Memasuki usia dewasa muda, rata-rata manusia mulai membangun mahligai rumah tangga. Berbagai motivasi saat memutuskan menikah di antaranya: karena rasa cinta, untuk membahagiakan orang tua, faktor ekonomi dsb. Namun, motivasi terbaik adalah untuk beribadah.
Tapi, pada kenyataannya, membangun rumah tangga tidak selalu seindah dan semudah yang kita bayangkan. Bukan kisah Cinderella yang di akhir cerita ditutup dengan: "Mereka pun hidup bahagia selamanya." Justru pernikahan adalah awal dari perjalanan panjang yang penuh dengan perjuangan. Kunci kesuksesannya menurut Brubaker (1983) lekat sekali dengan bagaimana pasangan saling komunikasi, membuat keputusan bersama, dan mengelola konflik.
Hubungan pasutri harus selalu dirawat, seperti tanaman yang perlu disiram dan dipupuk, mencintai pun adalah kata kerja aktif, sehingga terus menerus harus diperjuangkan.
Sayang sekali banyak pasangan yang gagal mengelola 3 hal tersebut, sehingga mengakibatkan empty marriage atau pernikahan yang hampa, dan tidak jarang berujung dengan perceraian. Banyak pernikahan yang hanya menjadi status belaka, tetapi hati masing-masing tetap kosong dan sama-sama merasa kesepian.
Pentingnya berlatih komunikasi yang efektif dengan menggunakan bahasa cinta agar hubungan suami istri tetap terawat. Pada akhirnya, meluruskan niat menikah hanya karena Allah akan membuat segala yang diupayakan tidak terasa terlalu berat. Mari belajar lagi komunikasi dengan pasangan kita demi menuju baiti Jannati.
Continue reading Komunikasi Pasutri Menuju Baiti Jannati
Ketika seseorang menikah, berarti dia telah menyempurnakan setengah agamanya. Maka bertakwalah kepada Allah pada setengah sisanya (H.R. Baihaqi)
Tapi, pada kenyataannya, membangun rumah tangga tidak selalu seindah dan semudah yang kita bayangkan. Bukan kisah Cinderella yang di akhir cerita ditutup dengan: "Mereka pun hidup bahagia selamanya." Justru pernikahan adalah awal dari perjalanan panjang yang penuh dengan perjuangan. Kunci kesuksesannya menurut Brubaker (1983) lekat sekali dengan bagaimana pasangan saling komunikasi, membuat keputusan bersama, dan mengelola konflik.
Hubungan pasutri harus selalu dirawat, seperti tanaman yang perlu disiram dan dipupuk, mencintai pun adalah kata kerja aktif, sehingga terus menerus harus diperjuangkan.
Sayang sekali banyak pasangan yang gagal mengelola 3 hal tersebut, sehingga mengakibatkan empty marriage atau pernikahan yang hampa, dan tidak jarang berujung dengan perceraian. Banyak pernikahan yang hanya menjadi status belaka, tetapi hati masing-masing tetap kosong dan sama-sama merasa kesepian.
Pentingnya berlatih komunikasi yang efektif dengan menggunakan bahasa cinta agar hubungan suami istri tetap terawat. Pada akhirnya, meluruskan niat menikah hanya karena Allah akan membuat segala yang diupayakan tidak terasa terlalu berat. Mari belajar lagi komunikasi dengan pasangan kita demi menuju baiti Jannati.