Minggu, 08 Juni 2014

Jalan-jalan ke BPOM

Tersebutlah tanggal 23 Mei 2014 saya pertama kalinya menjejakkan kaki di BPOM. Disambut oleh satpam saya langsung dipersilakan menuju gedung BPOM.

Di sebelah kiri jalan dari pintu masuk utama, dalam beberapa menit saya pun langsung masuk dan menemui orang di bagian lantai 1. Awalnya saya dipersilakan langsung menuju laboratorium. Namun setelah ngobrol lebih lanjut saya diarahkan ke bagian SERLIK di gedung sebelah. Menurut keterangan beliau orang-orang di laboratorium sedang ada kunjungan ke luar kota.

Akhirnya saya datang ke bagian serlik, menunggu sekitar sejam karena waktu itu saya datang ketika jam istirahat dan ada orang dari pihak kampus lain yang juga berkepentingan di sana.

Akhirnya giliran saya untuk berkonsultasi, menurut bagian SERLIK saya diharuskan membawa surat pengantar untuk dapat mengunjungi laboratorium. Dengan berat hati saya pun kembali ke kampus untuk membuat surat pengantar.

Dan karena berselang dengan dua hari libur di minggu ini, akhirnya surat pengantar pun baru bisa diambil hari Jumat. Hari itu saya langsung kembali mengunjungi BPOM. Saya menghubungi ibu di samping SERLIK. Dan menurut keterangan beliau surat pengantar yang saya harus direvisi namun beliau tetap memasukan datanya.

Hari senin saya kembali ke BPOM dengan membawa surat revisi, dan menghubungi ibu yang hari Jumat saya temui. Beliau menyuruh untuk menghubungi Ibu Kania sekretaris kepala balai. Akhirnya saya pun naik ke lantai 1 dan menemui beliau. Menurut bu kania surat saya sudah sampai di disposisi tapi entah di disposisi mana. Beliau menyuruh saya untuk datang lagi besok dan memberikan contact TU.
Continue reading Jalan-jalan ke BPOM

Senin, 02 Juni 2014

Color Your Life with Making Friend!

[caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="Yenny"]image[/caption]



Waktu yang singkat bukan jadi penghalang untuk membangun ukhuwah. Yenny adalah teman seperjuangan, kami sama-sama SPG Reguler kompas yang ditempatkan di SPBU Jalan Surapati. Wanita kelahiran 1994 ini berstatus ibu satu anak usia 1,5 tahun. Suaminya bekerja di PT. Nusantara. Dia lulusan SMK dan pernah berpengalaman sebagai Financial officer di PT. Agrodana. Selama kerja kami bisa berkoordinasi dengan baik, di luar kerja pun kami cukup akrab, makan bersama, belanja bersama, jajan bersama, ngerumpi bersama.

[caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="Desya Ides Dariah"]image[/caption]



Nah, kalau yang satu ini nama panggilannya Ides. Dia 2 tahun lebih muda dariku tapi nampak matang dan dewasa. Dia adalah operator di SPBU JL. Surapati. Kami menjadi sangat akrab karena kebetulan berasal dari kampung halaman yang sama, Majalengka. Hanya saja rumahnya di Bantarujeg, jauh dari tempat tinggalku. Di kostannyalah aku menjadi parasit selama 2 hari :D
Menyenangkan punya teman untuk berbagi, tak saling menuntut namun saling memberi. Dia suka menggambar dan menulis puisi. Dia paling suka melihat bintang. Dia ingin melanjutkan pendidikan ke bidang multimedia, dan berharap bisa masuk dunia perfilm-an. Dia bercita-cita menjadi seorang camera-man. Aamiin. Semoga Allah mendengar semua do'amu, ya des!

Semoga ukhuwah kita terjalin sampai ke jannah-Nya. Aku mencintai kalian karena Allah, teman-teman baruku ^^
Terima kasih Allah dan kompas yang telah mempertemukan kami.



Continue reading Color Your Life with Making Friend!

Selasa, 27 Mei 2014

Love Julinsee

Love Julinsee ini merupakan film romance Thailand. Film yang disutradarai oleh Chainarong Tampong dan Sakon Tiacharoen ini dirilis pada 3 Maret 2011. Filmnya terdiri dari 4 scene dengan masing-masing love story yang berbeda tapi diikat oleh ending "Big Mountain Music Festival" di Khao Yai National Park.

image


Berikut ringkasan cerita dari masing-masing scene:

1. Senior Crush - Sometimes Love doesn't care about age
Cast:
Piboonthanakiet as Boat
Apinya Sakuljaroensuk as Fon
Continue reading Love Julinsee

Senin, 26 Mei 2014

Pengalaman jadi SPG, Gampang-Gampang Susah

Apa yang terpikir dalam benak kalian ketika mendengar kata SPG? 

Cewek-cewek cantik yang genit? 

Orang-orang yang suka memaksa? 

Seorang SPG adalah orang yang berjuang untuk hidup dengan menawarkan barang dari agensinya. Mereka bekerja di bawah tekanan target.

Siapa yang akan berpikir kalau saya akan turut pula menjadi seorang SPG? Dengan tetap berpenampilan syar'i, rok, kemeja panjang dan jilbab, saya ditempatkan di SPBU Surapati Bandung depan mesjid Pusdai.

Bagaimana rasanya? Melelahkan, baik fisik mau psikis. Di tengah rendahnya minat baca orang-orang Indonesia dan menjamurnya internet user, menawarkan koran menjadi susah-susah gampang.

Di hari pertama saya hanya menjual 4 buah koran selama 8 jam kerja. Bayangkan! Tidak ada seperenamnya dari target. :(

Suasana di SPBU sebenarnya tidak terlalu sepi hanya saja memang jarang orang yang tertarik apalagi kalau menjelang siang.

Selama bekerja saya banyak sekali mendapat komentar dari para konsumen:

"Ko mau sih neng, ngasong?"

"Zaman sekarang baca koran ketinggalan zaman, neng!"

"Ah, mending dari internet, lebih up to date"

"Saya ga suka baca!"

"Saya ga bisa baca!"

Dan masih banyak lagi. Menjadi SPG adalah sebuah tantangan tersendiri. Mudah-mudahan di hari kerja selanjutnya bisa lebih hoki dan mencapai target. Aamiin. Do'akan saya, ya!
Continue reading Pengalaman jadi SPG, Gampang-Gampang Susah

Minggu, 25 Mei 2014

My First Job

Setelah melewati keragu-raguan yang panjang ketika menerima berita lowongan pekerjaan di group whatsapp kelas, akhirnya hari ini saya menjejakkan kaki di gedung graha kompas yang beralamat di JL. RE Martadinata (Riau) No. 46.

Kenapa ragu?
1. Ini kali pertama saya melamar pekerjaan jadi muncul segala kekhawatiran terhadap penipuan dan semacamnya.
2. Butuh manajemen waktu yang sangat baik antara bimbingan KTI, penelitian, dan pekerjaan.

Saya diterima sebagai SPG reguler Kompas Gramedia tanpa melewati seleksi yang terlalu rumit. Saya hanya konfirmasi melalui bbm kemudian datang langsung ke alamat agencynya untuk briefing dengan membawa cv.

Dalam briefing dijelaskan tentang target, pola kerja, jadwal, produk, harga produk dan lain-lain. Calon SPG yang datang hanya 6 orang termasuk saya. Mereka mengenakan pakaian yang modis layaknya SPG yang berpengalaman. Setelah dikonfirmasi ternyata mereka memang telah sering terjun ke lapangan menjadi SPG. Sedangkan saya dengan kostum yang jauh dari penampilan seorang SPG (kaos gombrang, rok lebar, dan kerudung yang terurai, tanpa make up, plus sendal jepit ber-heels). Namun, kami membaur dengan baik. Besok saya langsung ditempatkan di SPBU jalan Surapati depan Mesjid Pusdai.

Setiap ikhtiar dan do'a akan selalu dibalas dengan yang terbaik oleh Allah, mudah-mudahan saya tidak salah mengambil keputusan. Dan saya berharap dengan meniti karir dari nol seperti ini bisa mengajarkan saya untuk lebih bersyukur atas nikmat-Nya. Semoga suatu hari nanti pengalaman yang saya dapat bisa menginspirasi orang lain.

Semoga sukses dalam karir pertamanya, Riska!




Continue reading My First Job

Jumat, 23 Mei 2014

Need more Revisi!

Setelah berkonsultasi dengan dosen pembimbing, beliau menyarankan saya untuk mencari prosedur standar pemeriksaan Antioksidan dengan menggunakan DPPH di BPOM atau dosen farmasi Poltekkes Bandung.

Akhirnya saya memutuskan detik itu juga untuk mengunjungi BPOM. Saya baru tahu bahwa BPOM berada dalam satu kawasan dengan Dinas Kesehatan yaitu di Jalan Pasteur No. 25 Bandung 40171.

image

Sesampainya di sana saya langsung menuju gedung BPOM, ternyata sepi karena kebetulan saya datang di jam istirahat. Ada seseorang yang menyambut kedatangan saya dan beliau memberi arahan tentang proses birokrasi di sana. Saya diarahkan ke bagian SERLIK.

image

Untuk melakukan kunjungan ke BPOM saya harus membawa surat pengantar dari kampus. Datang dengan tangan kosong tanpa surat pengantar terpaksa saya harus kembali lagi di lain waktu.

Setelah dari BPOM saya bergegas mengunjungi Pak Indro dosen Farmasi dengan maksud untuk berkonsultasi. Setelah berdiskusi panjang lebar (tidak hanya tentang penelitian, tapi juga tentang mind mapping, personal life, politik, karir, dsb sampai kami terhanyut suasana dan menangis bersama) ternyata penelitian antioksidan pada kecap sulit untuk dilaksanakan. Mengingat warna DPPH yang ungu gelap dan kecap yang berwarna hitam, maka akan sulit dibaca oleh spektrofotometer. Beliau menyarankan untuk meneliti langsung dari kedelai.

Maka berbekal saran dari beliau saya kembali ke kampus bermaksud untuk kembali konsultasi dengan pembimbing saya, namun sebelumnya saya mengunjungi bagian administrasi untuk meminta surat pengantar ke BPOM. Ternyata di sana saya bertemu dengan pembimbing, kebetulan sekali, jadi berdasarkan obrolan singkat, pada dasarnya pembimbing saya setuju untuk mengubah sampel penelitian. Masih belum jelas seperti apa nanti, mudah-mudahan Allah senantiasa menunjukkan jalan yang terbaik.


Continue reading Need more Revisi!

Selasa, 20 Mei 2014

Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bandung

Hallo, masih bingung mau melanjutkan kuliah kemana? Mungkin Poltekkes Bandung bisa jadi salah satu option. Berhubung banyak yang bertanya tentang Analis Kesehatan, maka berikut akan saya bahas secara garis besarnya.


1. Apa sih Analis Kesehatan itu?


Buat yang masih asing tentang profesi analis kesehatan, saya sarankan baca tulisan salah seorang alumni dari Analis Kesehatan Poltekkes Bandung. Click Here! Err... sedikit perkenalan tentang penulis artikel tersebut, kang Rizal adalah ketua himpunan mahasiswa Analis Kesehatan tahun 2011-2012 (AKB Angkatan 25).


Masih belum terbayang analis kesehatan seperti apa? Simplenya, apakah teman-teman pernah datang ke rumah sakit? Pernah mengunjungi laboratorium klinik Rumah Sakit? Pernah dengar nama Prodia, Pramita, atau laboratorium klinik lainnya? Nah, pasti teman-teman akan menemukan sosok Analis Kesehatan di sana.


Continue reading Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bandung

Jumat, 16 Mei 2014

Sabtu, 19 April 2014

Kawah Putih

Pulang dari Gunung Tangkuban Parahu aku dan abang melanjutkan perjalanan menuju kawah putih. Kami berencana bertemu bang Iwan dan Eka di sana. Tapi ternyata di perjalanan mereka memutuskan untuk langsung pulang ke Jakarta dan datang ke taman bunga di Bogor. Walaupun bang Iwan dan Eka batal pergi ke kawah putih, kami tetap melanjutkan perjalanan ke sana.
Mengambil rute yang berbeda dari perjalanan awal, kami melewati daerah Parongpong, Nanjung, dan akhirnya Soreang. Cukup sulit untuk sampai di  Soreang, berhubung kami sama-sama belum pernah ke sini, beberapa kali kami sempat tersasar. Namun orang-orang di Bandung memang begitu hangat kepada para pendatang, hal tersebut membuat kami tidak sungkan untuk bertanya.
Ketika sampai di depan Stadion Jalak Harupat, abang begitu excited. Dia yang selalu meledekku narsis malah bermetamorfosis jadi makhluk photogenic. Kami berhenti sebentar di luar gerbang stadion karena pintu masuk ditutup dan sepertinya tidak dibuka untuk umum kecuali ketika ada pertandingan.







image









Aksi kami rupanya mengundang penasaran orang. Bahkan ada pasangan yang juga ikut berfoto ria dengan background stadion jalak harupat.
Kami melanjutkan perjalanan, sekitar pukul 12.29 perut kami mulai keroncongan dan kami pun singgah di Rumah Jamur (Pasir Jambu, Soreang). Setali tiga koin kami juga numpang ngecharge hp yang hampir sekarat. Sepi. Padahal rumah makan tersebut lumayan menarik, dari jendela kita bisa melihat kolam ikan yang dikeliling oleh kebun. Kami duduk lesehan di tempat paling ujung (berhubung cuma di sini yang ada colokan) sambil menonton TV. Kami memesan daging ayam bakar dan teh manis ditambah pencuci mulut jamur crispy. Sebenarnya menu yang ditawarkan sangat beragam dan banyak varian masakan jamur. Namun harganya juganya lumayan. Jadi kami memilih yang ramah di dompet.





image









Terhipnotis oleh cita rasa makanan yang disajikan kami sampai lupa mengabadikan moment di sana. Makanannya emang enak-enak, tapi porsinya kecil dan harganya mahal. Baru ketika hendak pulang, kami baru teringat akan kamera. Dan kami pun selfie dengan muka ngantuk karena kekenyangan.
Ketika dikonfirmasi ke penjaga rumah makan tersebut, jarak ke kawah putih masih sangat jauh, berkilo-kilo meter lagi. Dan jam 17.00 tempat wisata tersebut sudah ditutup karena gasnya yang mulai beracun.
Bingung antara terus jalan atau kembali pulang. Tapi setelah sejauh ini perjalanan rasanya sayang kalau lelah ini tidak terbayar. Oleh karena itu kami memutuskan untuk KEEP GOING!
Percayalah, mencapai kawah putih sangat melelahkan, entah itu perjalanan dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun umum.
Cuaca mendung, dan ketika kami hampir tiba di kawasan kawah putih, gerimis pun turun. Seketika itu pun kami berbalik arah dan mencari penginapan. Kami memutuskan untuk berbalik arah karena khawatir di atas tidak ada penginapan dan kalaupun ada pasti harganya jauh lebih mahal dibandingkan dengan penginapan di bawah. Kami pun singgah di penginapan yang paling dekat.
Pondok Gembyang, Jl. Patengan km. 38. Desa Baru Tunggul, Alam Endah. Telp. (022)5928998, 087824622244 Ciwidey, Bandung.
Kami membooking satu unit penginapan standar seharga 200k. Fasilitas




yang didapat cukup memuaskan, kamar dengan seprai wangi dan bersih rapi, sebuah tv, kamar mandi dengan air hangat, alat shalat, kolam air hangat, rak-rak tempat menyimpan pakaian, roti panggang untuk sarapan, kopi, teh, dan masih banyak lagi.
Malam harinya kami turun untuk mencari makanan dan kami singgah di Rumah Makan Bebek dan Ayam Unti, Jl. Raya Ciwidey Rancabali Telp. (022) 85920555.

[caption id="" align="alignnone" width="2000" caption="Pagi di Pondok Gembyang"]image[/caption]



Ceritanya candle light dinner, suasananya romantis, ditemani gemericik air dari kolam, kaki kami pun bisa berselonjor menyentuh air kolam, karena tempat makannya disetting sedemikian rupa sehingga kami di bawah meja makan tersebut terhubung dengan kolam.
Kami makan enak malam itu, benar-benar moment yang jarang. Terima kasih buat Yayu yang sudah jadi sponsor setia kebahagiaan kami.

[caption id="" align="aligncenter" width="840" caption="Candle light dinner"]image[/caption]



Kami tidak langsung angkat kaki setelah menyikat bersih makanan yang ada. Menikmati malam yang diciptakan begitu romantis dengan segala suguhan kekuasaan-Nya.
Insiden lucu di penginapan ini adalah ketika pagi-pagi kami kelaparan, kami pun menagih fasilitas roti bakar yang tertulis di brosur, memalukan tapi butuh hahaha. Ternyata jauh dari ekspektasi kami, roti tawar + susu coklat yang dipanggang. Tapi lumayan lah untuk mengganjal perut.
We are ready to go! Yeay! Kawah putih we are coming..

image



Kami menggunakan kendaraan pribadi dengan tujuan bisa meminimalisir budget, ternyata sesampainya di sana, pihak pengelola tempat wisata ternyata begitu komersil. Pertama kami parkir motor seharga Rp 5.000 dan helm tidak boleh disimpan di motor, harus dititipkan, biaya penitipannya sebesar Rp 5.000.
Kemudian tiket masuknya Rp 28.000 per orang biaya tersebut sudah termasuk tiket masuk dan kendaraan ontang anting yang akan mengantar ke tempat wisatanya. Kami diberikan kartu untuk membuka palang pintu yang menghubungkan ke tempat ontang anting.

Ontang anting ini mobil serupa angkot dengan kapasitas penumpang 12 orang ditambah sopir. Kami menunggu lumayan lama karena mobil baru berangkat apabila sudah terisi penuh.
Menurut informasi pihak pengelola sudah tiga tahun melarang adanya kendaraan pribadi yang langsung masuk ke tempat wisata. Tapi apabila hendak membawa mobil pribadi, maka akan dikenakan biaya Rp 150.000 per mobil ditambah Rp 15.000 per orang. Ckckckck
Tapi hal positif dengan diberlakukan peraturan tersebut adalah bisa memberdayakan warga yang berdomisili di sekitar tempat wisata, mereka jadi punya mata pencaharian.

[caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="Ontang anting"]image[/caption]



Entah memakan waktu berapa lama, akhirnya kami sampai di kawasan kawah putih. Banyak yang menyodorkan masker. Ingat! Bawalah masker sendiri. Di sini, harga masker dispossible yang umumnya dijual Rp 500 - Rp 1.000 dijual dengan harga Rp 5.000. Luar biasaaaa...
Di depan area masuk sudah banyak orang yang mengantri untuk foto di tugu bacaan kawah putih. Keadaan di sana ramai sekali, dari beragam usia, tua muda semuanya tumpah ruah.

image



Kami harus menuruni tangga yang lumayan panjang. Tapi tidak sepanjang great wall China. :D
Sesampainya di bawah aku langsung terbatuk-batuk tidak kuat menahan bau belerang. Tapi hal tersebut tidak berlangsung lama, aku pun mulai terbiasa. Dan kami langsung memulai pemotretan.

image



Ada banyak fotografer yang menawarkan jasanya. Hanya Rp 10.000 tapi kami memilih untuk menggunakan kamera sendiri.

image



Tempatnya cantik, sesuai namanya hampir semua berwarna putih, air, pasir. Banyak juga orang yang melakukan prewedding di sini.

image



Tapi entah kenapa aku kurang puas terhadap perjalanan ke tempat ini, selain biaya yang mahal, tempat ini walaupun suhunya terasa dingin tapi matahari menyengat langsung. Dan jarang ada yang jualan makanan, mungkin khawatir terkontaminasi racun.

image



Tadinya kami hendak melanjutkan ke situ patenggang. Tapi berhubung waktu sudah siang dan kami harus melanjutkan perjalanan ke Majalengka, dengan berat hati kami pun pulang.
Oia dalam perjalanan pulang, sempat berdiskusi dengan sopir ontang anting. Katanya apabila kita mau masuk gratis, cukup bawa motor tapi jangan pakai helm. Biasanya para pengelola mengizinkan masuk gratis orang-orang yang tinggal di sekitar sana.
Ada insiden lucu juga ketika pulang, kami melewati orang-orang yang berjualan, hampir setiap toko meneriakkan hal yang sama, stroberinya teh. Rp 5.000 dua. Ketika aku menoleh, terlihatlah buah stroberi segar, merah merona sangat menggoda. Sempat tidak percaya, kemasan sebesar itu hanya Rp 5.000 dapet dua pula. Aku pun tertarik untuk menghampiri, ternyataaaaa.... ZONK! kemasan stroberi yang dipajang harganya Rp 25.000 sedangkan yang ditawarkan seharga Rp 5000 itu kemasan kecil. dasar, marketing yang bagus hahaha. Hati-hati jangan tertipu ya!



Posted from WordPress for Android
Continue reading Kawah Putih