Minggu, 11 Oktober 2020
Jumat, 09 Oktober 2020
Melatih Kemandirian Anak: Memutuskan Pilihan Sendiri
Di umurnya yang sudah tiga tahun, setiap keputusan masih selalu didominasi oleh Ibu. Tapi Abang lebih ekspresif dan berani menyuarakan pendapatnya jika bersama Ayah. Misal mau memilih baju yang mana. Sedangkan jika bersama Ibu, dia lebih bersikap sumuhun dawuh saja.
Kegiatan di daycare yaitu belajar menyusun gambar mini seri, membuat saya tersadar, jika Abang sudah waktunya diberi kewenangan untuk memutuskan pilihan sendiri, tidak melulu mengikuti keputusan Ibu.
Beberapa sikap yang saya ambil ketika memberi Abang kesempatan untuk memutuskan pilihan sendiri diantaranya:
1. Berkomunikasi
Selama ini Abang biasanya hanya menerima keputusan Ibu, sedikit demi sedikit saya mencoba untuk lebih sering bertanya, apa keinginannya, dan juga memberikan lebih banyak pilihan.
2. Menghargai Pilihannya
Walaupun terkadang pilihannya kurang pas, misal memilih pakaian adik untuk dipakai, saya berusaha tetap mengapresiasinya sambil meluruskan fungsi dari masing-masing pakaian.
Sejauh ini Abang sudah paham kepemilikan, jadi tidak terlalu sulit untuk menjelaskannya. Begitu pun ketika menyusun gambar mini seri, saya bertanya jika melakukan suatu aktivitas tertentu, hal apa yang kita lakukan terlebih dahulu, dan Alhamdulillah Abang sudah bisa menentukan urutannya.
Tantangan dari kegiatan memerdekakan anak untuk mengambil keputusan sendiri ini adalah ego Ibu yang masih tinggi, saya harus belajar lebih menghargai keputusannya walaupun kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Perasaan saya ketika melakukan aktivitas ini adalah bahagia dan bangga. Begitupun Abang, dia semangat dan bangga dengan pilihannya.
#harike7
#tantangan15hari
#zona2kemandirian
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia
Rabu, 07 Oktober 2020
Melatih Kemandirian Anak: Learning Healthy Habit
Sebuah keputusan besar lainnya yang saya ambil adalah mendaftarkan Abang kelas online di Little Explorer Daycare.
Dan Alhamdulillah keputusan tersebut tidak sia-sia. Abang semangat sekali mengikuti setiap instruksi Miss-nya. Walaupun jadwal belajarnya mepet dengan jam tidur, tapi Abang tetap happy.
Jika ada yang berkata, kita tidak pernah terlalu tua untuk belajar, maka hal tersebut pun berlaku untuk anak-anak, tidak ada kata terlalu muda untuk belajar.
Seperti yang dijelaskan dalam buku Hebatnya Hipnosis Anak bahwa sampai usia 7 tahun, anak-anak masih didominasi oleh pikiran bawah sadar, oleh karena itu, momen ini adalah kesempatan emas bagi para orang tua untuk melejitkan potensi anak dengan sugesti dan aktivitas positif yang tidak hanya membuat anak-anak bahagia tetapi juga bisa menstimulus sensori mereka.
Di pertemuan pertama kelas online ini, kami belajar tentang tema healthy habit, yaitu mengajarkan anak tentang pentingnya mencuci tangan.
Strategi yang dilakukan untuk menanamkan kesadaran tersebut adalah dengan melakukan simulasi. Di kelas online, kami belajar menggunakan percobaan science sederhana, diantaranya:
1. Memasukkan gambar tangan ke dalam air
Percobaan ini menggunakan prinsip ilusi optik atau pembiasan. Cahay dibelokkan oleh optik, dalam hal ini adalah air. Jadi, ketika dilihat dari atas, tangan yang kotor ketika dimasukkan ke dalam air terlihat menjadi bersih.
2. Mencuci tangan menggunakan glitter dan sabun
Teknisnya kami memasukkan glitter ke dalam air, ketika tangan dicelupkan ke air yang sudah dimasukkan glitter tersebut, maka glitter akan menempel pada tangan.
Tangan satunya yang masih bersih, kami oleskan sabun, kemudian dicelupkan ke dalam air yang berisi glitter tadi, dan glitter tidak menempel. Ini mengajarkan anak tentang pentingnya mencuci tangan menggunakan sabun.
3. Mencuci gambar tangan dengan memasukkannya ke dalam keran air
Teknisnya gambar tangan yang ditaruh gambar bakteri, digeser ke kanan atau kiri masuk ke lubang gambar keran air. Maka gambar bakteri akan tersangkut di air, dan tangan menjadi bersih.
Selain dengan melakukan simulasi, kami juga belajar gerakan mencuci tangan. Alhamdulillah Habibi bisa mengikuti instruksi, walaupun masih terlihat bingung. Tantangannya ketika melihat air, dia tidak mau berhenti dan ingin terus bermain air.
Perasaan Ibu as always, bahagia sekali mendampingi setiap aktivitas atau hal-hal baru yang dilakukan anak.
Reaksi Abang: Excited, fokus, dan ingin menampilkan yang terbaik pada Ibunya.
Terimakasih anakku. I love you.
Untuk video keseruan kami hari ini, sudah diupload ke vlog pribadi kami, klik di sini ya!
#harike6
#tantangan15hari
#zona2kemandirian
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia
Review Buku Hebatnya Hipnosis Anak: Strategi Tepat Mengelola Emosi Anak Anda
Penulis: Asep Herna - Master Hypnotherapy (Certified Instructor)
Penerbit: Pandamedia
Tahun terbit: 2014
ISBN: 979-780-705-3
Pernahkah ketika anak terjatuh, kemudian hanya dengan satu kali usapan atau tiupan dari Ibu, rasa sakit anak hilang?
Atau pernahkah ketika anak menangis kemudian dengan pelukan hangat dari Ibu, anak berhenti menangis?
Ternyata secara tidak sadar dalam keseharian kita sudah menerapkan praktik hipnosis.
Hipnosis adalah salah satu ilmu pengetahuan yang mengupas secara teknis tentang pikiran bawah sadar dan salah satu cabangnya yang mengenai pemberdayaan pikiran bawah sadar adalah hipnoterapi.
Dalam buku ini penulis berharap dapat memberikan pemahaman tentang bagaimana membantu anak-anak dalam mengolah sumber daya yang dimilikinya. Buku ini juga diharapkan dapat membantu anak-anak untuk melewati berbagai gangguan psikologis yang mungkin terjadi dalam perjalanan menuju kedewasaannya.
Pernahkah kita bertanya kenapa bayi dari mulai lahir menunjukkan kecerdasan yang luar biasa? Dari yang hanya bisa menangis, kemudian bisa mulai melihat, tertawa, merangkak sampai berjalan. Ternyata anak kecil usia nol sampai tiga tahun sangat didominasi oleh pikiran bawah sadarnya. Pikiran sadarnya baru mulai aktif ketika usia tiga tahun, walaupun masih tetap didominasi oleh pikiran bawah sadar sampai usia tujuh tahun.
Lantas bagaimana cara kita memberdayakan potensi anak melalui hipnosis? Seperti komputer, pikiran bawah sadar adalah hardware, dan sugesti adalah softwarenya. Kita bisa menginstall program-program yang bermanfaat ke dalam hardware.
Saya sering merasa sedih ketika berkomunikasi dengan anak tapi mereka terlihat tidak mengacuhkan saya. Ternyata dalam buku ini dijelaskan bahwa ketika anak terlihat seperti tidak menyimak apa yang kita dengarkan, itu adalah waktu yang tepat untuk menanamkan sugesti positif pada anak.
Dalam buku ini dijelaskan ada dua puluh momen sugestif anak, ketika pikiran bawah sadarnya terbuka lebar secara alamiah, diantaranya
- ketika mengantuk,
- 30 menit pertama ketika tidur,
- ketika bermimpi,
- ketika mengigau,
- 30 menit sebelum bangun,
- ketika fokus membaca buku,
- ketika bermain game,
- ketika menonton,
- ketika asyik menggambar, melukis atau menulis panjang,
- ketika melamun,
- ketika mengingat sesuatu,
- ketika bingung,
- ketika banjir informasi,
- ketika terkejut,
- ketika terpana atau kagum,
- ketika menangis,
- ketika marah,
- ketika sedih,
- ketika takut, dan
- ketika berdo'a.
Penulis menyatakan sekitar 80% penyakit adalah penyakit mental. Yang menarik adalah pengalaman penulis ketika melakukan hipnoterapi pada anak penderita lupus yaitu penyakit autoimun. Penulis berpikir jika tangan dan kaki saja bisa dikendalikan oleh otak, begitupun sel darah putih.
Lupus adalah penyakit yang masih belum ditemukan obatnya, dan penulis mengklaim sampai bukunya selesai ditulis, gejala lupus yang dialami anak tersebut sudah mulai menghilang dan dokternya pun menyatakan bahwa kemajuan anak tersebut sangat pesat. Menurut saya ini adalah sebuah pernyataan yang sangat berani walaupun based on experience.
Selain diajak untuk memahami mekanisme pemikiran anak, kita juga diajak untuk mengelola emosi dan mengeksplorasi bahasa anak. Penulis juga membagikan tekniknya dalam bentuk permainan yang dapat dilakukan bersama anak-anak. Permainan-permainan tersebut pernah saya temui dalam seminar ESQ ketika sekolah menengah.
Menurut saya buku ini bisa dibaca oleh anak-anak sekolah maupun orang tua atau calon orang tua, karena dalam buku ini tidak hanya dijelaskan tentang bagaimana melejitkan potensi anak saja tetapi juga bagaimana kita bisa mengelola emosi kita sebagai manusia. Dan beberapa teknik dalam buku ini pernah saya praktikkan, and it worked.
Saya melihat proses hipnoterapi ini penting dilakukan oleh kita sebagai orang tua untuk membangun mental positif anak, menjawab berbagai masalah mental anak baik yang berkaitan dengan proses belajarnya maupun di luar hal yang berhubungan dengan proses belajar tersebut.
Sebagai orang tua kita bisa melakukan hipnoterapi sederhana selama kita mengetahui momen krusial sugestif anak dan memahami strukturnya seperti yang dijelaskan di buku ini. Salah satunya kuncinya adalah komunikasi atau kemampuan berbahasa yang bisa digunakan sebagai alat empowerment.
Saya mendapatkan ebook ini secara resmi sebagai hadiah dari sebuah acara GeMAH atau Gerakan menghafal Asmaul Husna yang dimotori oleh coach Kemas Aditya (Licensed ESQ Trainer DR HC Ary Ginanjar Agustian). Jadi belum bisa mengeksplorasi audio untuk empowermentnya.
Membaca buku ini saya teringat pada salah satu drama korea yang berjudul Sky Castle, dimana salah satu lakonnya adalah seorang mentor yang berhasil meloloskan para menteenya masuk ke universitas-universitas paling bergengsi di Korea dengan jaminan 100% lolos. Ternyata salah satu metode yang digunakan selain teknik belajar seperti posisi meja belajar, pencahayaan yang tepat, juga menggunakan hipnoterapi. Melihat efeknya sungguh mencengangkan.
⭐⭐⭐⭐
Senin, 05 Oktober 2020
Melatih Kemandirian Anak: Pergi ke Toilet
Walaupun sudah lulus toilet training, terkadang saya masih kecolongan. Akhirnya saya masih membiasakan untuk mentatur Abang.
Bedanya hanya frekuensinya yang dikurangi. Jika awal latihan toilet training, saya mentatur Abang setiap 30 menit sekali, saya mengubahnya menjadi 1 jam sekali atau sekarang setelah lulus menjadi setiap 3 jam sekali.
Seringnya Abang masih saya temani untuk pergi ke toilet. Tapi saya berusaha untuk membiasakannya pergi sendiri.
Strategi yang sudah saya lakukan, diantaranya:
1. Memakaikan celana yang mudah dilepas
Saya membeli sekitar selusin celana pendek yang berkaret, khusus untuk latihan toilet training, supaya memudahkan Abang melepas celananya.
2. Membiasakan Anak Buang Air Kecil di tempat yang sama
Dengan mengetahui dimana seharusnya dia BAK, anak akan terbiasa dan menjadi familiar dengan lingkungan tersebut, sehingga Anak tidak merasa takut.
3. Mempersuasi Anak
Ini adalah hal yang paling penting menurut saya. Berkomunikasi dengan anak, memberikan dorongan dan semangat padanya akan menumbuhkan kepercayaan dirinya, membuat dirinya yakin, bahwa dia mampu dan akhirnya menghargai dirinya sendiri.
Tantangannya terkadang Abang masih suka tergoda untuk main air, sehingga lama di toilet, bajunya basah, atau kadang adiknya mengikutinya ke toilet, sehingga Abang kurang fokus dan akhirnya malah bermain. Tapi saya melihat Abang selalu antusias.
#harike5
#tantangan15hari
#zona2kemandirian
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia
Melatih Kemandirian Anak: Menjaga Adik
Ketika Ibu terdesak kebutuhan untuk ke toilet sedangkan di rumah tidak ada orang untuk menjaga anak-anak, pasti bingung dan khawatir. Terlebih jika ada dua orang balita yang sedang aktif-aktifnya.
Akhirnya walaupun usia si Abang baru tiga tahun, mau tidak mau Ibu menitipkan adik kepada Abang.
Strategi yang saya ambil ketika menitipkan adik ke Abang diantaranya:
1. Memberi pengertian bahwa Ibu butuh pergi sementara waktu
Di usianya yang menginjak 3 tahun, Abang sudah bisa menangkap instruksi dengan baik. Jadi ketika saya butuh pergi ke toilet atau melakukan aktivitas apapun, hal pertama yang saya lakukan adalah memberitahu Abang, sekaligus meminta izin atau tolong.
2. Memberikan Kepercayaan dan Tanggung Jawab pada Abang
Memiliki dua orang anak laki-laki dengan rentang usia yang tidak begitu jauh, membuat khawatir. Tapi saya berusaha mempercayai Abang, dengan mengatakan kepadanya, bahwa saya sangat mengandalkannya untuk menjaga Adik ketika Ibu pergi, walau hanya ke toilet. Ketika merasa dibutuhkan atau dipercaya, Alhamdulillah Abang menunjukkan optimisme dan kedewasaannya muncul.
3. Memastikan Kondisi Aman
Ketika saya tidak bisa memantau anak-anak, saya berusaha memastikan keadaan aman, misalnya dengan mengunci pintu depan, supaya tidak ada orang lain yang masuk ketika saya di toilet. Juga menyingkirkan benda-benda yang berpotensi membahayakan anak-anak.
4. Memberikan Mainan atau Makanan
Anak-anak biasanya aktif dan kreatif, tapi meskipun begitu, saya menyediakan mainan atau busy book dan buku-buku bacaan untuk mengalihkan perhatian mereka supaya tidak terlalu kehilangan ketika Ibu pergi.
Tantangannya walaupun Abang sudah bisa diandalkan untuk menjaga Adik, tapi mereka masih sering berebut mainan.
Abang yang sudah mengerti kepemilikan kadang merasa risih ketika Adik merebut mainannya. Akhirnya adik menangis karena keinginannya tidak terpenuhi, tapi kemudian jika melihat adiknya menangis, Abang akan mengalah dan memberikannya mainan.
#harike4
#tantangan15hari
#zona2kemandirian
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia
Sabtu, 03 Oktober 2020
Melatih Kemandirian Anak untuk Makan Sendiri
Mengikhlaskan anak makan sendiri merupakan hal yang menantang, hal ini sudah lama kami lakukan tapi masih belum konsisten.
Saya merasa kegiatan makan sendiri ini seharusnya sudah bisa dilakukan oleh Abang, tapi karena saya sering kali membatasi kesempatannya untuk makan sendiri, Abang jadi belum mahir.
"Izinkan dia membiasakan diri!"
Kalimat tersebut selalu saya ucapkan sebagai pengingat ketika hati merasa berat.
Tantangannya membiarkan anak makan sendiri adalah berantakan, makanan berserak dimana-mana, anak menjadi pilih-pilih makanan, hanya memakan makanan yang dia inginkan, tidak sabar untuk menyuapkan makanan ke mulut, sehingga mulutnya penuh, makanan diemut, dan akhirnya makanan dilepeh dan terbuang.
Hal yang perlu dilakukan sebelum melatih anak makan sendiri adalah mengubah mindset, bahwa keadaan berantakan, kotor adalah proses belajar anak, proses untuk melatih skill, dan proses anak menjadi mandiri.
Jadi, izinkan, relakan, ikhlaskan, membersihkan tempat yang kotor hanya butuh waktu beberapa menit saja, hal tersebut tidak sebanding dengan kekayaan ilmu dan pengalaman yang diperoleh anak. Biarkan anak merdeka belajar. Tapi mengubah mindset adalah hal yang tersulit dalam prosesnya.
Selain itu strategi lain yang saya terapkan dalam melatih anak makan sendiri, diantaranya:
1. Menetapkan Jam Biologis Anak untuk Makan
Hal pertama yang saya lakukan adalah menetapkan jam berapa anak untuk makan pagi, siang atau sore. Dan itu dilakukan secara konsisten, sehingga lama kelamaan hal tersebut akan membentuk jam biologis anak merasa lapar. Maka di jam-jam tersebut kita bisa mengkondisikan persiapan untuk anak makan.
2. Mengajak Berdo'a Sebelum dan Sesudah Makan
Ini adalah proses yang wajib dilakukan, melibatkan Allah dalam setiap aktivitas anak, agar anak mengenal Tuhannya, dan bisa bersyukur atas karunia-Nya.
3. Membuat Variasi Makanan
Hal ini dimaksudkan agar anak tertarik untuk makan, dan juga bisa mengeksplorasi setiap rasa dari makanan baru. Sehingga diharapkan anak tidak picky eater
4. Mempermudah Anak ketika Proses Makan
Saya biasanya membulat-bulatkan nasi kemudian di atasnya disimpan lauk atau sayur. Sehingga anak mudah untuk mengambilnya. Tapi Abang masih kesulitan, dia mengambil makanannya dengan telapak tangan bukan cuma jari. Jika makanannya berkuah, saya beri sendok kecil sesuai genggamannya agar anak mudah untuk menyuap.
5. Membuat Suasana Makan Terasa Menyenangkan
Misalnya dengan menggunakan peralatan makan yang lucu atau karakter kartun yang disukai anak, tidak memaksa anak untuk menghabiskan makanannya, tidak mengomelinya ketika makanan berantakan.
Intinya menghela nafas panjang ketika melihat tingkah ajaib anak, biarkan dia merdeka belajar juga memujinya karena bersedia makan sendiri.
Perasaan saya ketika mengajari anak makan sendiri adalah gemas hehehe. Sedangkan respon anak sendiri, dia bahagia dan begitu berenergi untuk makan sendiri. Alhamdulillah semoga Abang semakin terlatih dan terbiasa melakukan satu persatu kegiatan memenuhi kebutuhannya sendiri.
#harike3
#tantangan15hari
#zona2kemandirian
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia
Jumat, 02 Oktober 2020
Tips Mengajak Anak Merapikan Mainannya
Anak-anak sangat suka sekali bermain tapi tidak jarang mereka juga cepat sekali bosan. Sehingga mereka sering gonta-ganti mainan.
Ketika pekerjaan rumah menumpuk, ditambah harus merapikan mainan anak-anak yang tiada habis-habisnya, dirapikan berantakan lagi, begitu terus. Nah, supaya moms tetap terjaga kewarasannya, dan tidak membatasi kreativitas anak-anak dengan melarangnya bermain, mari kita latih kemandiriannya dengan mengajaknya merapikan mainan sendiri.
Berikut tips yang agar anak mau merapikan mainannya sendiri:
Alhamdulillah, di hari ke-2 tantangan lima belas hari zona 2 kelas Bunda Sayang ini, saya mencoba mengajak anak-anak merapikan buku-buku ke raknya.
Dalam sekali ajakan mereka langsung menyambut positif, terutama si sulung yang kemudian dicontoh oleh adiknya. Melihat respon anak-anak yang begitu bersemangat membuat saya merasa bahagia dan bangga melihat si Abang yang sudah mulai bisa diandalkan.
Tantangannya saya harus lebih sering mencontohkan bagaimana cara beres-beres yang saya kehendaki agar anak-anak meniru cara beres-beres yang sesuai.
#harike2
#tantangan15hari
#zona2kemandirian
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia
Kamis, 01 Oktober 2020
Melatih Kemandirian Anak: Memakai Pakaian Sendiri
Alhamdulillah memasuki tantangan ke-2 kelas Bunda sayang. Tema kali ini adalah melatih kemandirian anak.
Tantangan kali ini terasa sangat menantang, karena biasanya saya belum memberi lampu hijau untuk anak-anak merdeka belajar.
Alasannya sederhana: saya belum siap. Entah terbiasa untuk melayani kebutuhan anak, atau belum siap menambah pekerjaan lain seperti jika anak makan berantakan, pakaian dan lantai kotor, atau belum mampu memanage emosi.
Untuk hari pertama ini, saya melatih si sulung yang sekarang berusia 3 tahun, memakai pakaian sendiri.
Saya melatihnya di hari pertama karena ini salah satu kebutuhan dasar dalam kehidupannya. Ternyata hasilnya di luar ekspektasi, si Abang lumayan lancar memakai celana dalam ataupun celana bagian luar, dia hanya sedikit kesulitan untuk merapikannya saja.
Sedangkan untuk memakai baju, masih bingung mencari lubang untuk tangan dan menentukan bagian depan atau belakang pakaiannya. It's a good signal. ^^
Strategi yang saya terapkan diantaranya:
1. Melibatkan Allah dalam setiap aktivitas. Memohon dimudahkan dalam prosesnya, sehingga anak pun menikmati proses belajarnya sebagai sesuatu hal yang menyenangkan.
2. Memanjangkan rentang sabar, karena semua yang akan dilatih kepada anak adalah hal baru bagi mereka. Bisa karena terbiasa.
Hal yang terasa mudah bagi kita, belum tentu mudah juga bagi yang baru pertama kali melakukannya. Jadi sebagai Ibu saya berusaha bersikap supportif, mendukungnya dengan berusaha sabar.
3. Memberikan instruksi yang jelas, dengan memperhatikan kaidah-kaidah komunikasi produktif, terutama KISS (keep information short and simple) dan intonasi. Jangan sampai ketika kita melatih si kecil kita malah menyakiti hatinya dengan kata-kata yang tidak perlu.
4. Melakukan aktivitas tersebut di tempat yang kondusif, jauhkan dari hal-hal yang bisa mendistraksi anak seperti televisi, mainan, adiknya atau orang yang senang mengajaknya bercanda, dan sebagainya.
5. Berlatih menggunakan pakaian yang sederhana terlebih dahulu, contoh kaos singlet, celana dalam atau pakaian-pakaian yang longgar, t-shirt, dan lain-lain. Setelah kepercayaan diri anak terbentuk, kita bisa menaikan level kesulitannya.
Melihat perkembangannya yang bisa memakai celana sendiri saya sangat bangga, walaupun respon Abang masih sangat bingung, tapi dia excited dan juga bangga ketika saya memberikannya apresiasi berupa pujian.
#harike1
#tantangan15hari
#zona2kemandirian
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia