Rabu, 16 September 2020

Sehat Bersama Pasangan

Belakangan ini terjadi drama, pasalnya si Ayah terkena krisis kepercayaan diri, makanya dia membatasi porsi makannya. Selain itu jadi lebih sering menahan lapar ketika jam makan malam tiba.

"Beb, makan yuk!"

Sambil mengelus-elus perutnya, dia meringis, "Gendut, beb."

"Gapapa beb, aku tetep sayang kok, walaupun Ayah gendut. Tapi aku lebih sayang lagi kalau kita olahraga bersama."

Suami hanya tertawa mendengarnya. Program hidup sehat ini sebenarnya sudah sering saya gaungkan, tapi realisasinya sangat sulit sekali diterapkan, suami yang bekerja 6 hari dalam seminggu lebih memilih hari liburnya digunakan untuk beristirahat. 

Beliau mengklaim bahwa waktu luangnya lebih diprioritaskan untuk bermain dengan anak-anak atau istirahat. Padahal olah raga bersama tidak begitu memakan waktu. Dan anak-anak pun senang dilibatkan dalam aktivitas orang tuanya.

Beberapa kegiatan yang saya sortir untuk hidup sehat diantaranya:

1. Makan makanan dengan gizi seimbang. Ini menjadi prioritas utama karena untuk membentuk daya tahan tubuh, sehingga tidak mudah sakit.

2. Olah raga ringan minimal 5 menit perhari. Khusus untuk mengecilkan perut kami melakukan plank. Sedangkan untuk aktivitas lainnya, kadang melakukan jalan santai di pagi hari sambil menghirup udara segar, dan kadang-kadang senam aerobic atau yoga bersama Kakak. 

3. Demi kesehatan jantung, kami selalu tidur lebih awal dan bangun lebih pagi.

4. Tidak merokok atau mendekati asap rokok. Siapapun pasti tahu dampak dari merokok baik aktif maupun pasif kan?

5. Kegiatan yang masih belum terlaksana diantaranya adalah ikut kelas memanah dan berkuda. Hal ini masih belum bisa terealisasi dikarenakan pandemi.

6. Lebih banyak senyum, karena selain senyum itu sedekah, senyum membantu kita menata hati menjadi lebih positif dan semangat beraktivitas.

7. Mengagendakan traveling ke tempat yang belum pernah dikunjungi minimal setahun sekali


Bukan cuma kesehatan badan tapi jiwa pun perlu diperhatikan

8. Camping ke tempat yang hijau dan sejuk minimal setahun sekali. Hal ini dimaksudkan untuk mengajarkan anak tentang sifat rendah hati, karena ketika bercengkrama dengan alam, kita akan diingatkan akan kebesaran Tuhan, dan betapa kecilnya diri ini sehingga tak patut untuk menyombongkan diri.

Mendekat pada-Nya melalui aktivitas alam

Banyak orang yang bahagia ketika menggendut bersama pasangannya, karena tandanya mereka berhasil mengurus pasangannya dengan baik, atau ciri hidup mereka makmur. 

Eitsss namun tidak begitu bagi kami, bukan menggendut bersama yang kami cari, tapi mari sehat bersama! 

Karena menjadi sehat adalah kekayaan yang sesungguhnya. Karena menjadi sehat tanda kita sayang pada diri kita dan pasangan, karena menjadi sehat bukti syukur kita terhadap Tuhan yang telah memberikan jiwa dan badan dalam keadaan baik. 

So, mari kita semangat hidup sehat! Jangan hanya menyehatkan diri sendiri tapi juga ajak pasangan, saudara, dan anak-anak kita :)

#harike14
#tantangan15hari
#zona1komprod
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia






Continue reading Sehat Bersama Pasangan

Selasa, 15 September 2020

Bahagia Tanpa Gadget

"Kerjain tugas dulu, main hp mulu, gregetan banget gua mah."

Itu adalah sekilas cuplikan dari keseharian yang sering terjadi di rumah. Tinggal bersama saudara suami yang lain, memang memiliki banyak kelebihan maupun kekurangan. 

Saya tidak akan mengkritisi tentang pola asuh yang dipilih orang lain, karena saya percaya masing-masing orang tua punya pertimbangan sendiri tentang pola asuh yang terbaik bagi anaknya. 

Kita tidak bisa memaksakan orang lain mengikuti idealisme kita. Kecuali suami, karena kami membangun rumah tangga bersama, maka ada banyak hal yang harus diselaraskan, terutama tentang visi misi keluarga dan juga tentang pola asuh anak.

Bagi saya, berat rasanya memberikan anak gadget. Saya tidak akan mengupas tentang dampak negatif atau risiko tentang penggunaan gadget kepada anak balita. 

Tapi ini yang masih menjadi PR bagi saya dan suami. Menurut suami tidak masalah memberikan anak tontonan selama kontennya positif. 

Bagi saya, tidak masalah memberikan anak tontonan konten positif selama waktunya dibatasi. Dan hanya televisi atau laptop, bukan handphone. 

Hal ini, masih belum mendapat titik temu. Akibatnya, anaklah yang menjadi korban. Sekarang anak bungsuku terlihat mengarah kepada gadget addict. Dia jadi lebih mudah tantrum ketika saya menghentikan aktivitasnya menonton. 

Wajar, karena anak-anak bingung, "kenapa Ayah mengizinkan aku, tapi Ibu melarang aku?"

Poin utamanya sebenarnya terletak pada kami sebagai orang tuanya. Saya sebagai Ibu juga merupakan seorang yang gadget addict, yang mungkin secara tidak sadar memberikan contoh negatif kepada anak-anak. 

"Kenapa Ibu boleh main hp, sedangkan aku tidak?"

Sedih rasanya melihat anak menjadi acuh tak acuh ketika terpapar layar. Mereka seolah kehilangan kepekaan terhadap lingkungan sekitar, dipanggil diam saja, hanya terus fokus menonton. 

Belum lagi ketika menonton, tubuh mereka menjadi kurang aktif, karena hanya duduk diam. Saya lebih suka anak-anak yang aktif, tidak masalah jika mereka berlarian kesana kemari, mengacak acak rumah, walaupun risikonya mungkin akan ada banyak baret di tubuh anak-anak karena terjatuh, atau akan butuh lebih banyak energi untuk membereskan rumah. 

Tidak masalah, karena ada hal lain yang membuat seorang Ibu merasa puas dan lelahnya hilang, yaitu senyum manis anak-anaknya ketika bahagia bermain.




"Wahai diri, tetap semangat, ini bukan idealisme yang buruk, mempertimbangkan efek jangka panjang gadget terhadap tumbuh kembang anak-anak, kamu tidak boleh lelah mengingatkan suami dan orang-orang sekitar agar tidak mudah memberikan gadget pada anak-anakmu. Biarkan mereka tumbuh dengan fitrahnya, bahagia bermain tanpa pengaruh gadget. Ya Allah ya Hafidz, Engkaulah sebaik-baik penjaga, aku titipkan mereka pada penjagaanMu."



اِنىِّ أَعِيْذُكَ بِكَلِمَاةِ اللهِ التّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لاَمَّةٍ
.  (رواه البخارى)

Sesungguhnya aku memperlindungkan kepada-Mu (anak ini) dengan kalimat-kalimat Allah yang Sempurna, dari segala gangguan syetan dan gangguan binatang, serta gangguan sorotan mata yang dapat membawa akibat buruk bagi apa yang dilihatnya 💞"



#harike13

#tantangan15hari

#zona1komprod

#pantaibentangpetualang

#institutibuprofesional

#petualangbahagia




Continue reading Bahagia Tanpa Gadget

Senin, 14 September 2020

Refleksi dalam Setiap Kesempatan

Semua mata tampak menatap geram terhadap sinetron di salah satu stasiun televisi. Meski ceritanya kadang di luar nalar tapi suguhan tayangan tersebut tetap menghibur terutama ketika salah satu sepupu saya berkata,

"Mamang ketemu Tante Riska di Indosiar, ya?"

Semua orang tergelak ketika mendengar celotehannya, lantas saya bertanya,

"Memangnya kenapa, can?"

Ibunya yang tak kalah geli pun ikut menanggapi, "Mamang sama Tante Riska ketemu di Gunung, emang kenapa sih?"

"Soalnya Tante Riska sabar banget, kata Ibu aku kalau mau istri yang sabar, cari aja di Indosiar."


Kontan semua tertawa. Perut saya pun sampai sakit karena tertawa. Begitu polosnya pemikiran seorang anak kecil. Suasana menjadi begitu hangat oleh gelak tawa sampai ada satu sahutan.

"Sabar apaan, orang di rumah marah-marah terus sama anaknya."


Deg.


Semua orang bingung menanggapi pernyataan tersebut. Suasana menjadi kaku dan canggung. Entah apa tujuan kakak ipar saya melontarkan kalimat tersebut. 

Hati saya yang tadinya merekah tiba-tiba seperti terkena rebound. Seolah ketika label sabar dilekatkan pada saya, justru di detik itu pula, Allah ingin menguji kesabaran saya XD


Ketika itu saya hanya menganggapnya angin lalu. Tapi ketika sampai di rumah, saya kembali terngiang oleh kalimat tersebut. Apakah iya kalau selama ini saya terlalu sering marah-marah terhadap anak? 

Karena siapapun bisa melihat semut di seberang lautan tapi tak dapat melihat gajah di pelupuk matanya. Saya pun muhasabah. 

Tapi satu hal yang berani saya klarifikasi, semarah apapun saya terhadap anak, saya selalu berusaha tetap menjaga intonasi dan tidak membentak anak-anak.


Dari kejadian tadi saya melakukan refleksi:

  1. Belajar untuk tidak merusak suasana, terutama ketika sedang berkumpul dengan keluarga besar, karena itu adalah moment untuk menguatkan bonding.
  2. Belajar untuk tidak hanya berbicara yang enak didengar tapi juga menyenangkan hati. Selain kalimat yang santun, membahagiakan orang lain dengan kalimat sederhana, selama bukan kebohongan yang mengada-ada itu tidak mengapa.
  3. Menasihati dikala sepi. Jika memang ada sesuatu yang salah pada saudara, pasangan, atau anak, ada baiknya kita menegurnya secara pribadi bukan ketika sedang berkumpul, karena bisa jadi itu menghinakan orang yang kita tegur.
  4. Selalu perbaiki manajemen emosi, karena orang yang sakit akan jauh lebih mudah marah dibanding orang yang sehat. Jika fisik kita baik, tapi kita mudah terpancing emosi, tanyakan kabar hati.
  5. Menata hati terhadap point of view orang lain. Tidak perlu terlalu overthinking terhadap apa yang orang lain katakan. Seperti hadits:

"Jangan menjelaskan dirimu terhadap siapapun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu, dan yang membencimu tidak akan percaya itu." (Ali bin Abi Thalib)

Atau reminding apa yang dikatakan oleh suami setiap diri ini merasa inferior, 

"It's okay, just be yourself!" 

Atau 

"Boleh sedih tapi ga boleh nyerah." 

Kalimat-kalimat itu selalu tertanam kuat di sanubari agar saya selalu bisa mencintai diri saya apa adanya dan selalu bangkit ketika keadaan tidak sesuai harapan, it's okay not to be okay, selama saya bisa kembali bangkit dan berjuang. 

Menjadi sedih, menjadi lemah, adalah hakikat manusia, karena hanya Allah Al Aziz dan Al Jabbar yang Maha Gagah dan Perkasa.


Cheer you up! ^^



#harike12

#tantangan15hari

#zona1komrod

#pantaibentangpetualang

#institutibuprofesional

#petualangbahagia








Continue reading Refleksi dalam Setiap Kesempatan

Minggu, 13 September 2020

Bye-Bye Pospak Zona 1 Komunikasi Produktif Day-11

Alhamdulillah setelah sekian lama vakum, hari ini mulai memantapkan hati kembali untuk rajin menulis. 

Dan tulisan pertama ini spesial tentang tantangan 15 hari di kelas Bunda Sayang Ibu Profesional. Ini sudah hari ke-11, sebelumnya saya selalu menggunakan platform youtube untuk setoran, tapi tidak semua proses komunikasi dengan anak maupun pasangan bisa terecord oleh kamera.

Niat awalnya sudahlah blas, hari ini bolos setoran. Tapi ketika hendak menuliskan jurnal syukur, tiba-tiba teringat untuk memanjangkan syukur karena ini hari ke-3 anak sulungku lulus toilet training. Di usianya yang mencapai 37 bulan, Habibi mencapai akselerasi toilet training. 

Memang bisa dikatakan agak terlambat, hal ini dikarenakan ketidaksiapan Ibunya untuk mempersiapkan Habibi toilet training. Faktor kehadiran adiknya adalah salah satunya. 

Padahal fitrah anak adalah menyukai kebersihan, dan mereka sangat kooperatif jika saja orang tuanya konsisten dalam melatihnya. Meski begitu, hal tersebut tidak mengurangi rasa syukur saya.

Proses sounding yang selalu saya dengungkan setiap waktu kepada Habibi akhirnya berbuah manis. Mission accomplished. Alhamdulillah.

"Abang, hari ini Abang ga pake pam**rs, jadi Abang bilang ya, kalau mau pipis atau ee. Nanti Ibu temanin ke toilet. Kita pipis di toilet. Enak ya, ga pake pampers, jadi enteng, ya Bang? Alhamdulillah Abang udah besar bisa pipis dan ee di toilet. Ibu bangga banget sama Abang. Kita harus pipis di toilet, karena kalau pipis di celana namanya ngompol, kalau ngompol kita ga bisa shalat karena itu najis, nanti bisa gatal-gatal juga."

Walaupun Habibi masih belum bisa merespon dengan baik, tapi affirmasi positif yang saya sampaikan tampaknya terekam di alam bawah sadarnya. 

Di awal toilet training terasa sangat melelahkan karena saya masih belum bisa sepenuh hati membimbingnya. Ketidakkonsistenan ibunya nampaknya membuat Habibi bingung juga, sehari bisa sampai 6x ngompol, ini yang membuat Ibunya maju mundur, karena stok celana yang terbatas, ditambah cucian yang mudah sekali beranak pinak. 

Tapi setelah mengaffirmasi positif diri sendiri, ini loh waktunya, Habibi sudah siap, kapan kamu siap? 

Akhirnya, dengan melakukan tatur setiap 30 menit, Alhamdulillah prosesnya berjalan sangat mulus. Dengan tidak lupa selalu berdo'a kepada Allah agar diberi kemudahan dalam prosesnya, juga agar diberikan kesabaran, Habibi mencapai akselerasi tersebut.

Awalnya lulus toilet training poop, untuk pipis, masih sering ngompol ketika tidur siang. Dan hari ini, adalah hari ke-3, Habibi berhasil lulus toilet training pipis, dan Ibu sedang mencoba melepas pampers ketika tidur malam. 

Bismillahirrahmanirrahim. 

Ibu tahu Habibi anak yang hebat, terkadang Ibu saja yang kurang sabar. Selamat anakku, mari melangkah bersama melalui fase kehidupan selanjutnya tanpa pospak.


#harike11

#tantangan15hari

#zona1komprod

#pantaibentangpetualang

#institutibuprofesional

#petualangbahagia
















Continue reading Bye-Bye Pospak Zona 1 Komunikasi Produktif Day-11

Kamis, 16 April 2020

Review Drama Crash Landing on You



SINOPSIS Drama Love’s Emergency Landing :
Drama “Crash Landing on You” menceritakan tentang Yoon Se-Ri yang diperankan oleh Son Ye-Jin adalah seorang pewaris konglomerat di Korea Selatan. 
Suatu hari, saat paralayang, kecelakaan yang disebabkan oleh angin kencang membuat Yoon Se-Ri melakukan pendaratan darurat di Korea Utara.

Di sana, Ia bertemu Lee Jung-Hyeok diperankan oleh Hyun-Bin, yang adalah seorang perwira tentara Korea Utara. Dia mencoba untuk melindunginya dan menyembunyikannya. Kemudian, Lee Jung-Hyeok jatuh cinta terhadap Yoon Se-Ri.


Detail Tentang K-Drama :
Judul : Love’s Emergency Landing / Crash Landing on You
Judul Lainnya: Sarangui Boolshichak / 사랑의 불시착
Genre : Romance
Episodes : 16 (enam belas)
Sutradara : Lee Jung-Hyo
Penulis Naskah : Park Ji-Eun
Stasiun Channel : tvN
Jadwal Tayang : Paruh Kedua, 2019, setiap hari Sabtu dan Minggu pukul 19.50
Detail Daftar Pemain Love’s Emergency Landing :


Son Ye-Jin berperan sebagai Yoon Se-Ri
Hyun-Bin berperan sebagai Lee Jung-Hyeok
Seo Ji-Hye berperan sebagai Seo Dan
Kim Jung-Hyun berperan sebagai Koo Seung-Joon
Oh Man-Seok berperan sebagai Jo Cheol-Kang
Kim Young-Min berperan sebagai Jung Man-Bok
Yang Kyung-Won berperan sebagai Pyo Chi-Soo
Yoo Su-Bin berperan sebagai Kim Joo-Meok
Kim Jung-Nan berperan sebagai Ma Young-Ae
Kim Sun-Young berperan sebagai Na Wol-Sook
Jang So-Yeon berperan sebagai Hyun Myung-Sook
Cha Chung-Hwa berperan sebagai Yang Ok-Geum
Nam Kyoung-Eub berperan sebagai Chairman Yoon
Jang Hye-Jin berperan sebagai Seo Dan’s mother
Park Hyoung-Soo berperan sebagai Yoon Se-Hyung
Choi Dae-Hoon berperan sebagai Yoon Se-Joon
Yoon Ji-Min berperan sebagai Ko Sang-A


Aku mengerti kenapa banyak orang yang tidak bisa "move on" dari drama ini. Ceritanya indah sekali. Romance yang dikemas begitu manis, membuatku dibanjiri oleh oksitosin. Ini bagus untukku yang seorang busui karena ASI jadi luber-luber. Ceritanya tidak bertele-tele, setiap detailnya indah, konfliknya pun jelas alurnya. Setting tempatnya indah.

Bahasa cinta yang malu-malu terasa sangat menghargai perempuan. 
Ceritanya menitikberatkan pada pengorbanan, kesetiakawanan dan percaya pada takdir Tuhan. 

Bagian favoritku adalah ketika Ge Seung Jeun bersembunyi di pasar kemudian mendengar para anak jalanan bernyanyi, "ketika aku mati, siapa yang akan menangisiku?" Itu membuatku berpikir, ingin seperti apa ketika aku meninggal nanti? Apa yang aku harapkan dari orang-orang yang aku tinggalkan? Do'a, tangisan, ingatan indah tentangku.

⭐⭐⭐⭐⭐
Continue reading Review Drama Crash Landing on You

Senin, 27 Januari 2020

Review Buku Di Surga Kita Kenang Hari Ini


Judul: Di Surga Kita Kenang Hari Ini
Penulis: Desi Anjana Dwiputri dan Wondo Hendratmo
Penerbit: Kaysa Media, Grup Puspa Swara (Anggota IKAPI)

"Meraih keberkahan pernikahan dengan menghidupkan sunah."

Kalimat indah di atas adalah pembuka dari buku ini. Sesuai dengan kalimat tersebut isinya banyak sekali menuliskan tentang hadits yang berisi anjuran untuk melaksanakan sunah.

Buku ini mengupas tentang bagaimana meraih keberkahan dalam pernikahan, dan itu dimulai dari sejak memilih jodoh itu sendiri. Dilanjutkan dengan menghidupkan sunah-sunah dalam rumah tangga sebagai ketaatan kepada Allah Swt.

Yang aku suka dari buku ini adalah tentang penjabaran sunah yang dianjurkan runut dari mulai kita bangun tidur sampai kembali tidur. 

Selain itu ilustrasinya membuat buku ini nyaman dibaca, isinya tidak berdasarkan opini melainkan selalu mencantumkan sumber hadits.

Di sini dijelaskan dua bagian penting sunah untuk suami dan sunah untuk istri. Sunah untuk suami diantaranya, adab bangun tidur, adab makan dan minum, salat duha, membantu pekerjaan istri, tilawah Al-Qur'an, mencari nafkah, qailulah, salat 5 waktu berjama'ah di Masjid, menjaga pandangan dari lawan jenis, amalan di 1/3 malam terakhir, amalan di hari Jumat, jalan-jalan bersama istri, silaturahim, memberi hadiah untuk istri, puasa sunah, menuntut ilmu, olah raga, dan sunah sebelum tidur.

Sedangkan untuk istri ada poin menyiapkan keperluan suami dan keluarga, membersihkan rumah, izin apabila keluar rumah dan menemui tamu, tetap berada di rumah (kecuali udzur syar'i, menutup aurat/hijab syar'i, mensyukuri pemberian suami, berdandan untuk suami, serta safar dengan suami atau mahram.


Pertama tertarik membaca buku ini adalah karena berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Aku pernah disebut manja oleh orang-orang terdekat karena ketika makan ingin selalu satu piring berdua dengan suami, dan bergantian disuapi atau menyuapi suami dan ternyata hal tersebut dicontohkan oleh Rasulullah.

Banyak hal baru yang aku dapat dari buku ini, misalnya tentang janji Allah kepada hamba-Nya bahwa Allah tidak akan menyiksa hamba-Nya dan akan memasukkannya ke surga tanpa hisab lagi jika selalu menunaikan salat tepat waktu.


❤️❤️❤️❤️❤️
Continue reading Review Buku Di Surga Kita Kenang Hari Ini

Selasa, 07 Mei 2019

Enam Hal yang Harus Diperhatikan Sebelum Belanja Online

Belanja online memang lebih praktis. Pilih barang, bayar, dan barang sampai di tempat kita. Tidak perlu bermacet-macetan, kepanasan, kehujanan, berdesak-desakan, tawar menawar, dan segala dilema lainnya ketika belanja offline.

Tapi belanja online juga berisiko. Tidak semua orang atau shop adalah trusted seller. Ada saja oknum yang mengambil keuntungan secara tidak halal dari bisnis online. 

Adapun beberapa hal yang perlu dicermati sebelum memutuskan belanja online:

1. Review customer

Ketika berbelanja di marketplace, yang perlu kita lihat adalah review dari para customer. Review yang positif bisa menjadi pertimbangan.

Continue reading Enam Hal yang Harus Diperhatikan Sebelum Belanja Online

Senin, 06 Mei 2019

Tummy Time Should be Fun

Apa yang dimaksud dengan Tummy Time?

Tummy time adalah keadaan bayi dalam posisi tengkurap atau bertumpu pada perutnya, sambil melakukan berbagai aktivitas.

Sejak kapan bayi bisa diajarkan Tummy time?

American Academy of Pediatrics (AAP), tummy time bisa dimulai sejak bayi pulang dari rumah sakit. Agar bayi lebih nyaman yakni ketika tali pusatnya sudah lepas.

Kapan waktu yang tepat untuk melakukan Tummy time?

Tummy time bisa dilakukan sesering mungkin terutama setelah diapering, bathing, dan playing. Tapi yang perlu bunda perhatikan adalah keadaan bayi, tidak sedang dalam keadaan lapar, mengantuk, lelah, ataupun kenyang (karena dikhawatirkan gumoh atau muntah), dan tidak dalam keadaan sedang tidur.

Continue reading Tummy Time Should be Fun

Rabu, 01 Mei 2019

Pengalaman Membawa Anak Ke Dokter Gigi

Mengenalkan kesehatan gigi sejak dini pada anak sangat penting. Walaupun baru gigi susu yang tumbuh, tapi menjaga gigi menjadi krusial sebab gigi susu itu begitu tipis dan sangat dekat dengan banyak syaraf.

Oleh karena itu, di usia Habibi 20 bulan, saya mengajak Habibi ke dokter gigi. Pertimbangannya karena gigi Habibi banyak noda putih yang jika dibiarkan akan menjadi karies.

Setelah melihat review para mommy, akhirnya kami memilih d'gigiku kids dental di Bandung.

Saya mendapat informasi tersebut dari instagram salah seorang teman. Akhirnya setelah berkonsultasi soal jadwal dokternya via whatsapp, kami memutuskan untuk datang di hari Minggu jam 10. Dokter yang menangani Habibi adalah Drg. Sekar Sp., KGA. Dokternya cantik dan ramah.

Continue reading Pengalaman Membawa Anak Ke Dokter Gigi