Sabtu, 02 Juli 2011

The Worst Day I Had Ever

Pembagian buku laporan hasil belajar memang selalu meninggalkan kesan yang tidak bisa dilukiskan. 

Melihat status adik-adik kelas di social network mengingatkan aku kejadian dua tahun yang lalu ketika aku menginjak kelas VIII SHS. 

Sepulang dari sekolah aku langsung berdiam diri di kamar sambil membuat note di handphone. Judulnya "The Worst Day I Had Ever" (gara-gara dapat ranking 10) ='(

***
Di sana terlampir laporan hasil belajar dari mulai aku menginjak masa-masa SMA. Mataku langsung terpusat pada deretan angka yang tersusun rapi.

"Tak ada cela," batinku berkata.

Walaupun masih jauh dari sempurna, tapi tak ada cela. Namun kenyataan menamparku dengan telak, menyadarkanku bahwa itu masih belum cukup. Sebuah tolak ukur dimana aku masih tersingkir jauh dari ketatnya dunia persaingan.

Aku meringis. Sebuah kesalahan besar ketika mencoba memberanikan diri menantang mata dari orang yang paling aku kasihi. Aku mendapati sebuah tatapan sendu yang begitu jelas tergurat di garis matanya.

Bagaimanapun aku telah berjanji takkan meninggalkan luka, tapi kini di depan mataku, matanya meredup (seolah menangis).

Kenyataan menjebakku. Ia mematikan setiap langkahku. Ia menyeretku ke sebuah pusaran rasa bersalah yang mana aku tak mampu keluar dari dalamnya. Tangisku meledak. 

Rasanya begitu sulit untuk menghirup oksigen, aku ingin keluar dari pusaran ini, aku ingin menjejakkan kakiku di sebuah tanah hijau yang lapang dimana aku bisa mengekspresikan diri. Dimana aku bisa dengan rakus menghirup oksigen tanpa takut kesulitan untuk bernapas.

Kenyataan mendamparkanku pada sebuah lautan emosi tak bertepi, dimana ombak dengan ganasnya menjilat luka yang menganga di hatiku, membentuk sebuah sayatan luka yang semakin melebar.

Kenyataan pahit bahwa mereka terluka. Cukupkah itu menjadi alasan kuat untuk diriku berbenah?
***

sedih banget inget note ini. Malu sama mamah & mpa. Tapi buat adik kelas yang mungkin nasibnya ga jauh beda sama aku, aku cuma bisa ngasi motivasi.

"Although the result isn't like what we've planned. We learnt something from it. 
Bismillahirrahmanirrahim, tomorrow will be better. Believe in God."

0 komentar:

Posting Komentar