Tampilkan postingan dengan label Parenting Journey. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Parenting Journey. Tampilkan semua postingan

Senin, 15 April 2019

Khitan Bayi

Di dalam Musnad Ahmad dari Ammar bin Yasir Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : ”Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Sebagian dari fitrah adalah: berkumur-kumur, istinsyaq (menghirup air dari hidung), mencukur kumis, siwak, memotong kuku, membersihkan lipatan pada badan, mencabut bulu ketiak, istihdad, khitan dan bersuci”.

Salah satu kewajiban orang tua adalah mengkhitan anak-anaknya. Atas banyak pertimbangan, kami memutuskan untuk mengkhitan anak-anak kami di usia dini. Habibi (20 bulan) dan Zain (1 bulan).

Zain

Pertimbangan tersebut di antaranya :

1. Khitan di usia dini mempercepat penyembuhan.

2. Menghilangkan trauma

3. Mencegah aurat besarnya dilihat oleh banyak orang dengan khitan sebelum baligh. Kita tidak tahu kapan pastinya anak kita baligh.

4. Lebih sehat, dengan khitan, kotoran yang berada dalam kulup bisa hilang, sehingga mencegah Infeksi Saluran Kemih (ISK)

5. Lebih nyaman bagi orang tua karena anak tidak terlalu rewel.

6. Sunnah Nabi Ibrahim yang mengkhitan Ishaq di usia dini (7 hari).

Habibi

Tempat Khitan

Rumah sunat dr. Mahdian. Awalnya kami berencana untuk khitan di Rumah Sakit, tapi minimnya informasi dan prosedur yang terlalu panjang, kami memutuskan untuk khitan di rumah sunat.

Sebelum sunat main di Playground Rumah Khitan

Alamat lengkapnya:

KALIDERES – JAKARTA BARAT
Ruko Citra 2 Ext. Blok BE-1B No. 06
Pegadungan, Kalideres, Jakarta Barat
Tel. (021) 5435 1926
Pendaftaran : 0823-1150-0055, 0813-6712-7551 (WA Only)
Emergency Call : 0812 8282 8841

Daftar via whatsapp dan datang sesuai jam yang ditentukan dari pihak rumah sunat.

Kelebihan :

1. Tidak antri

2. Pendaftaran praktis

3. Dokter ramah

4. Mendapatkan souvenir berupa boneka bola, obat tetes, kain kassa steril dan free check up pasca khitan

5. Cepat dan hasilnya bagus

6. Tempatnya nyaman, terdapat kids corner

7. Petugas informatif

Kekurangan:

1. Waktu tidak fleksibel, mengikuti jadwal dokter

2. Tempat khitan di lantai dua, jadi cukup melelahkan naik turun sambil menggendong anak

3. Tidak mendapat sertifikat khitan



Metode Khitan

Menggunakan metode clamp. "Selain proses sunat yang lebih mudah dan cepat, teknik clamp memiliki keunggulan seperti perdarahan minimal, tanpa jahitan, proses penyembuhan luka lebih cepat dibanding metode konvensional," kata dr. Mahdian.

Bagaimana cara pembiusannya? Tetap menggunakan syringe, disuntik di tiga titik sekitar penis.



Harga

Harga khitan per anak dengan metode clamp (April 2019) di rumah sunat dr. Mahdian adalah Rp 1.650.000,-



Perawatan Pasca Khitan

Selama clamp masih belum dicopot, harus selalu dibersihkan dengan menggunakan Nacl setiap ganti diapers atau sesudah mandi, kemudian diberi obat tetes/drop di penis dan juga obat oral yang disesuaikan dengan usia anak untuk mengurangi nyeri.

Setelah Khitan

Di hari ke-empat, clamp dibuka. Proses pembukaan clamp ini tidak menggunakan obat bius, jadi pasti agak menyakitkan, tapi prosesnya sangat cepat hanya sekitar 5 menit.

Setelah clamp dibuka, penis tetap dibersihkan dengan Nacl kemudian dikompres menggunakan kain kassa yang sudah diteteskan betadine kurang lebih selama satu menit. Kemudian baru diteteskan obat tetes. Kegiatan ini dilakukan selama 2 minggu.



Respon Anak

Berhubung Anak pertama sudah mengerti rasa takut, maka dia agak rewel, setiap melihat penisnya, pasti menangis. Tapi khitan jam 9, jam 14.00 dia sudah aktif bermain kembali.

Sedangkan adiknya, dia lebih jujur, menangis hanya ketika disuntik anestesi, selebihnya dia tertidur. Bahkan sampai di rumah pun, samasekali tidak ada drama rewel atau apapun. Alhamdulillah, nikmat Allah. (kelebihan khitan usia dini).

H+1 Khitan Main di Playtopia sebagai hadiah


Selamat, Barokallah anak-anakku, kalian sudah sunat. Semoga selalu sehat, semakin sholeh dan bertaqwa kepada Allah Swt.



(15 April 2019)
Continue reading Khitan Bayi

Rabu, 10 April 2019

Zain Turns One Week

Tulisan ini mamak buat pas Zain umur 3 minggu. Mumpung kenangannya belum blur, mamak mau mengabadikan milestone Zain. Mudah-mudahan mamak konsisten yak.

Nah, berikut perkembangan dan pengalaman Zain ketika usia satu minggu:

* Seperti yang telah diceritakan di postingan sebelumnya, baby Zain dan mamak baru bisa rooming in di hari ke-dua pasca melahirkan.



* Masih menyesuaikan diri, belajar menyusu, Zain agak kesulitan karena nipple mamak oversize. Baca pengalaman 72 jam pertama kehidupanku ya.



* Diberi vaksin HB0 dan polio secara oral di rumah sakit. Sayangnya, Ayah dan Ibu hanya menyaksikan pemberian vaksin polio.

Continue reading Zain Turns One Week

Jumat, 05 April 2019

Anak Kagetan, Kurang Gebrak?

Ada ga yang anak bayinya kagetan, terus sama kakek nenek atau saudara yang lain dibilang kurang gebrak? Anakku yang pertama kagetan, ada suara motor, kaget, bahkan sampai ada yang bersin pun dia kaget. Wah, normal ngga, tuh?

Jangan khawatir, bunda! Setelah mamak cari, ternyata hal tersebut normal. Jadi, pada bayi baru lahir ada yang disebut refleks moro. Refleks moro ini merupakan refleks tiba-tiba saat bayi mendengar suara atau gerakan yang mengejutkannya. Saat terkejut, bayi akan melengkungkan punggungnya, melemparkan kepalanya ke belakang, dan merentangkan tangan dan kakinya. Gerakan ini merupakan refleks mempertahankan diri pada bayi baru lahir.







Selain refleks moro, masih ada refleks lainnya, diantaranya:

Continue reading Anak Kagetan, Kurang Gebrak?

Sabtu, 23 Maret 2019

72 Jam Awal Kehidupanku

Assalamu'alaikum, perkenalkan, namaku Zain Abdullah Ibrahim. Aku putera kedua dari Ayah Abdul Majid dan Ibu Riska Yuniarti Iskandar. Aku lahir dengan berat 3,170 gram dan panjang 49 cm. Aku lahir di Rumah Sakit Pelni dengan persalinan c-section dibantu oleh dr. Riyan Hari, SP. OG.

Di pertemuan pertamaku dengan Ibu, beliau mencium pipiku berulang-ulang kali sambil menitikkan air mata. Beliau yang masih terbaring di meja operasi tampak begitu terharu ketika berkata, "Alhamdulillah, I Love You".

Pertemuan singkat kami, diinterupsi dengan kegiatan inisiasi menyusu dini, perawat menempelkan mulutku ke dada ibu. Walaupun ibu tidak memelukku karena masih dalam proses finishing pasca melahirkan, tapi aku bisa merasakan hangatnya dada ibu.



Kemudian aku digendong untuk bertemu ayah. Di depan pintu ruang bedah ICU/NICU kami bertemu, dan suara beliau adalah suara laki-laki pertama yang kudengar mengumandangkan adzan dan iqomat di telingaku. Semoga kelak aku bisa memenuhi harapan ayah dan ibu menjadi anak yang sholeh dan berbakti. Aamiin.

Continue reading 72 Jam Awal Kehidupanku

Kamis, 21 Maret 2019

Melahirkan Anak Kedua

Alhamdulillah, telah lahir anak kedua kami, berjenis kelamin laki-laki, pada 17 Maret 2019 pukul 12.55 dengan berat 3.1 kg, tinggi 49 cm di Rumah Sakit Pelni dibantu oleh dr. Ryan Hari, Sp.OG., berikut cerita persalinannya:

12 Maret 2019

Ini jadwal kontrol terakhir dengan dr. Atut, kami sudah menentukan rencana persalinan dengan cara c-section pada 22 Maret 2019.

17 Maret 2019
Pukul 05.40 perutku mulai kontraksi, langsung aku pantau menggunakan aplikasi. Dengan keyakinan akan bersalin hari ini, aku langsung mempack barang-barang yang belum masuk ke tas persalinan. Setelah semua beres, dengan sisa tenaga aku membangunkan suami yang kembali beristirahat di hari liburnya. Beliau masih belum yakin dan menyangka aku mengalami kontraksi palsu. Setelah aku perlihatkan hasil observasi kontraksi melalui aplikasi, baru beliau percaya dan langsung bersiap.

Sebelum berangkat, dibantu oleh suami membersihkan pubis terlebih dahulu karena pasti akan kurang nyaman jika dilakukan oleh orang lain. Berseling dengan rasa mulas yang sangat, aku masih menyempatkan diri untuk mandi dan sarapan.

Sampai di rumah sakit, kami langsung dibawa ke IGD materna, karena datang bersamaan dengan ibu hamil yang juga akan melahirkan, beliau mendapat perlakuan cito karena air ketubannya sudah pecah.

Jam 09.25 tekanan darahku dicek. Kemudian dicek pembukaan dan ternyata walaupun kontraksi sudah teratur masih pembukaan 1, dicek tinggi fundus, dan CTG.

Sambil menunggu suami mengurus administrasi, aku dibiarkan istirahat di bed igd, dicek BT CT, dipasang infus dll.

Baru sekitar jam 11.40 aku dipindahkan ke ruang persiapan operasi. Walaupun tidak bergerak aktif, tapi kontraksi rasanya Ma Syaa Allah semakin cepat dan sering. Aku yang tadinya calm, sampai meraung-raung di ruangan sendirian.

Jam 12.30 aku baru mendapat tindakan. Berhubung ini anak kedua, akan aku gambarkan perbedaan suasana di ruangan operasi antara melahirkan anak pertama dengan anak kedua. Dr. Atut adalah dokter yang membantu persalinan pertamaku, dan dr. Ryan adalah dokter yang membantu persalinan anak ke-dua.

Pemberian Anestesi:

Pemberian anestesi dilakukan secara epidural. Yang membedakan persalinan pertama dengan kedua adalah posisi pemberiannya. Persalinan pertama diberikan dengan cara rebahan, yakni posisi miring ke kiri, sedangkan persalinan kedua diberikan dengan cara duduk menelungkup memeluk guling, perawat memegangi pasien.

Dokter anestesi persalinan ke-2 ku adalah dr. Joshua.

Pembukaan:

dr. Atut membuka operasi dengan memperkenalkan teamnya satu persatu, baru kemudian memimpin do'a.

dr. Ryan membuka operasi dengan menyapa pasien dan memimpin do'a.

Ketika operasi:

dr. Atut menyetel musik dan beliau bersama team mengobrol santai sepanjang operasi, suasana terasa santai. Tapi berhubung anak pertama, maka aku tetap merasa tegang.

dr. Ryan melaksanakan operasi dengan fokus, tidak ada suara musik, hanya ada percakapan singkat seperlunya. Tapi aku lebih rileks karena pernah berhadapan dengan meja operasi sebelumnya. Dan kegiatan selama operasi terpantul melalui lampu sorot operasi, aku memerhatikan step by step dari sana meskipun tidak secara jelas.

Inisiasi Menyusu Dini:

dr. Atut memperlihatkan bayi segera setelah dikeluarkan dan dibantu oleh perawat langsung menempelkan bayi ke dada untuk IMD tanpa dibersihkan terlebih dahulu (tapi berhubung masih diselimuti ketuban, Habibi lahir bersih tidak berdarah).

dr. Ryan mengucapkan selamat dan bercakap-cakap sebentar denganku setelah bayi dikeluarkan. Sementara bayi langsung dipegang oleh perawat untuk dibersihkan (masih di area ruang operasi), baru diperlihatkan dan dilakukan IMD setelah bayi memakai pakaian.



Penutupan:

dr. Atut menutup operasi dengan melakukan birth announcement, artinya, beliau mengumumkan bahwa telah lahir bayi berjenis kelamin laki-laki pada tanggal sekian dan jam sekian.

dr. Ryan tidak melakukan birth announcement.

Dibandingkan persalinan pertama, persalinan kedua ini prosesnya lebih cepat karena mungkin pasien tidak terlalu ramai. Setelah operasi selesai, aku langsung diboyong ke kamar tanpa harus menunggu terlalu lama di ruang observasi setelah operasi. Tidak ada drama sesak nafas, atau menggigil.

Alhamdulillah, semoga menjadi anak yang sholeh, berbakti kepada orang tua, dan bermanfaat bagi bangsa dan agama.
Continue reading Melahirkan Anak Kedua

Kamis, 14 Maret 2019

7 Cara Menstabilkan Hb Ketika Hamil dan Menyusui

Keluhan yang paling sering didengar dari ibu hamil adalah Hb yang rendah. Semua wanita hamil berisiko mengalami anemia karena membutuhkan lebih banyak zat besi dan asam folat.

Berikut adalah cara untuk menstabilkan Hb ketika hamil maupun menyusui:

  1. Menghindari makanan yang menghambat penyerapan zat besi

    teh menghambat penyerapan zat besi

    Zat besi merupakan nutrisi yang sangat penting untuk sistem kerja otak dan pembentukan sel darah merah. Makanan yang dapat menghambat penyerapan zat besi adalah Zat Tanin (yang terdapat dalam teh, coklat, jus apel, kacang tanah), Polifenol (coklat, kacang polong, serealia termasuk gandum), oksalat (yang ada dalam batang bayam), Zat seng (yang ada di dalam beras merah), dan juga makanan yang merangsang produksi asam lambung misalnya makanan yang terlalu asam.

  2. Meningkatkan asupan zat besi

    bayam untuk meningkatkan hb

    Makanan yang kaya akan zat besi diantaranya:
    * Daging dan ikan
    * Jeroan seperti ati ayam atau sapi
    * Telur
    * Sayuran hijau seperti bayam
    * Kacang-kacangan dan biji-bijian (seperti kacang hijau, kedelai)
    * Brokoli

  3. Mengkonsumsi makanan tinggi vitamin C dan beta karoten

    kiwi

    Setiap mengkonsumsi sumber zat besi, harus diiringi oleh makanan yang kaya akan vitamin C karena dapat membantu penyerapan zat besi tersebut oleh tubuh, contohnya:
    * Jeruk
    * Stroberi
    * Jambu biji
    * Pepaya
    * Kiwi
    * Sayuran hijau lainnya

  4. Mengkonsumsi makanan yang tinggi asam folat

    daging merah untuk meningkatkan hb

    Tubuh menggunakan asam folat untuk memproduksi heme, yaitu sebuah komponen penting dalam hemoglobin. Jika kekurangan asam folat, maka pematangan sel darah merah akan terganggu. Kondisi ini dapat menyebabkan anemia dan kadar Hb yang rendah.
    Sumber asam folat yang baik terdapat pada daging sapi, bayam, nasi, alpukat, selada, pisang, buah bit.

  5. Tidak begadang

    istirahat yang cukup
    Semakin sering tidur larut, maka asupan oksigen akan semakin sedikit. Hal tersebut dapat berkontribusi pada kenaikan tekanan darah juga atau biasa disebut hipertensi.

  6. Menghindari mengkonsumsi garam secara berlebihan

    makanan yang terlalu asin
    Hal ini membuat larutan darah menjadi hipertonis dan membuat sel darah merah mengalami krenasi/pengerutan, dan tentunya akan berpengaruh terhadap usia sel darah merah.

  7. Minum air putih yang cukup

    kebutuhan air ibu hamil
    Hormon eriropoietin yang diproduksi ginjal merupakan stimulan bagi diproduksinya eritrosit. Jika orang normal memerlukan air putih sebanyak 2 liter atau 8 gelas per hari, maka ibu hamil dan menyusui membutuhkan asupan lebih banyak, yakni sekitar 2,5-3 liter per hari.


Continue reading 7 Cara Menstabilkan Hb Ketika Hamil dan Menyusui

Sabtu, 02 Maret 2019

Sepenggal Harapan untuk yang Tersayang

Pernah terpatri dalam benakku, apakah sudah cukup baktiku padamu? Menjalani keseharian yang terasa biasa, tapi sudah benarkah, aku menjalaninya ? Sudah sesuai dengan kodratku kah peran yang selama ini kujalani?

Lelaki yang meminangku tiga tahun silam, tidak pernah mengekang mobilitasku sebagai wanita karir. Dia tak pernah menuntutku untuk being stay at home or full time mother. Dia selalu mendukung aku dengan segudang aktivitasku, dari mulai melakukan kegiatan yang memang menjadi hobiku, me time untuk membunuh waktu, atau kegiatan-kegiatan seabreg komunitas yang aku ikuti.

Continue reading Sepenggal Harapan untuk yang Tersayang

Jumat, 01 Maret 2019

Mengatur Rencana Keuangan dengan Jenius

Ada yang sudah menggunakan jenius? Bagi yang belum tahu, bisa kunjungi langsung websitenya www.jenius.com

Inovasi di dunia perbankan ini menghapus stigma tentang repotnya transaksi di dunia perbankan tentang dokumen, dan berbagai macam berkas yang harus dilengkapi ketika akan membuat sebuah akun perbankan.



Nah, fitur yang paling saya suka dari jenius ini adalah Save it. Ada 3 jenis save it, yaitu:

Continue reading Mengatur Rencana Keuangan dengan Jenius

Jumat, 08 Februari 2019

Kita Butuh Spasi

Badan bergetar hebat
Gigi bergemeletuk
Rasa sakit kontan memeluk kepala
ingin hati berteriak
Mata nanar menatap sekeliling
Mencari barang
yang kiranya bisa kujadikan korban penyalur rasa

Tapi urung kulakukan
Ketika cahaya matanya
Menerangkan bahwa ia tak mengerti
Ketika bahasa tubuhnya
Berkata "aku berusaha memahamimu"

Mata kami bersinggungan
Berkomunikasi dalam diam
Berapa bab jilid kehidupan kita yang sudah tertulis?
Masih butuh jutaan kata untuk menyusun cerita kita
Untuk malam ini,
Izinkan aku sejenak memberikan spasi
Sampai terbentuk alinea baru
dengan kisah yang lebih manis
Masih dengan tokoh utama yang sama
Kau dan aku
Continue reading Kita Butuh Spasi

Kamis, 13 Desember 2018

Nasihat Suamiku

Jarang sekali ada diskusi sebelum tidur, biasanya aku yang mendominasi percakapan dan suami hanya menanggapi. Atau aku juga yang mengorek ngorek informasi kegiatannya di kantor, barulah suami bercerita.

Suamiku tipikal orang yang easy going. Tidak semua masalah harus dipikirkan apalagi dibagi pada istri. Padahal para istri mungkin berpikir sebaliknya. Mereka merasa keberadaannya dihargai ketika suami justru bisa berbagi beban, cerita. Walaupun para istri tidak selalu bisa menawarkan solusi, tapi kami berupaya untuk menentramkan hati, memberikan kenyamanan, menghilangkan penat suami bagaimana pun caranya. Misal tidak menambahkan cerita hari ini dengan keluhan hehehehe :p

Prolognya terlalu panjang, ya ! Jadi singkat cerita, berbeda dengan malam itu, suamiku mengajak berdiskusi.

Beliau berkata, "Beb, kalau kita hanya mengikuti prosedur pemerintah, kita harus menunggu 17-20 tahun. Alhamdulillah kalau kita masih diberi umur, belum lagi kalau nanti kita berangkat pasti sudah lanjut usia. Kayanya kita harus berikhtiar lain."

Aku yang masih sedikit terkejut, menanggapi, "Jadi bagaimana ? Apa mau berangkat umrah saja? Supaya tidak perlu nunggu lama?"

Suamiku berkata, "Kita tetap berangkat haji, tapi kita perlu lebih banyak mendekatkan diri pada Allah. Lebih rajin lagi ibadahnya, lebih khusyuk lagi berdo'anya. Kita bisa berkaca pada pengalaman mimi (Ibu suami), tadinya mimi belum daftar haji, tapi begitu daftar tahun depannya langsung berangkat. Allah selalu ngasih jalan."

Agak sedikit ngeyel dengan berkilah kalau zaman dulu kuota tidak dibatasi seketat sekarang, tapi ujungnya aku berkata, "Iya, beb, kita ikhtiarkan, ayo kita niatkan, perbanyak sholat Hajat, Tahajud, juga sedekah."



Dan malam yang singkat itu pun ditutup dengan pelukan hangat dan kecupan lembut sebagai pengantar tidur. Terimakasih Imamku, semoga kita jadi teman sehidup sesyurga Aamiin.
Continue reading Nasihat Suamiku

Kamis, 29 November 2018

Komunikasi Pasutri Menuju Baiti Jannati

Memasuki usia dewasa muda, rata-rata manusia mulai membangun mahligai rumah tangga. Berbagai motivasi saat memutuskan menikah di antaranya: karena rasa cinta, untuk membahagiakan orang tua, faktor ekonomi dsb. Namun, motivasi terbaik adalah untuk beribadah.
Ketika seseorang menikah, berarti dia telah menyempurnakan setengah agamanya. Maka bertakwalah kepada Allah pada setengah sisanya (H.R. Baihaqi)

Tapi, pada kenyataannya, membangun rumah tangga tidak selalu seindah dan semudah yang kita bayangkan. Bukan kisah Cinderella yang di akhir cerita ditutup dengan: "Mereka pun hidup bahagia selamanya." Justru pernikahan adalah awal dari perjalanan panjang yang penuh dengan perjuangan. Kunci kesuksesannya menurut Brubaker (1983) lekat sekali dengan bagaimana pasangan saling komunikasi, membuat keputusan bersama, dan mengelola konflik.

Hubungan pasutri harus selalu dirawat, seperti tanaman yang perlu disiram dan dipupuk, mencintai pun adalah kata kerja aktif, sehingga terus menerus harus diperjuangkan.

Sayang sekali banyak pasangan yang gagal mengelola 3 hal tersebut, sehingga mengakibatkan empty marriage atau pernikahan yang hampa, dan tidak jarang berujung dengan perceraian. Banyak pernikahan yang hanya menjadi status belaka, tetapi hati masing-masing tetap kosong dan sama-sama merasa kesepian.

Pentingnya berlatih komunikasi yang efektif dengan menggunakan bahasa cinta agar hubungan suami istri tetap terawat. Pada akhirnya, meluruskan niat menikah hanya karena Allah akan membuat segala yang diupayakan tidak terasa terlalu berat. Mari belajar lagi komunikasi dengan pasangan kita demi menuju baiti Jannati.
Continue reading Komunikasi Pasutri Menuju Baiti Jannati

Senin, 12 November 2018

Selamat Hari Ayah

Hal yang lebih menyesakkan dada melebihi sebuah rasa kehilangan
Ketika melihatmu tersungkur berlinangan air mata
Sembari mengucap Innalillahi wainna ilaihi raaji'uun
Sisi lain yang tak pernah kau tunjukkan

Menjadi saksi sang sosok yang tegar
Begitu gelisah, khawatir, ambruk dalam sesaat
Kemudian bangkit lagi

Aku meneguhkan hati
Biar tangan ini yang menghapus setiap bulir air mata
Menjadi penunjuk arah dikala bingung
Menjadi pelita dikala gelap
Menjadi teman dalam sepi
Menjadi pelindung dikala dingin

Selamat hari Ayah
Untuk ayah dari anak-anakku
Yang kehilangan separuh hatinya
Yang kehilangan salah satu pembuka pintu Syurga dan rahmat-Nya

Bagi seorang hamba,
ini adalah perpisahan dan kesedihan
Tapi bagi Rabbnya,
Ini adalah pertemuan dan kerinduan
Selamat jalan Ibu dari pahlawan keluarga kecilku
Do'a kami tiada putus untukmu

Telah berpulang Ibu Muti'ah binti Sarma di RSUD Cengkareng, Senin, 12 November 2018 pukul 17.00
Continue reading Selamat Hari Ayah

Jumat, 03 Agustus 2018

Firasat Kehamilan

Firasat memang susah untuk diabaikan. When test pack told me a negative result, i kept thinking that i am pregnant.

Di penghujung Mei 2018, saya kembali menstruasi untuk pertama kalinya setelah sekian lama dari sejak hamil yang pertama. Biar saya jelaskan lebih dulu, bahwa saya dan suami sebenarnya berkomitmen hendak menjaga jarak kehamilan. Mengingat saya melahirkan anak pertama secara sectio caesar, yang amannya minimal 2 tahun setelah operasi yang pertama. Tapi kami memutuskan untuk tidak menggunakan alat kontrasepsi karena khawatir akan berpengaruh pada ASI (saya bercita-cita memenuhi hak anak pertama dengan mengASIhi sampai 2 tahun).

Kami menggunakan perhitungan masa subur menggunakan kalender sebagai KB alami. Tapi di tanggal krusial, kami out of control. It's okay, saya pikir memenuhi kebutuhan suami adalah tanggungjawab istri daripada saya berdosa.
Continue reading Firasat Kehamilan

Rabu, 06 Juni 2018

Mencari Tahu Bakat Diri, Bekal Menjadi Ibu Produktif

Di NHW 7 Matrikulasi Institut Ibu Profesional, kami diajak untuk mengkonfirmasi potensi kekuatan dan kelemahan menggunakan tools yang dibuat oleh para ahli di bidang pemetaan bakat. Ada banyak tools yang sudah diciptakan oleh para ahli tersebut, diantaranya dapat dilihat secara online di www.temubakat.com http://tesbakatindonesia.com/ www.tipskarir.com dan masih banyak lagi berbagai tes bakat online maupun offline yang bisa kita pelajari.

salah satu tools yang bisa dicoba adalah www.temubakat.com yang kebetulan kita bisa mengkonfirmasi langsung ke penciptanya yaitu Abah Rama Royani, yang sering menjadi guru tamu di komunitas Ibu Profesional.

Bagi Anda yang ingin memakai fasilitas Free di temubakat.com silakan ikuti panduan di bawah ini:

  1. Masuk ke www.temubakat.com

  2. Isi nama lengkap Anda dan isi nama organisasi: Ibu Profesional

  3. Jawab Questioner yang ada di sana, setelah itu download hasilnya

  4. Amati hasil dan konfirmasi ulang dengan apa yang Anda rasakan selama ini.


Nah, berikut hasil temu bakat saya:

Picture1

Mari kita jabarkan, sesuai ga ya dengan yang saya rasakan selama ini?
Continue reading Mencari Tahu Bakat Diri, Bekal Menjadi Ibu Produktif

Selasa, 22 Mei 2018

Busui ikut Puasa?

Banyak pertanyaan seputar ibu menyusui yang ikut berpuasa. Bolehkah busui berpuasa? Amankah untuk bayi? Bagaimana supaya ASI tetap deras?

Awalnya juga saya ragu-ragu untuk ikut puasa, tapi saya mencoba sehari berpuasa dan ternyata Alhamdulillah kuat. Maka saya lanjutkan berpuasa. Pengalaman ketika hamil dulu yang Alhamdulillah bisa berpuasa sebulan penuh juga menambah optimisme saya.

Bolehkah busui berpuasa?

Jawabannya tentu boleh, dengan pertimbangan tidak membahayakan ibu dan si bayi.



Contoh berbahaya seperti apa jika busui berpuasa?
Continue reading Busui ikut Puasa?

Jumat, 15 September 2017

Milestone : Habibi 2 Months

Alhamdulillah, makin tambah gede kamu, nak! Sudah 2 bulan. Tapi banyak yang menyangka kalo Habibi lebih dari 2 bulan gara-gara badannya yang bombom. Sebenarnya ga gede gede banget sih badannya tapi pipinya itu loh wkwkwk

Tanggal 15 September tepat 2 bulan usia Habibi, ada imunisasi, dan pertumbuhan fisiknya pesat sekali.

Berat badan: 5.2 kg

Tinggi badan: 57 cm

Naik 1.2 kg, padahal pas pertama lahir ke bulan pertama cuma naik 8 ons hihihi Ibu senang kalau pertumbuhanmu lancar, sayang !

Di bulan kedua ini Habibi sempat ga pup selama seminggu, parno dong ibu, apalagi orang-orang menyalahkan ibu, menyangka ibu tidak menjaga pola makan makanya berimbas ke kamu. Makin merasa bersalahlah ibu, maaf kalau ibu salah ya, nak!

Tapi setelah menggali informasi, ternyata anak ASI wajar kalau ga pup selama 12 hari, beda dengan anak yang sudah diberi sufor, dia harus pup tia hari. Kalau yang hanya diberi ASI berarti tubuhnya menyerap terlalu banyak cairan sehingga tidak ada ampas yang dibuang, karena ASI memang sangat mudah dicerna oleh tubuh, makanya bayi selalu lapar terus.

Selain ga pup selama seminggu, tapi kadang sehari sekali, sehari dua kali, masih belum konsisten pupnya. Tapi konsistensi pupnya udah mulai solid, lembek gitu lah.

Bagaimana milestone nya ? Yuk, kita cek !

1. Cooing

Kata mpa dan mamah, hal ini yang akan sangat mereka rindukan dari Habibi, suara helang katanya. Jadi habibi tiba-tiba teriak dengan suara yang melengking tapi lucu.

Continue reading Milestone : Habibi 2 Months

Selasa, 15 Agustus 2017

Milestones: Habibi 1 Month

Time flies, tidak terasa Habibi sudah berusia satu bulan. Alhamdulillah. Masa satu bulan ini penuh dengan haru biru dan suka duka bagi new mom ini. Masa-masa insomnia. Masa-masa long distance marriage. Habibi termasuk anak yang sangat apik, pipis-nangis-minta netek-bobo, pup-nangis-minta netek-bobo. Siklusnya selalu seperti itu.

Alhamdulillah selama satu bulan ini Habibi bertumbuh dengan baik. Ketika berumur tiga hari, Habibi sudah diajak melakukan perjalanan jauh dari Jakarta ke Majalengka hihi. Ya, tepat setelah keluar dari Rumah Sakit, kami langsung menuju Majalengka.

Milestone-anak-satu-tahun

Setiap setelah imunisasi pun Habibi tidak mengalami demam atau rewel. Hanya saja Habibi sering sekali menyusu untuk durasi yang sangat lama, hingga terkadang ibunya kewalahan. Ketiduran ketika mengASIhi, kesemutan, sakit punggung (karena menyusui sambil duduk, aku belum bisa menyusui dengan posisi rebahan), puting lecet, bahkan sering susah untuk bangun ketika akan memindahkannya ke ranjang setelah Habibi tidur kekenyangan. Seru deh pokoknya!

Nah, milestone bayi satu bulan berdasarkan buku KIA dan referensi dari internet itu sebagai berikut:

1. Menatap ke ibu

Habibi baru melihat ke ibunya menjelang usia satu bulan, itu pun hanya ketika menyusu dan sangat jarang. Seringnya cuek bebek saja.


2. Mengeluarkan suara "oooo" / "aaaaa"

Belum terlalu jelas sih ketika bilang ooo atau aaa nya, tapi sudah mulai "alewoh" (dalam bahasa Indonesia artinya mengoceh) sendiri.


3. Menggerakan kaki dan tangan secara aktif

Tanda ini benar-benar terlihat jelas. Dia akan menendang-nendang ketika berganti celana, ketika dia sudah kenyang menyusu, dia akan refleks mendorong tubuh Ibunya, atau ketika disimpan dalam posisi tidur (tidak digendong), kaki dan tangannya akan bergerak aktif.

4. Kepala menoleh ke kanan dan ke kiri

Ketika ada orang yang akan menciumnya, pasti dia menoleh ke kanan dan ke kiri, seperti menolak untuk dicium wkwk. Ketika disimpan dalam posisi tidur pun, dia aktif sekali menoleh ke kanan dan ke kiri.


5. Bereaksi terhadap bunyi

Habibi sepertinya belum terlalu merespon bunyi. Ketika ibunya bertepuk tangan dia akan tetap anteng dan tidak mencari sumber suaranya. Tapi ketika sedang rewel, kemudian dinyanyikan shalawat nariyah, Habibi akan langsung diam dan anteng.

6. Bisa melihat pola hitam putih

Habibi sangat suka melihat pintu dan lemari yang berwarna coklat. Begitu fokusnya dia bisa tidak mengedipkan mata dalam durasi yang lama.


7. Tersenyum dan tertawa

Habibi pertama kali tersenyum ketika berusia satu minggu. Tapi bukan karena merespon orang yang mengajaknya bercanda, melainkan dia tersenyum sendiri tanpa sebab (seringnya smirking hahaha). Tapi belakangan ketika opanya sedang mengajaknya ngobrol, Habibi mulai suka tersenyum. 

Habibi mulai tertawa ketika masuk usia 4 minggu. Tapi jarang.


8. Mengangkat kepala

Ketika sedang mandi dalam posisi ditengkurapkan, dia selalu mengangkat kepalanya. Begitu pun ketika ditimang, terkadang kepalanya mengangkat hingga membuat kaget orang yang menggendongnya karena khawatir jatuh. Ketika dibedong pun dia suka mengangkat kepala karena merasa tidak nyaman dan membuat gerakan lucu seperti duyung xoxo

Perkembangan lainnya diantaranya:
Habibi suka memainkan ludah dari usia satu hari, mungkin karena lapar, karena ASI baru keluar di hari ke-3. 

Habibi mulai suka mengemut sarung tangannya, 

Mulai suka  memegang bagian sisi ember ketika sedang ditengkurepkan pas mandi seperti takut terjatuh atau menyusui, 

dan Habibi mulai terlatih diberikan ASI menggunakan sendok.

Untuk perkembangan fisiknya, tepat 30 hari diimunisasi di posyandu.

Berat badannya: 4 kg

Tinggi badannya: 50 cm

Alhamdulillah 'ala Kulli Hal. Selamat satu bulan ya, anakku sayang! Semoga Habibi sehat terus 😘
Continue reading Milestones: Habibi 1 Month

Rabu, 09 Agustus 2017

Anak Anda Mengalami Growth Spurts?

Beberapa hari yang lalu saya merasa benar-benar bingung, sedikit stress mungkin. Pasalnya anak saya yang berusia 3 minggu, mendadak rewel, dan tidak berhenti menyusu. Siang ataupun malam dia susah sekali ditidurkan. Frekuensi menyusu jadi sangat sering, baru mau lepas menyusu kalau merasa tidak nyaman karena pipis atau pup, tapi setelah itu dia menangis lagi karena lapar. Bahkan ketika ketiduran saat menyusu, si bayi tidak mau melepaskan PD saya. Si bayi tidak betah berada di ranjangnya, dan selalu menempel ke ibunya seolah tidak pernah merasa kenyang. Apa yang salah?

Kakek nenek dan kakek nenek buyutnya ikut bingung. Mereka menyangka ASI saya tidak keluar, karena itu si bayi jadi tidak mau berhenti menyusu. Jadi mereka pun kompak memberi saya boosting makanan sayur daun kelor, bayam, bahkan minta suplemen pelancar ASI dari saudara yang juga sedang menyusui (tapi suplemen ini tidak saya makan). Sebenarnya pada awalnya saya merasa optimis kalau ASI saya keluar dan cukup, karena bukankah setiap ibu akan sadar ketika ASI turun? PD terasa kencang. Tapi lama kelamaan saya jadi ikut pesimis, karena hey, bukankah emosi itu menular? Ketika orang-orang di sekeliling merasa parno saya jadi ikut parno, terlebih karena kelelahan terjaga sepanjang malam. Biasanya bayi menangis ketika pipis atau pup tapi setelah celananya diganti dia kembali tenang, tapi kemarin seolah tidak sabar untuk menyusu, si bayi malah menangis makin kencang membuat pilu siapapun yang mendengar. Waktu itu Habibi menghabiskan 15 buah celananya dalam satu malam. Bisa anda bayangkan seberapa sering saya bangun?

Keadaan long distance marriage juga menambah sedih hati saya, ketika bayi rewel, support dari suami adalah yang paling saya butuhkan. Setidaknya sebuah pelukan dari suami bisa jadi penawar lelah. Aahhh, ayahnya Habibi, aku rinduuu...

Jadi bagaimana saya menyikapi hari-hari kemarin? Saya tetap menyusui sesuai keinginan si bayi. Alhamdulillah ada mamah (nenek Habibi) yang super strong, ikut terbangun ketika Habibi menangis, mengganti celananya ketika dia pipis atau pup, menemani saya menyusui Habibi supaya tidak ketiduran. Pernah saking lelahnya, saya tidak terbangun ketika Habibi menangis padahal dia tidur di sebelah saya hahaha akhirnya neneknya yang membangunkan saya. Tapi Alhamdulillah semua itu terjadi hanya beberapa hari saja, setelah itu Habibi jadi anteng, lebih banyak tertidur. Ah, lega rasanya.

Hari berlalu dan ternyata ketika hari ini saya surfing, baru saya dapatkan jawaban dari segala kegundahan beberapa hari yang lalu 😜 Jadi, kemarin itu, Habibi mengalami yang namanya Growth Spurts, yaitu percepatan pertumbuhan biasanya dalam 12 bulan pertama kehidupannya. Percepatan pertumbuhan di sini artinya bayi “didorong” untuk tumbuh lebih cepat dari biasanya sehingga dia membutuhkan asupan ASI lebih banyak dan tubuh Mama akan mendapatkan “natural alert ” untuk memproduksi dan menyuplai ASI lebih banyak lagi sesuai kebutuhan bayi.

Berdasarkan artikel online dari theurbanmama, berikut tanda-tanda bayi kita sedang mengalami growth spurts:

  1. Bayi menyusu lebih sering dari biasanya, kadang bisa setiap jam atau setiap 30 menit sekali atau hampir nonstop.

  2. Bayi lebih rewel dari biasanya, begitu rewel dan disodorkan payudara, bayi langsung mau menyusu. Mudahnya bayi lebih memilih “nempel” langsung pada Mamanya.

  3. Bayi sering bangun tengah malam untuk menyusu. Bayi seakan mengerti bahwa produksi hormon prolaktin paling tinggi pada malam hari.

  4. Gejala ini bisa berlangsung selama 2-3 hari, beberapa kasus ada bayi yang mengalami growth spurt sampai 1 minggu. Setelah periode growth spurt , bayi akan tidur lebih tenang dan lebih lama selama 1-2 hari, seakan-akan dia letih habis bekerja keras.



Persis banget dengan yang dialami Habibi. Ah, untung ibu bisa berjuang tetap memberikan ASI eksklusif untukmu, nak. Karena dari yang saya baca, banyak ibu yang frustasi ketika bayi mereka mengalami growth spurts dan memberikan sufor atau MPASI sebelum waktunya. Hiks. Nah, efek dari growth spurts ini belum bisa diketahui karena saya belum cek berat dan tinggi badan Habibi, tapi yang jelas terlihat, pipinya yang makin chubby, dan tingginya yang semakin panjang.

Semoga tulisan ini bermanfaat dan mari terus belajar menjadi smart parents.
Continue reading Anak Anda Mengalami Growth Spurts?

Sabtu, 15 Juli 2017

Melahirkan Anak Pertama

Alhamdulillah tanggal 15 Juli 2017 kemarin jam 10.43 am saya melahirkan anak laki-laki dengan berat badan 3.2 Kg, tinggi badan 48 cm dan lingkar kepala 34 cm di Rumah Sakit Pelni Petamburan dibantu oleh dr. Atut, SP.OG. Berikut cerita proses persalinannya. 

Jumat, 14 Juli 2017

Pagi harinya saya masih cek up rutin ke dokter Catherine, SP. OG. Siang harinya saya melakukan CTG. Nah, ketika CTG sebenarnya sudah terdeteksi adanya kontraksi, jadi CTGnya diulang. Ketika dilihat hasilnya bagus, saya disuruh kembali 3 hari kemudian, jika belum ada kontraksi dalam 3 hari baru akan diinduksi. Usia kandungan saya 40w1d.

Sorenya perut sudah mulai terasa mules, tapi masih bingung apakah itu kontraksi atau bukan. Baru sekitar jam 8 malam, saya bilang ke suami, dan kami mengobservasi kontraksi tersebut bersama-sama. Ternyata kontraksinya sudah teratur 20 menit sekali. Waktu itu diberi pesan oleh perawat, kalau kontraksi sudah 30 menit sekali langsung datang saja ke IGD. Khawatir karena jarak rumah sakit yang jauh dari rumah, maka kami memutuskan untuk berangkat. Di perjalanan, kontraksi jadi 10 menit sekali. 

Sampai di rumah sakit, saya dibantu oleh satpam dibawa ke IGD maternal menggunakan kursi roda. Sedangkan suami saya mengurus pendaftaran. Ternyata ramai sekali, saya harus menunggu beberapa lama sebelum mendapat bed. Sambil menunggu pasien dipindah ke ruang observasi, saya sementara tidur di bed extra. Saya masih bisa makan nasi goreng, minum manis. 

Setelah mendapat bed, jam 22.00 saya dicek doppler, pengukuran tinggi fundus, dan dicek CTG lagi oleh perawat/bidan bernama Lita. Kemudian dicek pembukaan berapa. Saya baru tahu cara mengecek pembukaan itu dengan cara memasukkan tangan ke jalan lahir, rasanya luar biasa. Dan waktu itu saya baru pembukaan 1, padahal saya berharap sudah pembukaan 5 hehehe. Untuk mengurangi rasa saya terus mengambil nafas panjang. Tapi dibanding yang lain, kondisi saya yang paling fit, masih bisa ngobrol ceria dengan suami. 

Di IGD tak banyak aktivitas, kami hanya menunggu pembukaan maju, tapi setidaknya hati saya tenang dan bersyukur setelah tahu adanya pembukaan. Lewat tengah malam saya jadi sering buang gas. 

Sabtu, 15 Juli 2017

Jam 2.30 AM saya dipasang infus dan diambil darah. Sejauh yang bisa diingat, ini pertama kalinya saya diinfus, sakit. Tidak berapa lama, dr jaga IGD yang bernama dr. Daniel bilang kalau dr. Catherine tidak bisa dihubungi, karena rencana persalinan normal berisiko maka saya dioper ke dokter jaga, yaitu dr. Atut, saya hanya mengiyakan. Saya tertidur ketika ditinggal suami keluar, dan baru terbangun jam 4.30 AM ketika suami saya datang, dan saya dipindahkan ke ruang VK kenari. Saya ditempatkan di ruang observasi bersama 3 pasien yang lain. 

Jam 5.30 AM saya diperiksa EKG oleh bidan Hesty. Menjelang pagi, kontraksi makin jarang, saya sudah tidak mengobservasi kontraksi tersebut. Tapi selain kontraksinya yang semakin jarang, durasinya juga semakin pendek. Jam 6.31 ada Bidan yang memberitahu kalau saya akan diinduksi, kalau sampai jam 10 belum melahirkan, maka saya terpaksa disectio caesar. Maka infus disuntik synto 10 unit. Kontraksi jadi sering tapi durasinya tetap pendek, lama-kelamaan kontraksi jadi jarang, pas saya cek ternyata infusnya tidak mengalir, tidak ada bidan yang lalu lalang selama beberapa waktu. Kontraksi semakin sakit ketika saya pergi ke kamar mandi. Di ruang observasi ini kami tidak diizinkan untuk ditemani pendamping. Suami terakhir menemani ketika menyuapi sarapan pagi. 

Dari awal disuntik induksi, bidan sudah menyuruh saya puasa, dan suami disuruh menandatangani informed consent. saya yakin pasti akan berujung sc, hiks. Jam 10 dan dicek, pembukaan masih jauh, sempit, dan kecil, pembukaan 2. Akhirnya saya pun diboyong ke ruang OK menggunakan kursi roda. 

Di ruang persiapan saya dibaringkan di bed dan langsung ke ruangan, badan saya menggigil. Perawat yang membantu operasi membantu melepas semua pakaian saya, karena tidak ada kain (hey, i am alone and i know nothing) jadi badan saya ditutupi seadanya. Kemudian dokter anestesi menyuntikkan anestesi ke sumsum tulang belakang (kali ya, pokoknya daerah punggung bawah) dokternya udah ahli kali ya, ga sakit Alhamdulillah, cuma kaget pas awalnya saja. Saya dibaringkan, tangan kanan diikat dengan tali, tangan kiri dipasang tensimeter. Lama kelamaan kaki sampe setengah badan mati rasa. Saya tiba-tiba jadi sedih.

Dokter Atut sebagai pemimpin operasi, memulai operasi dengan do'a bersama, kemudian memperkenalkan orang-orang yang terlibat dalam operasi. Operasi dimulai, walaupun sadar, tapi saya tidak bisa melihat tindakan yang dilakukan karena dihalangi oleh tirai yang dipasang di atas dada saya. Suasana operasi santai, ada musik mengalun, para dokter dan perawat juga mengobrol dan bercanda dalam bahasa jawa, sambil tetap mengerjakan tugasnya masing-masing. Meski demikian, hati saya tetap tidak bisa tenang. Saya menutup mata, menahan air mata, sambil terus berdo'a dalam hati. Melihat saya menutup mata, ada perawat yang membangunkan dan mengajak ngobrol. Rasanya sebentar, saya hanya ingat perawat yang mengajak ngobrol tadi, mendorong perut saya, kemudian dokter bilang bayinya sudah keluar. Dokter memperlihatkan bayi saya dari atas tirai, saya pun menangis terharu. Terdengar tangisan bayi, hanya sebentar, mungkin bayinya langsung diambil perawat untuk dibersihkan. Dokter bilang, bayinya putih, bersih banget, air ketuban saya masih bagus soalnya, jadi bayi tidak berlumuran darah sama sekali. 

Setelah beberapa lama, ada perawat yang melakukan inisiasi menyusu dini, dia menempelkan mulut si bayi ke payudara secara langsung, karena perut saya masih dalam tindakan. Setelah selesai, dokter mengumumkan jam kelahiran anak saya. Perawat menyuntikkan sesuatu melalui infus saya, katanya itu obat anti mual. Kemudian semua bubar, sedangkan saya masih ditinggal di ruang operasi. Tak berapa lama, kemudian datang perawat membawa bed dan saya dipindahkan ke ruang tunggu. Di ruangan itu, ada banyak pasien pasca operasi, tidak hanya melahirkan tapi juga pasien mata, dll. Ada pasien wanita pasca sc yang mengeluh pusing dan muntah-muntah. Awalnya saya tidak merasakan apa-apa, tapi lama kelamaan, kepala saya terasa pusing, badan menggigil, dan nafas saya pendek-pendek. Saya terus beristighfar sambil mengambil nafas panjang-panjang. Sedih banget rasanya, sendirian, tak berdaya, sesak nafas, takut ga bisa bertemu lagi dengan orang-orang. 

Cukup lama saya berada di ruang tunggu, memperhatikan orang lalu lalang, pasien yang terus berdatangan, dokter yang hilir mudik. Sampai ruangan penuh saya masih belum juga dipindahkan. Ketika saya cek, ternyata infus saya macet, saya meminta tolong entah perawat entah dokter, tapi orang yang saya mintai tolong malah melempar ke orang lain, dan baru setelah lama sekali, infus saya dibetulkan. Ketika sudah tidak ada cukup ruang, baru saya dijemput, saya dioper lagi ke bed yang lain, kemudian dipakaikan gurita dan pakaian rumah sakit. Setelah itu saya menunggu lagi di ruang persiapan, bersama dengan para pasien yang akan dioperasi. Baru sekitar 3 pasien sc sudah ada di ruangan, kami dibawa ke ruang perawatan. Ketika keluar ruangan, suami datang menghampiri, rasanya bahagia sekali, tapi saya sangat lemas untuk mengeluarkan suara, saya hanya tersenyum. Saya dirawat di ruang kenari nomor 2.

Alhamdulillah, walaupun banyak yang menyayangkan, "kalau lahir di bidan atau kampung pasti normal", "kalau di rumah sakit semuanya pasti sectio, ga ada yang normal, dokter sekarang pada ga sabaran", dan masih banyak lagi. Tapi saya bersyukur, ini qadarullah, Allah memberikan keselamatan pada saya dan bayi saya saja sudah merupakan rahmat yang luar biasa. Alhamdulillah, saya tidak bisa berhenti mengucap syukur tiap melihat malaikat kecil yang sekarang hadir, dia selalu mengingatkan bagaimana rasanya terkapar tak berdaya di ruang operasi, dan betapa bahagianya bisa melihat lagi wajah suami yang tersenyum menyambut saya. 

Cerita tentang pertemuan dengan bayi akan diposting di tulisan selanjutnya ya. 
Continue reading Melahirkan Anak Pertama

Jumat, 16 Juni 2017

Pregnancy Check Up

Beberapa minggu sejak menikah tanggal 4 September 2017, saya sering tidak enak badan, perut serasa kembung, lemas, mual, dan cepat lelah. Menstruasi saya pun telat seminggu dari jadwal biasanya, antara bingung dan excited, saya pun melakukan test pack, sayangnya hasilnya negatif, saya coba dengan test pack yang lain, hasilnya masih tetap sama. Kami berasumsi saya hanya kelelahan, masih beradaptasi menghadapi rutinitas baru sebagai seorang istri sekaligus wanita karir dengan jarak tempuh kerja yang tidak sedekat dulu. 

Di bulan berikutnya menstruasi saya kembali telat dan saya kembali melakukan test pack pada 9 November 2016. Alhamdulillah dua garis merah. Positif ! Ada janin di rahim saya, saya yang excited langsung memberi tahu ayahnya, dan keluarga di rumah. Mereka juga sumringah dan langsung ngasi banyak wejangan. 



Untuk memastikan, tanggal 12 November 2017, sepulang kerja kami pun kontrol ke RS Hermina Daan Mogot. Dr. Katrina Puspita, Sp. OG yang menangani kami. Dilakukan USG transvaginal, rasanya ehm... agak risih. Menurut dokter, di kantung rahimnya sudah ada bakal janin, tapi yang saya lihat cuma kantung, tak terbaca 😁.  Untuk kesimpulannya saya diharuskan datang 2 minggu lagi dan saya diresepkan suplemen kehamilan. 

  1. Folamil Genio 1 x sehari 1 kapsul

  2. Utrogestan Tab 100 mg 1 x sehari 1 tablet (dimakan malam hari) 


Total kerusakan di cek up pertama ini:

  1. Resep obat-obatan/suplemen hamil: Rp 257.400

  2. Konsultasi Dr. Obgyn Rp 199.000

  3. USG Transvaginal tanpa print out Rp 154.000


Totalnya: Rp 610.400

Keluhan waktu itu, saya keputihan, dokter obgyn menyarankan untuk menggunakan betadine cair sebagai pembersih vagina. Tapi tidak saya praktikkan karena di keterangan kemasannya, tidak disarankan untuk wanita hamil. 

Di dua minggu berikutnya, saya tidak cek di Hermina lagi. Tapi pindah ke RS Pelni Petamburan, berhubung abang kerja di sana jadi biaya cek up dicover oleh rumah sakit. Alhamdulillah, lumayan uangnya bisa buat ditabung. 😇

Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) saya yaitu 6 Oktober 2016. Hari Taksiran Persalinan (HTP) nya: 13 Juli 2017.

8w6d - 7 Desember 2016 

Saya dapat antrian No. 1 dr. Parmanto Setihusodo, Sp. OG. Tekanan darah saya 96/70 (mmHg), berat badannya 43 kg. Kami mendengar denyut jantung bayi kami pertama kali, rasanya bahagia sekali. Masih takjub, di dalam perut manusia bisa hidup makhluk hidup lain, masyaa Allah.



Saya diberi suplemen folavit tablet 400 nanogram dan eklena 1x sehari 1 tablet sesudah makan. 

13w4d - 06 Januari 2017

Sejauh ini dari pertama tahu saya hamil, tidak ada keluhan mual, tidak pernah muntah, ataupun kena morning sickness. Bayi yang in syaa Allah sholeh dan tidak pernah merepotkan ibunya dari sejak kandungan aamiin. 



Tekanan darah saya 107/76 mmHg. Berat badan 45 kg. Di pertemuan pertama saya minta form pengantar untuk pemeriksaan TORCH dari dokter. Dan hasilnya ada beberapa yang harus diwaspadai. 

  • Hb: 11.6 

  • Anti-Toxoplasma IgG: Reaktif dengan konsentrasi 57.6

  • Anti-CMV IgG: Positif dengan konsentrasi 663.2


Sebenarnya itu infeksi lampau, disarankan untuk pemeriksaan lanjutan aviditas seharusnya. Dokter langsung meresepkan obat, tapi tidak saya tebus, saya masih khawatir untuk konsumsi obat-obatan selama kehamilan. 

18w4d - 13 Februari 2017

Di pertemuan ketiga, keluhan saya masih tentang keputihan. Sebenarnya normal karena tidak berwarna dan berbau, tapi tetap risih. Dokter menyarankan untuk sering mengganti underwear dan mengeringkan alat kelamin dengan tissue setiap habis buang air kecil supaya kelembaban daerah genital tetap terjaga. 



Tekanan darah saya 106/78 mmHg, berat badan 46 kg. Saya masih diberi suplemen obat folavit dan eklena. 

20w4d -  27 Februari 2017

Berhubung dapat kabar bahwa dr. Parmanto sedang sakit dan harus dirawat, maka saya pindah ke dr. Mustika Ariando, Sp. OG. Alhamdulillah dr. Ando ini sangat interaktif sekali dan masih muda. Dari awal kami disambut dengan perkenalan, kemudian dijelaskan keadaan kandungan yang normal, yaitu kepala menghadap jalan lahir (posisi di bawah), tidak ada lilitan, dan air ketuban cukup. 



Jenis kelamin anak kami sudah terlihat yaitu laki-laki. Tidak ada lilitan, BB janin: 390 gram (sesuai dengan usianya), gerakan aktif, ketuban cukup, denyut jantung terdeteksi, posisi kepala di bawah. 

Tekanan darah saya 99/68 mmHg, berat badan 47,5 kg. Dan masih diresepkan suplemen yang sama yaitu folavit dan eklena. 

24w4d - 27 Maret 2017

Berat badan saya 51 kg. Tekanan darah 108/64 mmHg. Kepala bayi sungsang hiks, berat badan janin 670 gram, placenta normal, ketuban cukup, gerakan aktif, denyut jantung terdeteksi. 



32w4d - 22 Mei 2017

Berat badan saya 57 kg. Hb mulai turun drastis jadi 9.0 karena tiap malam susah tidur, kaki dan pinggang mulai pegal-pegal. Alhamdulillah walaupun emaknya Hb nya turun tapi si bayi tetap sehat berat badannya 1.900 gram, kepalanya sudah di bawah yeayyyy!!! Tidak ada lilitan, placenta normal, gerakan aktif, dan denyut jantung terdeteksi. 



Kali ini saya diresepkan folavit, eklena, dan obat penambah darah/inbion. Tapi saya mengganti folavit dengan folamil genio yang saya beli di apotik. Karena menurut apoteker, folavit itu hanya disarankan untuk usia kehamilan awal, sedangkan memasuki trimester kedua, disarankan mengkonsumsi folamil genio. 

36w6d - 21 Juni 2014

Berat badan saya 55 kg, berat badan janin 2.500 gram. Ada 1x lilitan tali pusar, kepala janin masih belum masuk panggul, air ketuban masih banyak dan jernih, placenta cukup, gerakan aktif, detak jantung normal. Alhamdulillah walaupun dibawa puasa dan baru dibawa pulang mudik ke Majalengka kemarin, si dede sehat. Ibunya disarankan untuk banyak nyuci pakai tangan dan ngepel lantai jongkok, pokoknya gerakan yang bisa membuka paha dan menekan janin ke bawah. 



Padahal minggu ini ada banyak yang ingin saya diskusikan, tapi setelah mencatat di buku kehamilan, dokternya langsung pergi. 😣

38w1d - 30 Juni 2017

Ditawarin pindah ke dokter kandungan cewek sama suster Eva, sebenarnya agak ragu, tapi kayanya kikuk juga sih sama dokter cowok. Jadinya saya pindah dokter lagi ke dr. Catherine, Sp.OG. Lebih interaktif dan detail dokter Ando, tapi mudah-mudahan lebih cocok sama dr. Catherine ya. Berat badan saya 57 kg, tekanan darahnya 103/76 mmHg. Berat badan janinnya 2.683 gram, plasenta korpus kanan, air ketuban cukup. Terus karena riwayat sebelumnya saya mengalami anemia, jadi disuruh cek lab di RS Pelni: Hemoglobin, leukosit, trombosit, dan hematokrit. Hasil labnya nanti langsung diinfokan ke dokter. 

39w1d - 07 Juli 2017

Tekanan darah saya 114/84. Berat badan ibu 58 kg. Berat badan janin 3.200 gram. Cairan ketuban cukup, plasenta ada di fundus. Hasil lab kemarin juga bagus, Hemoglobin: 10.3 / Leukosit: 9500 / Trombosit: 306.000 / Hematokrit: 31.7

40w1d - 14 Juli 2017

Tekanan darah saya 120/83 mmHg. Berat badan ibu masih 58 kg. Berat badan bayi 3.0 kg. Ketuban cukup. Pagi pukul 05.03 keluar lendir bercampur darah. Tapi kontraksi masih jarang. 

Jam 11.00 saya disuruh periksa CTG. Dan hasilnya bagus jadi saya disuruh kembali 3 hari lagi, jika belum ada kontraksi sampai 3 hari baru akan diinduksi. 

Ternyata pulang kontrol malamnya sudah kontraksi. Tunggu cerita soal persalinannya yaa... 
Continue reading Pregnancy Check Up