Penulis: Tere Liye
Penerbit : Republika
Jumlah Halaman: iv + 519 halaman
Sinopsis:
Buku ini menceritakan tentang pengalaman seru anak sulung mamak yang dengan berani melakukan perlawanan terhadap penambang pasir yang hendak mengeksploitasi kampung mereka. Berbagai cara dilakukan oleh Eli dan kawan-kawannya yang disebut empat buntal. Dari mulai hal yang ceroboh sampai aksi yang penuh perhitungan. Sampai akhirnya alam sendiri yang menghukum para penambang itu.
Di buku ini juga dikisahkan pertemuan pertama mamak dengan bapak yang hampir mirip dengan cerita Eliana dan Marhotap, salah satu anggota empat buntal yang menghilang setelah melakukan penyerangan ke area penambangan sendirian.
Kisah haru pak Bin yang dengan cita-cita luhurnya sebagai guru tanpa tanda jasa yang berhasil mengharumkan nama sekolah mereka di pameran tingkat provinsi. Sekolah terpencil dan hampir roboh berhasil menampilkan herbarium langka yang memikat para pengunjung bahkan pecinta tumbuhan. Sejatinya museum biologi terbaik adalah hutan mereka sendiri, itu yang disampaikan oleh paman Unus adiknya mamak.
Kutipan yang paling aku suka dari buku ini adalah
Jika kau tahu sedikit saja apa yang telah seorang ibu lakukan untukmu, maka yang kau tahu itu sejatinya bahkan belum sepersepuluh dari pengorbanan, rasa cinta, serta rasa sayangnya kepada kalian.
Hal itu dikatakan Bapak dan uwak Yati kepada Eli, ketika kabur dari rumah. Karena merasa lelah menjadi anak sulung. Orang pertama yang selalu dimarahi mamak jika adik-adiknya bangun kesiangan, telat menuju meja makan ketika makan malam, atau membuat masalah. Eli merasa mamaknya tidak menyayanginya karena selalu memarahinya, tapi akhirnya dia sadar bahwa mamak adalah orang yang paling mencintainya di dunia ini.
Pernahkah kau memperhatikan, siapa orang terakhir yang bergabung di meja makan? Orang yang terakhir menyendok sisa sayur, bahkan kadang kala kehabisan makanan di piring? Lantas siapa pula yang beranjak tidur, baru bisa memejamkan mata setelah memastikan anak-anaknya tidur?
Ia selalu menjadi yang terakhir dalam setiap urusan. Dan ia pula yang selalu menjadi yang pertama membereskan rumah. Ia yang pertama ada saat anak-anaknya sakit, terluka, dan membutuhkannya. Tidakkah kau memperhatikannya ?
Buku ini sangat cocok untuk bacaan keluarga. Perangai Eli yang berani selalu disikapi dengan cara mendidik yang bijak oleh bapak dan mamak.
⭐⭐⭐⭐⭐
Buku ini diselesaikan dalam 3 hari.
0 komentar:
Posting Komentar