Senin, 28 Januari 2013

Japan Educational Seminar

Acara seminar ini dilaksanakan di Aula Barat ITB. Seperti biasa, bentuknya expo, namun bedanya ada seminar yang dijadwal dari masing-masing universitas. Menurutku acara ini sangat keren tapi kurang efektif karena massa yang terlalu membludak, bahkan aku tercatat sebagai orang ke 4907 yang registrasi. Bayangkan betapa panas dan sesaknya aula yang dipakai untuk acara ini. Berdua dengan teman lama dari SMA, kami berangkat pada pukul 9 AM, karena acara dimulai pukul 10 AM. Dan seperti yang dibayangkan kami harus berderet panjang dalam antrian. Tapi satu hal yang patut dipuji dari orang Jepang, tepat waktu. Sebenarnya motivasi aku untuk ikut acara ini adalah untuk reuni bersama teman-teman lama dari SMA, tapi kebanyakan dari mereka mengcancel untuk datang. Padahal aku telah menyingkirkan 3 agenda lain yaitu menjadi tim kesehatan yang dikirim untuk membantu korban banjir di Jakarta, menjadi tim kesehatan pada acara futsal yang diselenggarakan oleh pihak Danone, dan acara silaturahmi dengan Biofarma di Lembang demi bisa bertemu dengan mereka. Dengan kemajuan teknologi, jauh lebih efektif mengakses informasi via web dibanding acara seminar seperti ini, tapi tidak ada yang sia-sia, dari seminar ini kami ditantang untuk lebih kritis, sebenarnya aku lebih suka datang ke stand kedutaan, kami juga mendapat goody bag berisi setumpuk brosur dan buku mengenai universitas di Jepang.

Kebanyakan kita tahu, syarat utama untuk belajar di universitas Jepang adalah lulus JLPT minimal level pertama, artinya kita memang harus paham bahasa Jepang. Tapi di acara ini diperkenalkan universitas international Jepang yang tergabung dalam “Global 30”, di antaranya Tohoku university, Osaka University, Waseda University, University of Tsukuba, Kyushu University, Doshisha University, The University of Tokyo, Keio University, Ritsumeikan University, Nagoya University, Sophia University, Kyoto University, dan Meiji University. Jadi kita tidak diwajibkan untuk menguasai bahasa Jepang, karena bahasa yang dipakai sehari-hari adalah Bahasa Inggris.

[caption id="attachment_729" align="aligncenter" width="300"]Suasana di ruang seminar Suasana di ruang seminar[/caption]

 

[caption id="attachment_730" align="aligncenter" width="225"]Bersama Diah Sukmawati Bersama Diah Sukmawati[/caption]

Untuk program medical lumayan jarang, hanya beberapa universitas yang memang memiliki jurusan tersebut, di antaranya University of Tsukuba dan The University of Tokyo.
Dengan pengalaman selama kurang lebih 140 tahun, Universitas Tsukuba adalah salah satu universitas tertua dan disegani di Jepang. Terletak di pusat kota Sains Tsukuba, hanya 45 menit dari pusat Tokyo. Universitas ini menawarkan perpaduan yang unik dari kota pendidikan dan pembangunan dan juga penelitian yang berkelas, serta dengan fasilitas olah raga terbaik di Jepang. Ada tiga program baru di tingkat sarjana, Lingkungan Hidup dan Ilmu Pengetahuan, Ilmu Sosial Internasional dan Ilmu Kedokteran, serta 24 Program Pasca Sarjana diajarkan sepenuhnya dalam Bahasa Inggris.
Sedangkan universitas Tokyo adalah sebuah universitas riset terdepan di bidang pendidikan maupun penelitian dengan pengetahuan mutakhir yang melintasi kerja keras manusia sepenuhnya. Universitas ini menawarkan lebih dari 35 program dalam bahasa Inggris pada 10 program pasca sarjana: Ekonomi, Seni dan sains, Sains, Teknik, Ilmu pertanian, Farmasi, Frontier Science, Ilmu Informasi dan Teknologi, Study Informasi Interdisipliner, dan Kebijakan Public. Pada Oktober 2012, dua program baru dalam bahasa Inggris akan diluncurkan untuk program sarjana; Program Internasional untuk Jepang di Asia Timur dan Program Internasional untuk Ilmu Lingkungan.
Aku berharap spesifikasi public health akan ada jauh lebih banyak universitas yang menawarkannya, karena rasanya aku akan keluar dari pusaran Biomedical Science.

0 komentar:

Posting Komentar