Rabu, 10 Oktober 2018

Burlian

Judul: Burlian Serial Anak-Anak Mamak

Penulis: Tere Liye

Penerbit: Republika

Jumlah halaman: vi+339

Resume:

Mamak dan Bapak selalu menyebut Burlian anak yang spesial, ternyata itu adalah cara terbaik untuk menumbuhkan keyakinan dan rasa percaya diri, agar Burlian punya pegangan setiap kali terbentur masalah.

Ada saja tingkah Burlian, pernah suatu ketika Burlian dan Pukat membolos sekolah untuk menangkap belalang. Mamak tidak marah atau mengomelinya, melainkan mengajak mereka ke kebun untuk mengangkut kayu bakar seharian, memberi makan nasi kepal tanpa lauk atau sayur. Cara yang bijak untuk membuat anak-anak jera bolos sekolah.



Mamak dan Bapak sangat mengedepankan pendidikan anaknya. Melihat Burlian dan Pukat masih kesal karena dihukum mamak kemarin, Bapak mengajak mereka menanam pohon Sengon. Bapak berkata,

"Begitu pula sekolah, Burlian, Pukat. Sama seperti menanam pohon. Pohon masa depan kalian. Semakin banyak ditanam, semakin baik dipelihara, maka pohonnya akan semakin tinggi menjulang. Dia akan menentukan hasil apa yang akan kalian petik di masa depan, menentukan seberapa baik kalian akan menghadapi kehidupan. Kalian tidak mau seperti Bapak, bukan ? Tidak sekolah, tidak berpendidikan, tidak punya pohon raksasa yang dari pucuknya kalian bisa melihat betapa luas dunia. Menjadi seseorang yang bermanfaat untuk orang banyak. Kau akan memiliki kesempatan itu, Burlian, karena kau berbeda. Sejak lahir kau memang sudah spesial. Juga kau Pukat, karena kau anak yang pintar. "

Bakwo Dar pernah bercerita di kebun Durian, salah satu penyesalan besar dalam hidup Bapak adalah tidak tamat sekolah SR (Sekolah Rakyat). Tidak berpendidikan, diremehkan, hanya mampu bekerja sebagai buruh kasar, tanpa ijazah banyak peluang karir Bapak yang turut menghilang.

Bapak selalu bijak dalam menyikapi kenakalan Burlian dan Pukat, ketika mereka ditahan oleh Lik lan karena berusaha membuat pisau dari paku yang digilas kereta, Bapak berpesan pada Ayuk Eli, agar Burlian dan Pukat menyelesaikan urusannya sendiri. Mereka yang seharusnya pulang dalam beberapa jam setelah dijemput, harus menginap di stasiun kereta.

Pun ketika Burlian mengamuk karena Mamak menangguhkan membeli sepeda untuk hadiah khatam mengaji di Nek Kiba. Bapak yang menjelaskan bahwa dulu ada seorang ibu yang rela disengat ribuan lebah sampai pingsan demi melindungi anaknya. Ibu itu adalah mamak. Dan Burlian makin merasa bersalah setelah tahu, akhirnya Mamak membelikannya sepeda dari hasil menggadai cincin pernikahannya, satu-satunya kenangan berharga dari pernikahan mereka. Dan menangis terisak-isak ketika cincinnya hilang di tempat pegadaian koh Can.

Burlian orang yang serba ingin tahu, makanya ketika ada proyek jalan yang melewati desanya, dia sangat bersemangat sehingga akhirnya berteman baik dengan Nakamura, salah seorang insinyur dari Jepang. Dan ternyata perkenalannya dengan Nakamura inilah yang membuatnya bisa melihat dunia, berawal dari melanjutkan sekolah di Jakarta, (semua kakaknya melanjutkan sekolah SMP di kota kabupaten), hingga bisa pergi ke Jepang. Berkat Burlian pula, pak Bin, honorer yang 25 tahun mengabdi dan berkali - kali mengalami kegagalan tes cpns akhirnya diangkat menjadi PNS. Burlian memang anak spesial, seperti yang selalu didengungkan oleh Mamak dan Bapak.

Saya merekomendasikan buku ini kepada semua anggota keluarga. Penulis pintar sekali menyisipkan nasihat dalam cerita, tanpa terkesan menggurui, hikmah dalam setiap kejadian gampang dipetik.

⭐⭐⭐⭐⭐

Buku diselesaikan dalam 4 hari. #sibuk wkwkwk

0 komentar:

Posting Komentar