kami tak pernah melakukan itu. Kedua, aku mengajak keluar untuk melihat sunset, abang menawarkan untuk melihat sunrise tapi esoknya, abang kedinginan dan gamau bangun :(
[caption id="attachment_1508" align="aligncenter" width="300"] Keadaan Surken Masih Sepi[/caption]
Setelah bercengkrama menikmati dinginnya pagi sambil menyeruput susu, makan mie dan roti bakar, kami berbagi tugas, bang supri dan mas daus mengambil air, abang bikin kopi, beresin tenda, sedangkan aku mencari anggota rombongan yang lain. Tapi sayang aku tidak menemukan mereka.
[caption id="attachment_1509" align="aligncenter" width="225"] Canda dan Tawa Menghangatkan Suasana Pagi itu[/caption]
[caption id="attachment_1507" align="aligncenter" width="300"] Siap Muncak[/caption]
Akhirnya kami pun muncak dan di tengah perjalanan menuju puncak, kami bertemu dengan rombongan. Waaaah, haru biru mewarnai pertemuan kami hehehehe bang Jajang bercerita tentang bagaimana khawatirnya beliau karena berkali-kali mencari kami tapi tak jua bertemu. Kami pun merasakan hal yang sama ditambah perasaan bersalah karena membuat yang lain khawatir. Tapi setelah itu kami berpisah lagi. Zzzzz…
[caption id="attachment_1511" align="aligncenter" width="300"] Oi[/caption]
Aku belum pernah bertemu orang banyak di puncak gunung lain, selain di Gede dan Tangkuban Parahu. (jelas lah orang jarang naik gunung hahaha). Satu hal yang aku sesali, kami tidak sempat menjadi saksi romantisme lamaran bang Anyuk untuk kak Uki. :(
[caption id="attachment_1510" align="aligncenter" width="300"] Puncak Gunung Gede[/caption]
Kami turun melalui jalur Cibodas, mengulur-ulur waktu sepanjang perjalanan, menghabiskan waktu untuk sekedar menyeduh kopi dan menyantap mie di tengah perjalanan, mengambil air dan beristirahat lama di tempat camp tapi rombongan tak juga menyusul. Akhirnya kami melanjutkan perjalanan berempat. Beberapa meter sebelum sampai basecamp (bada maghrib), turunlah hujan lebat. Aku membayangkan rombongan, dan semakin kagum lah aku pada mereka yang menghandle barang sekaligus menjaga para wanita.
[caption id="attachment_1512" align="aligncenter" width="300"] "I am Proud of being d'black g'black's Family," said Abang[/caption]
Sekitar jam 11 malam, kami pun berkumpul dan bersiap untuk kembali ke Jakarta.
Terima kasih untuk pengalaman hebat bersama orang-orang hebat. Mohon maaf untuk semua yang hal yang tidak berkenan, semoga kita bisa berjalan bersama lagi di waktu, Tempat, dan keadaan yang lebih baik.
0 komentar:
Posting Komentar