Senin, 11 Juni 2018

Review Buku Berteman Dengan Demam

Penulis: dr. Arifianto, Sp. A dan dr. Nurul I. Hariadi, FAAP
Editor: Gita Romadhona
Penerbit: KataDepan
Cetakan Pertama, September 2017
x+250 hlm, 14 x 20 cm
ISBN 979-602-6475-76-3



"Anak Sakit, Tak Perlu Panik" kalimat pembuka dari buku langsung memberikan rasa optimis dan penasaran bagi saya sebagai pembacanya. Menghadapi anak sakit, bukanlah hal yang mudah. Rasa khawatir orang tua sering kali berakhir dengan keputusan kurang tepat, anak harus dirawat di rumah sakit, misalnya. Padahal, kondisi anak ternyata tidak memerlukan perawatan.
Continue reading Review Buku Berteman Dengan Demam

Jumat, 08 Juni 2018

Memilih Susu Formula yang Cocok untuk Bayi diatas 1 Tahun

Berhubung Habibi sudah menginjak 11 bulan, mamak sudah mulai mencari informasi tentang susu formula. Seiring bertambahnya usia, kebutuhan cairan Habibi pun meningkat, sedangkan asi cenderung konstan bahkan menurun produksinya. Dan entah harus senang atau sedih, Habibi lebih suka asi dibandingkan dengan air putih.

Mamak berencana saat Habibi menginjak usia satu tahun nanti, akan memakai susu formula sebagai selingan asi. Tapi walaupun begitu, mamak tidak mau asal dalam pemberiannya, setelah browsing, ternyata ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh susu formula follow up (susu formula yang bisa dikonsumsi bayi di atas 1 tahun) sesuai dengan codex alimentarius.

Berikut syarat-syaratnya:
Continue reading Memilih Susu Formula yang Cocok untuk Bayi diatas 1 Tahun

Rabu, 06 Juni 2018

Mencari Tahu Bakat Diri, Bekal Menjadi Ibu Produktif

Di NHW 7 Matrikulasi Institut Ibu Profesional, kami diajak untuk mengkonfirmasi potensi kekuatan dan kelemahan menggunakan tools yang dibuat oleh para ahli di bidang pemetaan bakat. Ada banyak tools yang sudah diciptakan oleh para ahli tersebut, diantaranya dapat dilihat secara online di www.temubakat.com http://tesbakatindonesia.com/ www.tipskarir.com dan masih banyak lagi berbagai tes bakat online maupun offline yang bisa kita pelajari.

salah satu tools yang bisa dicoba adalah www.temubakat.com yang kebetulan kita bisa mengkonfirmasi langsung ke penciptanya yaitu Abah Rama Royani, yang sering menjadi guru tamu di komunitas Ibu Profesional.

Bagi Anda yang ingin memakai fasilitas Free di temubakat.com silakan ikuti panduan di bawah ini:

  1. Masuk ke www.temubakat.com

  2. Isi nama lengkap Anda dan isi nama organisasi: Ibu Profesional

  3. Jawab Questioner yang ada di sana, setelah itu download hasilnya

  4. Amati hasil dan konfirmasi ulang dengan apa yang Anda rasakan selama ini.


Nah, berikut hasil temu bakat saya:

Picture1

Mari kita jabarkan, sesuai ga ya dengan yang saya rasakan selama ini?
Continue reading Mencari Tahu Bakat Diri, Bekal Menjadi Ibu Produktif

Kamis, 24 Mei 2018

Pilih-Pilih Breastmilk Storage

Bagi para ibu yang aktif bekerja di ranah publik pasti sudah akrab dengan breastmilk storage, karena kebutuhan ASIP untuk si buah hati selama ditinggal bekerja. Tapi tak jarang ibu yang bekerja di ranah domestik pun sering menstock ASIP, walaupun bayinya tetap direct breastfeeding. Soalnya prinsipnya kan demand and supply, semakin sering kita mengosongkan payudara, maka akan semakin banyak ASI kita.

Nah, setelah dipumping, tentu jadi kewajiban para ibu nih untuk memilih breastmilk storage yang aman buat si buah hati.

Berikut breastmilk storage yang pernah saya pakai:

1. Botol ASI steril

Botol steril ini kapasitasnya 100mL. Harganya sekitar 8k/botol. Lumayan yaaa huhuhu

2. Botol bekas UC

Botol bekas? Yakin? Eits... Jangan parno dulu mak, sebelumnya pasti disterilisasi dulu dong. Jadi berhubung waktu itu di kantor ada acara, dan sebagai booster supaya tetap fit, para staff dibagikan minuman ini. Berlimpah ruah lah itu botol, daripada dibuang, mending tak ambil. Kapasitasnya bisa sampai +/- 140mL *cmiiw*
Continue reading Pilih-Pilih Breastmilk Storage

Selasa, 22 Mei 2018

Busui ikut Puasa?

Banyak pertanyaan seputar ibu menyusui yang ikut berpuasa. Bolehkah busui berpuasa? Amankah untuk bayi? Bagaimana supaya ASI tetap deras?

Awalnya juga saya ragu-ragu untuk ikut puasa, tapi saya mencoba sehari berpuasa dan ternyata Alhamdulillah kuat. Maka saya lanjutkan berpuasa. Pengalaman ketika hamil dulu yang Alhamdulillah bisa berpuasa sebulan penuh juga menambah optimisme saya.

Bolehkah busui berpuasa?

Jawabannya tentu boleh, dengan pertimbangan tidak membahayakan ibu dan si bayi.



Contoh berbahaya seperti apa jika busui berpuasa?
Continue reading Busui ikut Puasa?

Jumat, 15 September 2017

Milestone : Habibi 2 Months

Alhamdulillah, makin tambah gede kamu, nak! Sudah 2 bulan. Tapi banyak yang menyangka kalo Habibi lebih dari 2 bulan gara-gara badannya yang bombom. Sebenarnya ga gede gede banget sih badannya tapi pipinya itu loh wkwkwk

Tanggal 15 September tepat 2 bulan usia Habibi, ada imunisasi, dan pertumbuhan fisiknya pesat sekali.

Berat badan: 5.2 kg

Tinggi badan: 57 cm

Naik 1.2 kg, padahal pas pertama lahir ke bulan pertama cuma naik 8 ons hihihi Ibu senang kalau pertumbuhanmu lancar, sayang !

Di bulan kedua ini Habibi sempat ga pup selama seminggu, parno dong ibu, apalagi orang-orang menyalahkan ibu, menyangka ibu tidak menjaga pola makan makanya berimbas ke kamu. Makin merasa bersalahlah ibu, maaf kalau ibu salah ya, nak!

Tapi setelah menggali informasi, ternyata anak ASI wajar kalau ga pup selama 12 hari, beda dengan anak yang sudah diberi sufor, dia harus pup tia hari. Kalau yang hanya diberi ASI berarti tubuhnya menyerap terlalu banyak cairan sehingga tidak ada ampas yang dibuang, karena ASI memang sangat mudah dicerna oleh tubuh, makanya bayi selalu lapar terus.

Selain ga pup selama seminggu, tapi kadang sehari sekali, sehari dua kali, masih belum konsisten pupnya. Tapi konsistensi pupnya udah mulai solid, lembek gitu lah.

Bagaimana milestone nya ? Yuk, kita cek !

1. Cooing

Kata mpa dan mamah, hal ini yang akan sangat mereka rindukan dari Habibi, suara helang katanya. Jadi habibi tiba-tiba teriak dengan suara yang melengking tapi lucu.

Continue reading Milestone : Habibi 2 Months

Selasa, 15 Agustus 2017

Milestones: Habibi 1 Month

Time flies, tidak terasa Habibi sudah berusia satu bulan. Alhamdulillah. Masa satu bulan ini penuh dengan haru biru dan suka duka bagi new mom ini. Masa-masa insomnia. Masa-masa long distance marriage. Habibi termasuk anak yang sangat apik, pipis-nangis-minta netek-bobo, pup-nangis-minta netek-bobo. Siklusnya selalu seperti itu.

Alhamdulillah selama satu bulan ini Habibi bertumbuh dengan baik. Ketika berumur tiga hari, Habibi sudah diajak melakukan perjalanan jauh dari Jakarta ke Majalengka hihi. Ya, tepat setelah keluar dari Rumah Sakit, kami langsung menuju Majalengka.

Milestone-anak-satu-tahun

Setiap setelah imunisasi pun Habibi tidak mengalami demam atau rewel. Hanya saja Habibi sering sekali menyusu untuk durasi yang sangat lama, hingga terkadang ibunya kewalahan. Ketiduran ketika mengASIhi, kesemutan, sakit punggung (karena menyusui sambil duduk, aku belum bisa menyusui dengan posisi rebahan), puting lecet, bahkan sering susah untuk bangun ketika akan memindahkannya ke ranjang setelah Habibi tidur kekenyangan. Seru deh pokoknya!

Nah, milestone bayi satu bulan berdasarkan buku KIA dan referensi dari internet itu sebagai berikut:

1. Menatap ke ibu

Habibi baru melihat ke ibunya menjelang usia satu bulan, itu pun hanya ketika menyusu dan sangat jarang. Seringnya cuek bebek saja.


2. Mengeluarkan suara "oooo" / "aaaaa"

Belum terlalu jelas sih ketika bilang ooo atau aaa nya, tapi sudah mulai "alewoh" (dalam bahasa Indonesia artinya mengoceh) sendiri.


3. Menggerakan kaki dan tangan secara aktif

Tanda ini benar-benar terlihat jelas. Dia akan menendang-nendang ketika berganti celana, ketika dia sudah kenyang menyusu, dia akan refleks mendorong tubuh Ibunya, atau ketika disimpan dalam posisi tidur (tidak digendong), kaki dan tangannya akan bergerak aktif.

4. Kepala menoleh ke kanan dan ke kiri

Ketika ada orang yang akan menciumnya, pasti dia menoleh ke kanan dan ke kiri, seperti menolak untuk dicium wkwk. Ketika disimpan dalam posisi tidur pun, dia aktif sekali menoleh ke kanan dan ke kiri.


5. Bereaksi terhadap bunyi

Habibi sepertinya belum terlalu merespon bunyi. Ketika ibunya bertepuk tangan dia akan tetap anteng dan tidak mencari sumber suaranya. Tapi ketika sedang rewel, kemudian dinyanyikan shalawat nariyah, Habibi akan langsung diam dan anteng.

6. Bisa melihat pola hitam putih

Habibi sangat suka melihat pintu dan lemari yang berwarna coklat. Begitu fokusnya dia bisa tidak mengedipkan mata dalam durasi yang lama.


7. Tersenyum dan tertawa

Habibi pertama kali tersenyum ketika berusia satu minggu. Tapi bukan karena merespon orang yang mengajaknya bercanda, melainkan dia tersenyum sendiri tanpa sebab (seringnya smirking hahaha). Tapi belakangan ketika opanya sedang mengajaknya ngobrol, Habibi mulai suka tersenyum. 

Habibi mulai tertawa ketika masuk usia 4 minggu. Tapi jarang.


8. Mengangkat kepala

Ketika sedang mandi dalam posisi ditengkurapkan, dia selalu mengangkat kepalanya. Begitu pun ketika ditimang, terkadang kepalanya mengangkat hingga membuat kaget orang yang menggendongnya karena khawatir jatuh. Ketika dibedong pun dia suka mengangkat kepala karena merasa tidak nyaman dan membuat gerakan lucu seperti duyung xoxo

Perkembangan lainnya diantaranya:
Habibi suka memainkan ludah dari usia satu hari, mungkin karena lapar, karena ASI baru keluar di hari ke-3. 

Habibi mulai suka mengemut sarung tangannya, 

Mulai suka  memegang bagian sisi ember ketika sedang ditengkurepkan pas mandi seperti takut terjatuh atau menyusui, 

dan Habibi mulai terlatih diberikan ASI menggunakan sendok.

Untuk perkembangan fisiknya, tepat 30 hari diimunisasi di posyandu.

Berat badannya: 4 kg

Tinggi badannya: 50 cm

Alhamdulillah 'ala Kulli Hal. Selamat satu bulan ya, anakku sayang! Semoga Habibi sehat terus 😘
Continue reading Milestones: Habibi 1 Month

Rabu, 09 Agustus 2017

Anak Anda Mengalami Growth Spurts?

Beberapa hari yang lalu saya merasa benar-benar bingung, sedikit stress mungkin. Pasalnya anak saya yang berusia 3 minggu, mendadak rewel, dan tidak berhenti menyusu. Siang ataupun malam dia susah sekali ditidurkan. Frekuensi menyusu jadi sangat sering, baru mau lepas menyusu kalau merasa tidak nyaman karena pipis atau pup, tapi setelah itu dia menangis lagi karena lapar. Bahkan ketika ketiduran saat menyusu, si bayi tidak mau melepaskan PD saya. Si bayi tidak betah berada di ranjangnya, dan selalu menempel ke ibunya seolah tidak pernah merasa kenyang. Apa yang salah?

Kakek nenek dan kakek nenek buyutnya ikut bingung. Mereka menyangka ASI saya tidak keluar, karena itu si bayi jadi tidak mau berhenti menyusu. Jadi mereka pun kompak memberi saya boosting makanan sayur daun kelor, bayam, bahkan minta suplemen pelancar ASI dari saudara yang juga sedang menyusui (tapi suplemen ini tidak saya makan). Sebenarnya pada awalnya saya merasa optimis kalau ASI saya keluar dan cukup, karena bukankah setiap ibu akan sadar ketika ASI turun? PD terasa kencang. Tapi lama kelamaan saya jadi ikut pesimis, karena hey, bukankah emosi itu menular? Ketika orang-orang di sekeliling merasa parno saya jadi ikut parno, terlebih karena kelelahan terjaga sepanjang malam. Biasanya bayi menangis ketika pipis atau pup tapi setelah celananya diganti dia kembali tenang, tapi kemarin seolah tidak sabar untuk menyusu, si bayi malah menangis makin kencang membuat pilu siapapun yang mendengar. Waktu itu Habibi menghabiskan 15 buah celananya dalam satu malam. Bisa anda bayangkan seberapa sering saya bangun?

Keadaan long distance marriage juga menambah sedih hati saya, ketika bayi rewel, support dari suami adalah yang paling saya butuhkan. Setidaknya sebuah pelukan dari suami bisa jadi penawar lelah. Aahhh, ayahnya Habibi, aku rinduuu...

Jadi bagaimana saya menyikapi hari-hari kemarin? Saya tetap menyusui sesuai keinginan si bayi. Alhamdulillah ada mamah (nenek Habibi) yang super strong, ikut terbangun ketika Habibi menangis, mengganti celananya ketika dia pipis atau pup, menemani saya menyusui Habibi supaya tidak ketiduran. Pernah saking lelahnya, saya tidak terbangun ketika Habibi menangis padahal dia tidur di sebelah saya hahaha akhirnya neneknya yang membangunkan saya. Tapi Alhamdulillah semua itu terjadi hanya beberapa hari saja, setelah itu Habibi jadi anteng, lebih banyak tertidur. Ah, lega rasanya.

Hari berlalu dan ternyata ketika hari ini saya surfing, baru saya dapatkan jawaban dari segala kegundahan beberapa hari yang lalu 😜 Jadi, kemarin itu, Habibi mengalami yang namanya Growth Spurts, yaitu percepatan pertumbuhan biasanya dalam 12 bulan pertama kehidupannya. Percepatan pertumbuhan di sini artinya bayi “didorong” untuk tumbuh lebih cepat dari biasanya sehingga dia membutuhkan asupan ASI lebih banyak dan tubuh Mama akan mendapatkan “natural alert ” untuk memproduksi dan menyuplai ASI lebih banyak lagi sesuai kebutuhan bayi.

Berdasarkan artikel online dari theurbanmama, berikut tanda-tanda bayi kita sedang mengalami growth spurts:

  1. Bayi menyusu lebih sering dari biasanya, kadang bisa setiap jam atau setiap 30 menit sekali atau hampir nonstop.

  2. Bayi lebih rewel dari biasanya, begitu rewel dan disodorkan payudara, bayi langsung mau menyusu. Mudahnya bayi lebih memilih “nempel” langsung pada Mamanya.

  3. Bayi sering bangun tengah malam untuk menyusu. Bayi seakan mengerti bahwa produksi hormon prolaktin paling tinggi pada malam hari.

  4. Gejala ini bisa berlangsung selama 2-3 hari, beberapa kasus ada bayi yang mengalami growth spurt sampai 1 minggu. Setelah periode growth spurt , bayi akan tidur lebih tenang dan lebih lama selama 1-2 hari, seakan-akan dia letih habis bekerja keras.



Persis banget dengan yang dialami Habibi. Ah, untung ibu bisa berjuang tetap memberikan ASI eksklusif untukmu, nak. Karena dari yang saya baca, banyak ibu yang frustasi ketika bayi mereka mengalami growth spurts dan memberikan sufor atau MPASI sebelum waktunya. Hiks. Nah, efek dari growth spurts ini belum bisa diketahui karena saya belum cek berat dan tinggi badan Habibi, tapi yang jelas terlihat, pipinya yang makin chubby, dan tingginya yang semakin panjang.

Semoga tulisan ini bermanfaat dan mari terus belajar menjadi smart parents.
Continue reading Anak Anda Mengalami Growth Spurts?

Sabtu, 15 Juli 2017

Melahirkan Anak Pertama

Alhamdulillah tanggal 15 Juli 2017 kemarin jam 10.43 am saya melahirkan anak laki-laki dengan berat badan 3.2 Kg, tinggi badan 48 cm dan lingkar kepala 34 cm di Rumah Sakit Pelni Petamburan dibantu oleh dr. Atut, SP.OG. Berikut cerita proses persalinannya. 

Jumat, 14 Juli 2017

Pagi harinya saya masih cek up rutin ke dokter Catherine, SP. OG. Siang harinya saya melakukan CTG. Nah, ketika CTG sebenarnya sudah terdeteksi adanya kontraksi, jadi CTGnya diulang. Ketika dilihat hasilnya bagus, saya disuruh kembali 3 hari kemudian, jika belum ada kontraksi dalam 3 hari baru akan diinduksi. Usia kandungan saya 40w1d.

Sorenya perut sudah mulai terasa mules, tapi masih bingung apakah itu kontraksi atau bukan. Baru sekitar jam 8 malam, saya bilang ke suami, dan kami mengobservasi kontraksi tersebut bersama-sama. Ternyata kontraksinya sudah teratur 20 menit sekali. Waktu itu diberi pesan oleh perawat, kalau kontraksi sudah 30 menit sekali langsung datang saja ke IGD. Khawatir karena jarak rumah sakit yang jauh dari rumah, maka kami memutuskan untuk berangkat. Di perjalanan, kontraksi jadi 10 menit sekali. 

Sampai di rumah sakit, saya dibantu oleh satpam dibawa ke IGD maternal menggunakan kursi roda. Sedangkan suami saya mengurus pendaftaran. Ternyata ramai sekali, saya harus menunggu beberapa lama sebelum mendapat bed. Sambil menunggu pasien dipindah ke ruang observasi, saya sementara tidur di bed extra. Saya masih bisa makan nasi goreng, minum manis. 

Setelah mendapat bed, jam 22.00 saya dicek doppler, pengukuran tinggi fundus, dan dicek CTG lagi oleh perawat/bidan bernama Lita. Kemudian dicek pembukaan berapa. Saya baru tahu cara mengecek pembukaan itu dengan cara memasukkan tangan ke jalan lahir, rasanya luar biasa. Dan waktu itu saya baru pembukaan 1, padahal saya berharap sudah pembukaan 5 hehehe. Untuk mengurangi rasa saya terus mengambil nafas panjang. Tapi dibanding yang lain, kondisi saya yang paling fit, masih bisa ngobrol ceria dengan suami. 

Di IGD tak banyak aktivitas, kami hanya menunggu pembukaan maju, tapi setidaknya hati saya tenang dan bersyukur setelah tahu adanya pembukaan. Lewat tengah malam saya jadi sering buang gas. 

Sabtu, 15 Juli 2017

Jam 2.30 AM saya dipasang infus dan diambil darah. Sejauh yang bisa diingat, ini pertama kalinya saya diinfus, sakit. Tidak berapa lama, dr jaga IGD yang bernama dr. Daniel bilang kalau dr. Catherine tidak bisa dihubungi, karena rencana persalinan normal berisiko maka saya dioper ke dokter jaga, yaitu dr. Atut, saya hanya mengiyakan. Saya tertidur ketika ditinggal suami keluar, dan baru terbangun jam 4.30 AM ketika suami saya datang, dan saya dipindahkan ke ruang VK kenari. Saya ditempatkan di ruang observasi bersama 3 pasien yang lain. 

Jam 5.30 AM saya diperiksa EKG oleh bidan Hesty. Menjelang pagi, kontraksi makin jarang, saya sudah tidak mengobservasi kontraksi tersebut. Tapi selain kontraksinya yang semakin jarang, durasinya juga semakin pendek. Jam 6.31 ada Bidan yang memberitahu kalau saya akan diinduksi, kalau sampai jam 10 belum melahirkan, maka saya terpaksa disectio caesar. Maka infus disuntik synto 10 unit. Kontraksi jadi sering tapi durasinya tetap pendek, lama-kelamaan kontraksi jadi jarang, pas saya cek ternyata infusnya tidak mengalir, tidak ada bidan yang lalu lalang selama beberapa waktu. Kontraksi semakin sakit ketika saya pergi ke kamar mandi. Di ruang observasi ini kami tidak diizinkan untuk ditemani pendamping. Suami terakhir menemani ketika menyuapi sarapan pagi. 

Dari awal disuntik induksi, bidan sudah menyuruh saya puasa, dan suami disuruh menandatangani informed consent. saya yakin pasti akan berujung sc, hiks. Jam 10 dan dicek, pembukaan masih jauh, sempit, dan kecil, pembukaan 2. Akhirnya saya pun diboyong ke ruang OK menggunakan kursi roda. 

Di ruang persiapan saya dibaringkan di bed dan langsung ke ruangan, badan saya menggigil. Perawat yang membantu operasi membantu melepas semua pakaian saya, karena tidak ada kain (hey, i am alone and i know nothing) jadi badan saya ditutupi seadanya. Kemudian dokter anestesi menyuntikkan anestesi ke sumsum tulang belakang (kali ya, pokoknya daerah punggung bawah) dokternya udah ahli kali ya, ga sakit Alhamdulillah, cuma kaget pas awalnya saja. Saya dibaringkan, tangan kanan diikat dengan tali, tangan kiri dipasang tensimeter. Lama kelamaan kaki sampe setengah badan mati rasa. Saya tiba-tiba jadi sedih.

Dokter Atut sebagai pemimpin operasi, memulai operasi dengan do'a bersama, kemudian memperkenalkan orang-orang yang terlibat dalam operasi. Operasi dimulai, walaupun sadar, tapi saya tidak bisa melihat tindakan yang dilakukan karena dihalangi oleh tirai yang dipasang di atas dada saya. Suasana operasi santai, ada musik mengalun, para dokter dan perawat juga mengobrol dan bercanda dalam bahasa jawa, sambil tetap mengerjakan tugasnya masing-masing. Meski demikian, hati saya tetap tidak bisa tenang. Saya menutup mata, menahan air mata, sambil terus berdo'a dalam hati. Melihat saya menutup mata, ada perawat yang membangunkan dan mengajak ngobrol. Rasanya sebentar, saya hanya ingat perawat yang mengajak ngobrol tadi, mendorong perut saya, kemudian dokter bilang bayinya sudah keluar. Dokter memperlihatkan bayi saya dari atas tirai, saya pun menangis terharu. Terdengar tangisan bayi, hanya sebentar, mungkin bayinya langsung diambil perawat untuk dibersihkan. Dokter bilang, bayinya putih, bersih banget, air ketuban saya masih bagus soalnya, jadi bayi tidak berlumuran darah sama sekali. 

Setelah beberapa lama, ada perawat yang melakukan inisiasi menyusu dini, dia menempelkan mulut si bayi ke payudara secara langsung, karena perut saya masih dalam tindakan. Setelah selesai, dokter mengumumkan jam kelahiran anak saya. Perawat menyuntikkan sesuatu melalui infus saya, katanya itu obat anti mual. Kemudian semua bubar, sedangkan saya masih ditinggal di ruang operasi. Tak berapa lama, kemudian datang perawat membawa bed dan saya dipindahkan ke ruang tunggu. Di ruangan itu, ada banyak pasien pasca operasi, tidak hanya melahirkan tapi juga pasien mata, dll. Ada pasien wanita pasca sc yang mengeluh pusing dan muntah-muntah. Awalnya saya tidak merasakan apa-apa, tapi lama kelamaan, kepala saya terasa pusing, badan menggigil, dan nafas saya pendek-pendek. Saya terus beristighfar sambil mengambil nafas panjang-panjang. Sedih banget rasanya, sendirian, tak berdaya, sesak nafas, takut ga bisa bertemu lagi dengan orang-orang. 

Cukup lama saya berada di ruang tunggu, memperhatikan orang lalu lalang, pasien yang terus berdatangan, dokter yang hilir mudik. Sampai ruangan penuh saya masih belum juga dipindahkan. Ketika saya cek, ternyata infus saya macet, saya meminta tolong entah perawat entah dokter, tapi orang yang saya mintai tolong malah melempar ke orang lain, dan baru setelah lama sekali, infus saya dibetulkan. Ketika sudah tidak ada cukup ruang, baru saya dijemput, saya dioper lagi ke bed yang lain, kemudian dipakaikan gurita dan pakaian rumah sakit. Setelah itu saya menunggu lagi di ruang persiapan, bersama dengan para pasien yang akan dioperasi. Baru sekitar 3 pasien sc sudah ada di ruangan, kami dibawa ke ruang perawatan. Ketika keluar ruangan, suami datang menghampiri, rasanya bahagia sekali, tapi saya sangat lemas untuk mengeluarkan suara, saya hanya tersenyum. Saya dirawat di ruang kenari nomor 2.

Alhamdulillah, walaupun banyak yang menyayangkan, "kalau lahir di bidan atau kampung pasti normal", "kalau di rumah sakit semuanya pasti sectio, ga ada yang normal, dokter sekarang pada ga sabaran", dan masih banyak lagi. Tapi saya bersyukur, ini qadarullah, Allah memberikan keselamatan pada saya dan bayi saya saja sudah merupakan rahmat yang luar biasa. Alhamdulillah, saya tidak bisa berhenti mengucap syukur tiap melihat malaikat kecil yang sekarang hadir, dia selalu mengingatkan bagaimana rasanya terkapar tak berdaya di ruang operasi, dan betapa bahagianya bisa melihat lagi wajah suami yang tersenyum menyambut saya. 

Cerita tentang pertemuan dengan bayi akan diposting di tulisan selanjutnya ya. 
Continue reading Melahirkan Anak Pertama